01

3.3K 215 5
                                    

📌Sun., August 20, 2023.






.








"Junkyu! Satu botol lagi!"

Jihoon tersenyum bodoh. Wajahnya memerah, menandakan bahwa ia telah mabuk.

Junkyu hanya bisa menggeleng dan mengambilkan minuman keras itu kepada temannya. "Janji ini terakhir."

Pemuda itu menerima anggukan dari Jihoon. "Eits! Mau kemana? Temenin gue sini. Lo harus minum juga."

Junkyu menggeleng. Tidak, ia tidak bisa mabuk dalam keadaan masih bekerja.

"Lo aja."

"Ayolah! Lagian udah tengah malem, gak ada yang mau makan disini lagi." Yang diucapkan Jihoon memang benar. Sebenarnya ia sudah menutup rumah makannya di jam seperti ini.

"Tunggu. Gue tutup dulu."

Jihoon cengengesan kemudian memainkan rambut Yoshi. Ah, kekasih Jepangnya itu sudah tepar.

Setelah menutup rumah makannya, Junkyu beranjak duduk di depan kedua temannya. Bibirnya tersenyum tipis. Kapan terakhir kali mereka minum bersama? Entahlah, ia pun tidak ingat.

"Udah umur 27, lo masih betah jomblo?" Jihoon memberikan segelas minuman keras pada Junkyu.

Pemuda tampan itu tertawa sembari meminum gelas pemberian temannya. "Bukan betah. Tapi, ngga ada yang mau sama gue."

Mendengar hal itu, alis Jihoon merapat. "Maksud lo apaan?"

"Jaman sekarang, mana ada yang mau sama cowo miskin kayak gue, Ji. Yang cuma kerja di rumah makan kecil." Junkyu menjadi terbawa suasana dan hampir menghabiskan satu botol.

"Yang penting punya pekerjaan. Daripada pengangguran."

Jari telunjuk Junkyu bergerak-gerak. "Lo gak tau, Ji. Karena lo udah kaya dari lahir."

Jihoon mengangguk menyetujui. "Bener juga. Gue gak tau rasanya."

Sangat sulit mencari pasangan yang benar-benar mencintai tanpa memandang harta. Junkyu sudah beberapa kali mencoba. Namun yang ia dapatkan hanyalah cemoohan dari mereka. Akhirnya Junkyu menyerah dan mulai menerima fakta bahwa tidak ada yang mau hidup bersamanya.

Bukan, bukannya Junkyu tidak mau berusaha. Ia sudah mencoba mendapatkan beasiswa untuk kuliah, tetapi gagal. Ia tak punya cukup uang untuk membayar kuliah. Mencari pekerjaan dengan ijazah SMA juga tak mudah. Jadi, Junkyu memilih untuk melanjutkan usaha ibunya, yaitu rumah makan yang selama ini ia jalankan.

"NGGAK SAYANG!"

Tiba-tiba saja Yoshi terbangun dan berteriak. Ia mencengkram pelan bahu kekasihnya. "Aku ngga selingkuh loh. Beneran!"

"Apa sih? Aku nggak ada nuduh kamu." Jihoon menepis tangan Yoshi.

"Eh? Oh. Hehehe.. ayo pulang. Pening banget kepalaku." Pemuda Jepang itu menggenggam tangan Jihoon. Jihoon pun mengangguki.

Pemuda bermarga Park itu mengusap lembut kepala Junkyu. "Gue balik, ya? Ingat, gue yakin pasti ada satu orang yang bisa menerima lo. Jangan pesimis."

Junkyu mengangguk tak jelas dan melambaikan tangannya, mengusir kedua temannya. Kepalanya sangat pusing. Diantara mereka, Junkyu lah yang memiliki toleransi rendah terhadap alkohol.

Mata Junkyu menatap sayup-sayup ke arah langit dari jendela. Samar-samar ia melihat seperti bintang jatuh. Tangannya mengepal dan mulai bergumam.

"Semoga gue ngga hidup sendirian sampai mati nanti." Sembari memijat kepalanya.

Setelah denyutan kepalanya berkurang, Junkyu tersadar ia belum membuang sampah hari ini. "Ah, sampah. Kalau ga dibuang, nanti bau."

Jalannya sempoyongan. Mata Junkyu berusaha fokus untuk menggenggam kantung plastik yang berisi sampah.

"Dapat!"

Brak!

Ia mengumpati kakinya yang menabrak pintu utama rumah makannya. "Sakit banget."

Untung saja tempat pembuangan tak begitu jauh dari tempatnya. Ia tak bersusah payah untuk pulang.

Hap!

Junkyu terkejut ketika seseorang memeluknya dari belakang. Tapi karena ia mabuk, tenaganya tak cukup kuat untuk melepaskan pelukan itu.

"Lepas." Ucapnya.

Bukannya melepaskan, seseorang yang telah memeluknya itu malah mencium bibirnya dengan rakus.

"Hmph!"

Terbuai. Junkyu mulai membalas ciuman itu.








.








Matanya terbuka sempurna. Menatap lurus langit-langit kamar yang sangat ia kenal.

Tak lama ia menghela napas. "Syukurlah, gue gak nyasar ke rumah orang."

Junkyu beranjak duduk dengan mengurut kepalanya. Seberapa banyak ia minum? Pusing kali ini lebih parah dari yang terakhir kali.

Tangannya membuka selimut. Seketika matanya membelalak. "Ngapain gue telanjang?"

Ia lebih terkejut ketika melihat sebuah kaki di atas kakinya. Junkyu membuang selimutnya ke lantai.

Mulutnya ternganga. Terdapat seseorang tanpa busana seperti dirinya. Junkyu masih shock. Ia berusaha mengingat apa yang telah ia lakukan.

"Junkyu bajingan. Lo perkosa anak orang." Makinya setelah berhasil mengingat beberapa potongan memori.

Dirinya menjadi sadar sepenuhnya. Pemuda itu mengambil selimut yang sudah ia lempar, dan segera menutupi tubuh pemuda yang tak ia kenali.

"Bego lo Kim Junkyu."

Ia mulai memakai kembali pakaiannya yang tersebar di lantai kamar. Tak lupa terus mengumpati dirinya.

"Eungh.."

Tubuh Junkyu membatu. Pemuda itu sudah bangun. Ia segera menyiapkan diri untuk semua sumpah serapah dari pemuda yang telah ia nodai.

"Huh? Aduh, sakit banget.." Eluhnya.

Junkyu meringis, pasti sangat sakit. Ia pasti bermain kasar karena muncul beberapa kebiruan ditubuh pemuda itu.

"Maaf." Suara Junkyu mengejutkannya. Sepertinya ia baru menyadari ada orang lain di kamar ini.

Pemuda itu mengubah posisinya menjadi duduk dan menutupi seluruh tubuhnya. "Kamu siapa!?"

"Kim Junkyu. Maaf, gue minta maaf." Junkyu membungkuk berkali-kali padanya.

Tak ada respon dari pemuda itu membuat Junkyu semakin merasa bersalah. "Semalam gue mabuk. Maaf gue udah renggut mahkota lo. Maaf.."

Pemuda itu menggeleng. Ia tadi terdiam karena berusaha mengingat kejadian semalam. "Aku juga mabuk.." Lirihnya.

Junkyu tetap membungkuk padanya. "Biar begitu, tetap gue yang salah. Maaf.."

"Mau kamu minta maaf seribu kali, juga ngga akan ngebalikin semuanya." Mata pemuda itu mulai berair.

Bruk.

Junkyu berlutut padanya. "Gue bakal tanggungjawab kalau terjadi sesuatu sama lo." Matanya menatap lurus dengan serius.

Pemuda itu menangkap ketulusan dan tak ada kebohongan dimata Junkyu. "Lupain aja. Anggap ngga pernah terjadi apapun."

Nyut..

Hati Junkyu terasa tercubit. "Ah.. sekali lagi maaf."

"Tolong ambilkan bajuku." Junkyu menurut dan memberikan pakaian pemuda itu.

Hening melanda. Tak ada yang bersuara hingga pemuda itu beranjak keluar kamar Junkyu. Namun sebelum itu, Junkyu menahan tangannya.

"Setidaknya kasih tau nama lo."

Pemuda itu menggigit bibir dalamnya. "So Junghwan."











.













Tubikontinyu.

Half >> KyuhwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang