Mimpi

43 16 94
                                    

Mimpi buruk yang ku kira sudah berakhir sejak lama, ternyata mulai datang kembali. Saat itu aku masih duduk di bangku sekolah dasar dan sedang melukis sesuai apa yang ku lihat. Dan setelahnya, ibuku tidak mengizinkanku melukis seperti itu lagi.

"Bisa-bisanya kau melukis itu!" Ibu memarahiku dan menyingkirkan lukisan itu.

"Kamu hanya boleh melukis apa yang Ibu bilang. Diluar itu, yang kamu lihat semuanya tidak nyata. Jangan pedulikan sosok apapun yang kamu lihat!"

Padahal ibu sendiri yang bilang kalau aku boleh melukis mulai dari apa yang kulihat di sekitarku. Kebetulan hari itu ada seorang wanita yang sedang berdiri di atas kanvasku dengan rambutnya yang terurai hampir menutupi seluruh permukaan kanvasku yang masih kosong. Sehingga tanganku mulai tergerak untuk melukisnya, goresan kuas dengan warna dominan merah dan hitam mempresentasikan sosok yang ku jadikan inspirasi itu.

Seharusnya aku menuruti perkataan Ibu, namun tanganku tidak bisa berhenti untuk tidak melukis makhluk yang ku lihat di atasku saat itu. Sejak hari itu aku mulai menggambar apa yang kulihat diam-diam. Berselang beberapa hari, aku mulai kerasukan dan diganggu para makhluk yang ku lukis.

"IBUUU!!"

"ADA APA? " Ibuku terkejut saat masuk ke kamarku dan melihatku tersungkur di lantai dengan darah yang tidak berhenti mengalir dari hidungku.

"Bu, Alta takut. Tolongg..!"

"Yang kulihat sekarang benar-benar menyeramkan, bu," aku menangis tersedu-sedu, dan rasanya tidak ingin membuka mata.

"Iya, jangan khawatir nak. Ibu ada di sini menjagamu." Ibu mendekapku dalam pelukannya sembari menenangkanku.

"Ibu akan mencari cara agar kamu tidak perlu lagi melihat hal-hal yang menyeramkan, Ibu pasti akan melindungimu bagaimanapun caranya."

Namun di penghujung tahun itu Ibu meninggal karena kecelakaan yang tidak diketahui penyebabnya. Aku yang tidak bisa apa-apa tanpa Ibu sekarang menjadi anak yang harus menghadapi semuanya sendiri. Aku terpuruk dalam rasa penyesalan dan berpikir bahwa akulah penyebab kematian ibuku. 'Seandainya aku menuruti perkataan ibu dan tidak menggambar para sosok makhluk yang ku lihat hari itu, pasti aku dan ibu tidak akan diganggu mereka, seandainya dan seandainya..' berbagai kalimat pengandaian terus bersahutan dalam pikiranku.

Mampu melihat 'mereka' artinya aku terhubung dan berada di antara dua dunia. Dan aku harus mulai terbiasa menghadapi semuanya sendiri.

"Hai anak kecil, sungguh malang nasib ibumu telah melahirkan monster sepertimu!" Ia adalah makhluk berkepala dua yang mengikutiku sejak aku lahir.

"Benar. Katakan dan ingatkan aku terus." Ucapku dan meninggalkannya.

Berselang beberapa bulan, ayahku pun menikah dan kini aku punya dua orang kakak tiri yang begitu menyayangiku. 

***

See you next part

Men komen yaa, Author seneng lihat respon kalian ^^

Btw mau lihat visual para pemerannya ga nih?

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang