CUSTOMER

131 8 109
                                    

"Uangnya transfer sekarang kalau bisa, Kak."

Ravn berdecih. "Mana ada gue transfer sekarang, Jo. Lo kira duit dapet ngeprint semau lo?" sewot pemuda itu sambil mengepulkan asap rokok ke udara.

Dia menoleh pada dua orang pria yang masuk toilet dengan terburu. Mereka berciuman kasar, saling peluk seolah mau baku hantam. Yang satu mendorong tubuh yang lain sampai masuk bilik toilet. Pintu berdebum kasar, dikunci terburu lalu di menit berikutnya Ravn terusik oleh bunyi desahan ribut. 

"Tapi Kak, nanti gimana kalau mereka datang lagi? Gue nyusul ke tempat lo aja ya? Takut gue nih, sendirian di apart." 

Ravn menatapi bayangan dirinya dari cermin toilet yang kusam. Dimatikannya rokok yang ia buang dan dijejak kasar dengan ujung sepatu. 

"Lo tahu terlalu beresiko buat lo diem di sini, tapi ...." Ravn melihat ke arah pintu sekali lagi. Seorang pria masuk dan mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum dia pindah ke dalam bilik toilet. Ravn menyempatkan diri mengamati penampilan pria itu dari atas ke bawah. 

"Kak_" 

"Okelah, gue tunggu lo di lantai dua. Meja biasa." 

"Okeee." 

Sambungan pun terputus dengan cepat. Ravn memasukkan ponselnya ke saku celana. Dia cuci tangan sebentar dan keluar dari toilet sambil merasa sedikit takjub bahwa selain dirinya ternyata ada pengunjung yang juga sama sekali tidak merasa terganggu dengan suara orang bercinta di sana. 

Suasana klub malam itu lebih ramai dari biasanya padahal bukan weekend. Mungkin karena event khusus sedang dilehat, menampilkan beberapa artis hiphop terkenal dan seorang idol yang juga menjadi guest dj. Ravn mengambil posisi di tempatnya duduk seperti biasa. Meja bar paling pojok, dekat dengan pagar pembatas lantai dua. Dari sana dia bisa melihat siapapun tamu yang baru datang, siapa yang sedang berjoget di area tengah, siapa yang sedang memilih para host pendamping yang ditawarkan. Semua terpantau oleh mata Ravn yang selalu awas mengamati seperti layaknya elang. 

Dia memesan segelas cocktail. Memulainya dari kadar alkohol paling ringan. 

"Thanks, Bro." 

"Lo sendirian?" tanya si bartender bernametag Renjun itu.

"Nanti Youngjo ke sini." 

"Heh, ngapain? Jangan bilang lo yang suruh?" Renjun membeliak. 

Ravn bergedik samar. "Mana ada gue yang nyuruh, lo pikir gue mau diintilin dia pas lagi kerja?" 

"Rav, lo tahu di sini bahaya? Buruan suruh balik deh," cecar Renjun. Muka cemasnya terlihat menggemaskan, bukan membuat Ravn takut. 

"Dia sendiri yang ngotot mau nyusul, takut sendirian di apartemen katanya. "

Renjun sekarang berkacak pinggang. "Ini masih ada hubungan sama hutang-hutang lo? Damn, Rav. Lo bener-bener ya? Bukannya tiap malem lo dapetin pelanggan? Kenapa juga itu acara utang piutang nggak kelar-kelar?" 

"Ya lo pikir duit yang gue dapet cuma dipake bayar mereka? Emang si Jojo nggak ngabisin beras? Lo tahu sendiri makan tuh anak udah kayak gorila bunting, segala aja dibeli. Paling gawat kalau lagi sange, jajan mulu." 

Renjun meringis. Dia belum sempat mengatakan apapun waktu Youngjo akhirnya hadir di tengah mereka. 

"Mau minum dong, Kak, "kata anak itu sambil menyeringai jenaka. "Yang kayak gini, boleh?" 

Ravn sontak menggeleng. "Kagak, kasih dia blue ocean aja." 

"Ih, bosen," Youngjo memberengut. 

"Tambahin nanas, Njun," titah Ravn lagi. Barulah kembarannya itu tersenyum puas. 

VERSELUFT || RAVN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang