Bab 6

36 4 3
                                    

©©©©©

Bastian sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah hampir sebulan di rumah sakit. Bastian melihat ibunya yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya, tiba-tiba  melihat wajah ibunya terlihat sedih dan kecewa. Bastian dan ibunya saling tatap sejenak.

"Baik Tem, terimakasih sudah membantu Tante. Selamat bekerja kembali ya, salam juga untuk isterimu". Ujar Ibu Bastian, telpon itupun telah berakhir, wanita itu mendekati Bastian. Bastian di buat terkejut oleh ibunya yang tiba-tiba memeluknya. "Bagaimana bisa dia melakukan ini padamu Tian!?". Bastian sudah mengerti apa yang di katakan oleh ibunya. Pasti ibunya sudah tahu alasan Bastian mencoba bunuh diri. "Kalau dia tidak mencintai kamu, seharusnya katakan sejak dulu agar hatimu tidak sesakit dan seperih itu sayang". Ucap Ibunya lagi. 

"Sudahlah Ma, semuanya sudah terjadi. Mungkin saja Tian dan Layla tidak berjodoh, makanya kami harus berakhir seperti ini". Bastian merasakan kalau ibunya menangis di dalam pelukannya. "Ma, Tian tidak akan melakukan hal ini lagi. Tian janji". Ujar Bastian untuk menenangkan ibunya yang menangis sesenggukan, karena ibunya tidak pernah menangis sesedih ini. 

"Kamu harus janji dengan Mama jangan melakukan hal itu lagi mengerti?". Bastian tersenyum dan mengangguk.

"Ma, Tian minta tolong dengan Mama jangan sampai Papa atau Ken mengetahui perihal ini". Ibu Bastian dan Kenneth itu mengangguk.

Ibu dan anak itupun menyelesaikan membereskan pakaian milik Bastian dan ibunya selama di rumah sakit.

Layla memandang keluar jendela dengan perasaan gundah gulana memikirkan keputusannya melepas Bastian demi bersama dengan Ben. Layla menangis dalam diam mengingat kenangan bersama dengan Bastian.

"Layla cepat bersiap, kita harus ke butik milik Tantemu". Teriak Salma di luar kamar Layla.

"Iya Ma". Jawab Layla sambil menghapus airmatanya yang sempat keluar tadi.

Layla tidak bisa menyesali apa yang sudah ia pilih. Dia harus menerima semuanya, karena ini adalah karma untuknya yang sudah mengkhianati pria baik seperti Bastian.

Bastian menatap keluar jendela mobil yang ia naiki bersama sang ibu. Pikiran Bastian mengenang kembali kebersamaan dirinya dengan Layla, cinta pertamanya itu. Bastian tersenyum sedih mengingat semua kenangan indah bersama Layla, hatinya benar-benar sakit mengetahui fakta bahwa selama 1 tahun ini dia sudah diduakan oleh perempuan yang teramat ia cintai dengan tulus. Pengkhianatan yang tidak bisa ia maafkan sampai kapanpun. Pengkhianatan yang membuatnya melakukan hal bodoh yang hampir merenggut nyawanya dan menghancurkan keluarganya. Bastian akan membuktikan bahwa dia bisa melupakan segala kenangan dirinya bersama dengan Layla.

Layla termenung di balkon kamarnya. Memikirkan semua keputusan yang sudah ia ambil selama ini. Ada rasa menyesal di hati Layla dengan kejadian semua ini, tapi mau bagaimana lagi semuanya telah terjadi. Salma baru saja masuk ke dalam kamar putrinya dengan membawa nampan berisi makan malam untuk Layla.

"Makan malam dulu Layla". Ujar Salma sedikit dingin kepada Layla.

Layla mendengar suara ibunya langsung membalikkan tubuhnya dan di sana dia melihat wanita yang sudah mengandung, melahirkan dan membesarkan dirinya berubah menjadi berbeda sebelum melakukan kesalahan yang fatal. Layla sedih melihat perubahan sikap ibunya  terhadap dirinya. Di mana dulu ibunya sangat lembut dan penuh kasih sayang, tapi kini dingin dan acuh tak acuh terhadapnya.

"Terimakasih Ma, nanti Layla makan koq". Ujar Layla dengan memberikan senyuman sendunya.

"Iya". Jawab Salma singkat dan pergi dari kamar Layla setelah meletakkan nampan berisi makanan dan minuman untuk Layla.

Layla menangis setelah kepergian Salma. Layla benar-benar menyesal telah melakukan semua ini. Layla merasa jijik kepada dirinya sendiri. Memang benar kata ibunya bahwa dirinya seperti pelacur diluaran sana, dengan bodohnya dia menyerahkan mahkota yang telah di jaga dengan baik oleh keluarga dan pria yang sangat tulus mencintainya. Tapi dengan mudahnya dia termakan akan rayuan dari Ben hingga dia rela menyerahkan mahkotanya pada pria tersebut.

Malam itu Layla sama sekali tidak menyentuh makan malamnya karena memikirkan semua kejadian yang ia perbuat.

©©©©©

Rara dengan baju sekolahnya telah siap untuk pergi ke sekolahnya.

"Rara sayang, jangan pulang malam-malam ya. Sehabis dari belajar bersama langsung pulang". Rara mengangguk sambil memakan nasi goreng yang dibuat oleh Zahwa.

"Ma, Fathir juga hari ini pulangnya sedikit telat. Karena teman-teman kuliah Fathir dulu mengajak reuni". Zahwa hanya mengangguk dan melanjutkan sarapannya. Jaden hanya bisa menyimak pembicaraan ketiga orang yang ia cintai. Bukannya Jaden tidak peduli dengan ketiga anaknya, tapi memang semua urusan rumah ia serahkan pada Zahwa, apalagi soal anak-anak mereka pulang telat termasuk dia mereka akan memberitahu kepada Zahwa, agar wanita itu tidak menyiapkan makan malam yang banyak. Karena Jaden tahu isterinya yang mempekerjakan semuanya meskipun ada ART yang membantunya membersihkan rumah besar peninggalan Zahra dan Theo.

"Iya sudah, kalian berdua harus hati-hati saja ya". Ucap Zahwa kepada kedua anaknya.

Sedangkan si bungsu sedang menikmati makanannya seperti biasa. Jaden mengelap bibir si bungsu yang makannya belepotan.

"Deryl tidak ada janji juga?". Tanya Jaden pada si bungsu. Deryl menggeleng dan melanjutkan sarapannya yang sebentar lagi selesai.

Sarapan pagi itu telah selesai. Jaden, dan Deryl telah pergi ke sekolah si bungsu. Sedangkan Rara dan Fathir pergi bersama ke sekolah nya Rara dulu baru ke perusahaan milik Danish. Kini cuman Zahwa dan para ART saja di rumah besar tersebut.

Bastian memasuki sekolah di mana adik sepupunya sekolah.

"Bang Tian!!". Teriak seorang remaja putri kepada Bastian.

"Cindy, mana Clara?". Tanya Bastian kepada Cindy kembaran Clara.

"Biasalah Bang, sedang bucin dengan pacarnya di kantin. Abang kenapa datang ke sekolah?". Tanya Cindy salah satu sepupunya Bastian dan Kenneth yang masih SMA kelas 3.

Bastian mengangkat paperbag di tangannya. "Mama menyuruh abang untuk mengantar makanan untuk kalian". Ucap Bastian.

"Uhhh perhatian sekali Mama Naila, katakan sama Mama terimakasih atas bekalnya. Mama kami saja tidak pernah memasakan masakan rumah, pasti mesan online terus". Bastian hanya tersenyum kecil mendengar gerutuan adik sepupunya itu.

"Mama Tina sibuk dengan usaha salonnya Cindy sayang". Wajah Cindy cemberut sambil mengangguk. "Iya sudah Abang pergi dulu ya, ini titip untuk Clara". Cindy mengangguk sambil menerima Paper bag yang dibawa oleh Bastian.

Bastian membalikkan tubuhnya untuk pergi meninggalkan sekolah Cindy dan Clara. Belum jauh dari tempat dia bertemu dengan Cindy tadi, Bastian mendengar nama seseorang yang membuatnya bangun dari komanya.

"Rara ku yang cantik sudah datang. Itu kak Fathir ya?". Ujar seseorang kepada gadis yang berjalan menuju ke orang yang berteriak tadi.

"Iya Lin". Jawab Rara dengan senyuman.

"Kenalkan lah padaku Kakak tampanmu itu". Rara terkekeh sambil mencubit pipi tembem Alin.

"Aku tidak mau kamu menjadi kakak iparku". Ucap Rara sambil merangkul bahu Alin.

"Huh, kamu memang jahat ya sama teman sendiri". Ujar Alin.

"Biarlah". Keduanya tidak menyadari sejak tadi mata seseorang memandang salah satu dari mereka dengan pandangan terpesona.

"Rara, kamu akan menjadi milikku". Gumamnya dengan penuh ketekadan yang besar.

©©©©©
TBC

Cinta Untuk Az-Zahra S2: Kisah Cinta dan PengorbananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang