15. Ledakan dan Kertas Mantra

552 56 2
                                    

Bukannya takut, Carellsa malah semakin penasaran dengan dunia luar yang dimaksudkan oleh Mint. Dunia yang di bayangannya indah ternyata menyimpan sesuatu yang tak terduga.

'Pantas saja para pelayan selalu menjawab kalau dunia luar menyeramkan. Aku pikir mereka membohongiku, rupanya mereka berkata jujur,' batin Carellsa.

Kemudian Carellsa mulai bosan memikirkan tentang dunia luar. Dia pun memutuskan untuk beranjak pergi ke luar kamar berjalan-jalan sejenak.

"Apakah itu Rodion? Kenapa dia sendirian saja?"

Carellsa tanpa sengaja melihat Rodion sedang terduduk di bawah pohon. Senyum jahil Carellsa terbit. Pikiran nakal mulai merasuki dirinya.

"Sepertinya aku harus mengagetkannya. Aku ingin tahu ekspresi seperti apa yang akan dia tunjukkan kepadaku."

Carellsa menangkap seekor kadal di semak-semak. Lalu Carella berjalan pelan-pelan di belakang Rodion. Setelah memastikan Rodion sedang termenung, ia pun melempar kadal itu ke kepala Rodion.

"Awas! Ada kadal!" teriak Carellsa.

Rodion terbangun dari lamunannya. Dia melompat karena terperanjat oleh suara pekikan Carellsa.

"Aaakhhhh! Kadal!"

Rodion ketakutan sesaat menemukan seekor kadal di atas kepalanya. Dia langsung melempar jauh kadal itu dan berlari menjauh sambil menggelinjang geli.

"Hahaha. Kau sangat lucu!" Carellsa tertawa lepas. Baginya, kejadian barusan amatlah menghibur.

"Yang Mulia!"

Rodion sangat kesal atas perbuatan jahil Carellsa. Bibirnya mengerucut disertai tatapan maut dengan alis mengerut.

"Apa kau takut dengan kadal? Kenapa bisa begitu? Hahaha. Padahal kau juga seekor kadal." Carellsa tak henti mengejek Rodion.

"Saya bukan kadal!"

"Kau kadal. Kadal versi raksasa."

Carellsa terkekeh menertawakan Rodion. Sedangkan Rodion hanya diam mendengar suara tawa Carellsa yang menggema di kupingnya.

"Terserah Anda saja. Saya tidak mau berbicara dengan Anda." Rodion merajuk, ia memilih pergi menjauhi Carellsa.

"Eh? Mau ke mana kau?" Suara tawa Carellsa terhenti. "Jangan pergi! Ayo kita bermain sebentar!"

Carellsa mengejar Rodion. Dia menyamakan langkah kakinya dengan Rodion.

"Saya tidak mau bermain dengan Anda. Sebaiknya, Anda bermain saja sendirian," kata Rodion enggan memaafkan Carellsa.

"Astaga, bisa-bisanya kau merajuk. Ya sudahlah, aku minta maaf, aku tidak bermaksud menjahilimu. Hanya saja tadi aku tak sengaja melihatmu sedang melamun sendirian di bawah pohon. Jadi, aku berpikir untuk mengagetkanmu sedikit."

Rodion menjeda langkah kakinya lalu berbalik menatap Carellsa.

"Itu bukan sedikit, Yang Mulia. Anda nyaris membuat jantung saya copot. Bagaimana jika seandainya jantung saya berhenti berdetak? Apa yang akan Anda lakukan?"

Carellsa terhening sepersekian detik sebelum ia kembali berbicara.

"Iya iya, maafkan aku. Maaf karena sudah jahil—"

Duarrrr!

Carellsa beserta seisi istana dikagetkan oleh kejadian tak terduga kala itu. Bahana ledakan yang bersumber dari istana timur kerajaan mengubah suasana tenang dalam sekejap.

"Apa? Bukankah suara itu berasal dari kediaman Elliot dan Arseno? Aku harus memeriksanya."

Carellsa buru-buru pergi ke sumber ledakan bersama Rodion. Alangkah terkejutnya Carellsa tatkala menemukan istana saudara kembarnya runtuh. Gadis itu panik bukan main. Dia bergerak mendekati reruntuhan untuk mencari Elliot dan Arseno.

"Elliot! Arseno! Di mana kalian?!"

Carellsa terus menerus memanggil mereka berdua. Seketika semua orang berkumpul di sekitar sana. Mereka tak kalah panik saat itu.

"Carellsa, apa yang terjadi di sini? Ayah mendengar suara ledakan dari jauh." Hughes akhirnya datang.

"Ayah ...." Bola mata Carellsa diselimuti ketakutan. "Elliot dan Arseno sepertinya berada di bawah reruntuhan ini."

"Apa?!"

Hughes syok bukan main. Dia bergegas memerintahkan semua orang yang berada di sana untuk membantu menyingkirkan reruntuhan yang menimpa kedua putranya.

"Carellsa, kau diam di sini. Biar Ayah saja yang mengurusnya. Paham?"

Carellsa mengangguk pelan. Hughes bergerak cepat menyelamatkan Elliot dan Arseno.

"Kenapa ini bisa terjadi? Tidak mungkin ini terjadi tanpa ada sebab tertentu," gumam Carellsa sembari berpikir.

Mint mengamati baik-baik suasana sekitar. Dia merasakan adanya energi negatif yang cukup kuat meliputi istana kediaman Elliot dan Arseno.

"Hei, tampaknya ada seseorang yang segaja meledakkan istana ini. Aku tidak tahu siapa, tetapi menurutku orang itu berencana memancing peperangan dengan kaum vampir," bisik Mint.

"Hah? Kau tidak sedang bercanda kan?" Raut muka Carellsa antara percaya dan tidak percaya.

"Tidak, aku serius. Coba sekarang kau pergi ke dekat teras istana yang runtuh ini. Kau akan menemukan sesuatu yang mengejutkan."

Tanpa menunggu lama, Carellsa yang mempercayai perkataan Mint melangkah ke lokasi yang dibicarakan Mint. Di sana Carellsa mencari-cari keberadaan sesuatu.

"Di mana? Aku tidak menemukan apa-apa," kata Carellsa kesal.

"Lihat dengan matamu secara teliti. Menghadaplah ke kanan, di sana ada sebuah tiang yang masih berdiri kokoh. Di antara tiang itu kau bisa menemukan yang aku maksud sebelumnya.".

Carellsa memutar bola mata malas.

"Baiklah, biar aku cek sebentar. Awas saja kalau kau berbohong, takkan aku beri kau makan selama tujuh hari."

Jemari mungil Carellsa menyelip di antara sela-sela tiang. Sepersekian detik berlalu, Carellsa menemukan sebuah gulungan kertas yang terbakar.

"Apa ini yang kau maksudkan tadi?" Carellsa melirik Mint.

"Iya, itu yang aku maksud! Mengapa kertas mantra ini bisa ada di sini?"

"Kertas mantra?"

Carellsa mencoba melihat sisa-sisa kertas mantra yang terbakar tersebut. Dia ingin memastikan kertas mantra sejenis apa itu.

"Aneh sekali. Kertas mantra merupakan benda paling langka. Siapa orang yang berhasil mendapatkan kertas mantra dan menyalahgunakannya untuk menyakiti orang lain?"

Carellsa mengedikkan bahu. Dia pernah membaca soal kertas mantra di dalam buku. Di sana tertulis bahwasanya kertas mantra merupakan salah satu media penghancur yang sangat kuat.

Dahulu terjadi perang besar-besaran dengan kematian yang tak terhitung di medan peperangan. Setelah diselidiki, rupanya kertas mantra ini mempunyai peran di perang itu yakni digunakan sebagai senjata pembunuh. Semenjak saat itulah keberadaan kertas mantra dihancurkan oleh para penyihir.

"Aku harus menyerahkan masalah ini kepada ayah. Aku tidak mau memikirkan hal rumit yang tak sesuai kapasitas otak anak kecil. Biar ayah saja yang menyelidikinya."

Langkah kaki kecil Carellsa berjalan mendekati Hughes. Semua orang sedang sibuk, jadi Carellsa terpaksa menunda niatnya untuk berbincang dengan Hughes.

"Yang Mulia, kami sudah menemukan kedua Pangeran!" seru seorang kesatria.

"Cepat bawa mereka ke dalam sekarang juga. Jangan lupa panggilkan dokter untuk memeriksakan tubuh mereka berdua."

Carellsa mengikuti langkah Hughes dari belakang. Dia khawatir melihat kondisi tubuh Elliot dan Arseno. Tubuh mereka dipenuhi luka dan darah yang berceceran di sela luka tersebut.

'Aku punya firasat buruk soal luka mereka. Apa yang harus aku lakukan berikutnya? Mungkinkah memang perlu campur tanganku untuk membantu pemulihan mereka? Ah, mereka adalah vampir. Jadi, mustahil luka-luka itu mempengaruhinya. Namun, aku masih tidak bisa mempercayai dugaanku sebelum dokter memutuskannya.'

Reinkarnasi Sang Ahli FarmasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang