08

1.3K 147 2
                                    

📌Thu., Sep 14, 2023.






.






Mungkin orang bertanya-tanya, darimana Junkyu mendapatkan uang dalam sekejap? Tidak, ia tidak mencuri. Ia juga tidak berhutang.

Prang!

Yang Junkyu lakukan adalah memecahkan celengannya. "Babi gue.."

Tapi ya sudahlah, Junghwan lebih penting. Ia masih bisa membeli babi baru.

Jemarinya merapihkan satu-persatu uang yang bertaburan. Ia cukup terkejut setelah menghitung jumlahnya. "Pantesan sering dikatain cungkring. Ternyata waktu kecil pelit dengan diri sendiri. Makasih ya, Junkyu dimasa kecil."

Uang itu lebih dari cukup. Bahkan mungkin saja bisa untuk dua kali periksa. Ah, semoga saja takdir mendukungnya.

"Kakak gak bilang mau pecahin babinya." Junghwan muncul dengan rambut yang masih basah.

Bukannya menjawab, Junkyu memilih menarik suami manisnya untuk duduk di atas pangkuannya.

"Hehehe.. uang ini memang mau kakak pakai untuk keadaan darurat, sayang. Ternyata bermanfaat buat dedebay." Ujar Junkyu sembari mengusap lembut rambut Junghwan menggunakan handuk kecil.

Hati Junghwan terenyuh. Bahkan babi kesayangannya pun rela ia pecahkan demi Junghwan dan bayinya. Belum tentu laki-laki lain mau melakukan hal itu.

"Kakak udah melakukan banyak hal buat aku. Tapi aku.. belum-"

"Shtt! Udah. Tugas kamu cukup sehat bersama dedebay. Itu udah bikin aku bahagia."

Lagi, dan lagi. Entah sudah keberapa kali ia jatuh cinta pada Junkyu. "Aku ngga akan pernah nyesal udah menikah sama kakak."

Junkyu tak menjawab. Memilih untuk memeluk suami tercintanya itu dari belakang. Membenamkan wajahnya pada ceruk leher Junghwan. Merasakan aroma yang begitu candu baginya.

"Kamu cantik. Dan selamanya tetap menjadi cantikku."

Blush~




.




Drrt.. drrt..

Ponsel Junkyu terus bergetar. Namun, pria itu sedang sibuk melayani pelanggan. Alhasil, Junghwan lah yang mengangkatnya.

"Halo?"

Wajahnya terlihat polos dan menggemaskan. Pemuda manis itu dengan serius mendengarkan suara dari sebrang sana.

"Ah? Saya bukan pemilik ponsel ini. Anda mau menunggu sebentar?" Sedikit lega, ternyata orang itu mau menunggu.

"Ada apa, sayang?"

Akhirnya Junkyu kembali. Segera saja Junghwan menyerahkan ponsel itu pada pemiliknya.

"Ya, halo?" Suara Junkyu semakin tak terdengar karena ia menjauhkan diri dari rumah makan. Bukannya apa, hanya saja terdengar berisik. Ia tidak mau salah dengar, nantinya.

Tak lama matanya membulat terkejut. "Ah? Saya tidak salah dengar?"

"Tentu saya mau! Bisa sebutkan pesanan yang anda mau, jumlah, serta alamat." Dengan cepat jemari Junkyu menulis disebuah note yang selalu ada pada sakunya.

"Terimakasih! Terimakasih banyak!!"

Setelah telepon itu mati, Junkyu melompat. Ia tak menyangka akan mendapat pesanan makanan yang sangat banyak untuk sebuah pesta. Belum pernah terjadi seperti ini.

Tapi,

Bagaimana ia akan membuatnya? Sebanyak itu, bisakah ia melakukannya sendiri?

"Kenapa, kak?"

Buyar sudah lamunan Junkyu. Rambut hitam itu menggeleng kecil. "Sekarang kamu siap-siap, bentar lagi kita berangkat ke dokter. Pulang nanti, aku baru cerita."






.




"Bagaimana dokter?" Sepasang suami itu menatap dokter dengan raut wajah khawatir. Apa ada hal buruk yang terjadi pad bayi mereka?

Kenapa? Pasalnya sedari tadi sang dokter hanya terdiam.

Perlahan dokter itu melepaskan kacamatanya. "Detak jantungnya bagus. Ia juga bergerak dengan aktif."

Perasaan lega mulai menyeruak. Junkyu mengeratkan genggamannya pada Junghwan. Mereka saling tersenyum.

"Tapi, janin kalian kekurangan gizi."

"A-apa?" Bagaikan disambar petir, Junkyu menatap dokter tak percaya.

"Saya akan memberikan resep vitamin dan obat lainnya sesuai keluhan anda tadi, serta menyarankan beberapa makanan yang penting untuk gizi janin."

Junkyu semakin merasa bersalah. Apakah ini karena kemiskinannya? Tuhan, kenapa Junkyu merasa tidak adil pada takdirnya?

Sepanjang perjalanan pulang, Pria tampan itu hanya melihat Junghwan yang tatapannya kosong.

"Sayang?" Tepukan dibahu pun tak menyadarkan Junghwan.

"Cantik?" Sekali lagi ia menyadarkan Junghwan.

Barulah pemuda itu merespon dengan terkejut. "Iya, kak?"

"Maafin kakak.."

Junghwan tak menjawab. Ia hanya tersenyum manis untuk Junkyu. Tidak ada yang perlu dimaafkan.

Si manis memilih untuk membuka pintu restoran  yang memang tak mereka kunci. Namun, saat melangkah masuk, mereka terkejut.

"Ayah? Bunda?"

Ekspresi ayahnya menggelap. Ia mengode sesuatu pada sang istri. Mau tak mau wanita yang telah melahirkan Junghwan itu mendekati mereka.

"Maaf, nak Junkyu." Ujar Nyonya So.

Maaf untuk apa? Junkyu tak mengerti.

"Aku mendapat kabar bahwa cucuku kekurangan gizi." Satu kalimat itu membuat Junkyu mengerti kenapa mertuanya ada disini.

"Pembual. Kau tak menepati janjimu. Bahkan bayi itu belum lahir, kau sudah membuatnya kekurangan gizi. Apalagi setelah lahir nanti?" Tuan So mulai berdiri dari duduknya.

"Ayah, aku bisa jelaskan. Aku-"

"Halah! Diam. Bawa Junghwan pergi." Ujar Tuan So pada istrinya.

"Ayah? Junghwan mau dibawa kemana?" Tentu saja Junghwan memberontak. Ia bingung kenapa sang ibu menariknya keluar.

"Aku akan membawamu pulang. Dan tak akan ku berikan lagi kau kepadanya, So Junghwan."

Otak Junkyu memroses apa yang terjadi. Kenapa disaat seperti ini, cara berpikirnya menjadi lambat?

Telinganya terasa berdenging. Tubuhnya mulai bergerak setelah menyadari jika belahan jiwanya tidak akan pernah kembali.

"Ayah, jangan bawa Junghwan. Aku mohon." Junkyu menahan Tuan So dengan berlutut di hadapannya. Namun sia-sia. Tuan So tidak akan mau mendengar.

"Ayah!! Junghwan gak mau! Ayaaah!!" Seakan tuli, pria tua itu memaksa anaknya untuk masuk ke dalam mobil.

Junkyu menggenggam tangan Junghwan. Hingga tangan mereka memerah. "Ayah, Junkyu mohon!"

"Kakak!! Tolong adek! Kakak!!"

"Kakak! Adek gak mau dibawa pulang! Adek mau sama kakak!!"

Suara mesin dan teriakan Junghwan menjadi satu. Pikiran Junkyu semakin kacau.

Genggaman mereka terpaksa harus terlepas.

"Kakak!!!" Jeritan pilu itu semakin tak terdengar.

Bodoh. Kenapa ia sangat lemah? Ia tak dapat menahan Junghwan untuk selalu berada disisinya. Apa yang ia lakukan sedari tadi?

"Tolol! Goblok! Gak berguna! Bisanya cuma nyusahin! Miskin! Hiks. Gue gak berguna.. Junkyu tolol mama.. Junkyu gagal jadi suami dan ayah. Junkyu.." Menangis? Apa hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang? Solusi! Ia harus mencari solusi.











.










Tubikontinyu.

Half >> KyuhwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang