Follow Instagram @wp.indahyuuv
*・゜↝__V__O__M__E__N__ ↝ *・゜
~☆~
Bara kembali duduk ketika dokter menyatakan bahwa Araya masih dalam kondisi kritis, sedangkan Bara ia sedari tadi hanya melamun. Pernyataan dari dokter tadi, hanya menambah beban pikirannya saja.Sejam berlalu, dokter masih berada di ruang UGD tempat Araya sedang dirawat. Dengan penantian panjang, dokter kembali keluar. Kali ini, sang dokter membawa berita baik.
Dokter itu melepaskan maskernya, "Pasien sudah bisa melewati masa kritisnya, untuk sekarang pasien akan dipindahkan ke kamar biasa."
Bara sedikit tersenyum, "Terimakasih dok, apa saya nanti sudah bisa jenguk dia?"
"Tentu saja bisa. Tapi jangan terlalu berisik ya, pasien butuh istirahat."
Bungker perlahan didorong keluar menuju ruang inap, Araya terlihat masih menggunakan bantuan oksigen.
Bara segera masuk ke dalam untuk melihat kondisi gadis tersebut. Sedangkan yang lain menunggu di luar.
Evan berdiri di samping Adit yang sedang duduk, ia mengeluarkan benda pipihnya dari kantong. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, ia hampir lupa untuk menghubungi sang Bunda. Bahwasanya ia akan terlambat pulang.
Ia mengklik room chat, mencari keberadaan nomer sang Bunda. Lalu memberikan pesan singkat namun sopan.
"Sayang ..."
Suara rengekan itu berasal dari Felly, pacar dari Abi. Mereka baru-baru ini sudah menjalin hubungan, tapi bucinnya sudah melampaui kakek dan nenek. Mereka saling berpelukan satu sama lain.
"Emang boleh sebucin ini?" Tanya Adit
Mario juga ikut bertanya ala-ala Adit, "Emang boleh pelukan di depan jomblo, kayak Adit ini?"
"Gua terus yang kena!"
Evan sudah sering kali melihat tingkah konyol dari Adit serta Mario. Jadi jangan tanya lagi, kalau ia sudah kebal dengan tingkah mereka berdua.
Ia hanya bersikap cuek saja, jika ada yang menyenggol dirinya. Baru Evan akan angkat bicara. Evan melihat kedatangan seorang gadis dari toilet di ujung sana, masih dengan ciri khasnya yaitu rambut dikuncir dua.
Siapa lagi kalau bukan Salsabila, Evan menatapnya dengan tajam. Seperti masih ada dendam yang tersimpan dalam hatinya.
"Udah kencingnya?" Tanya Amalia, sedari tadi Salsabila sudah menahannya di dalam mobil. Situasi dingin seperti ini, memungkinkan kita akan selalu ingin pergi ke toilet.
Salsabila tersenyum sambil mengangguk, namun senyuman itu langsung pudar, ketika ia melihat Evan ada di sana juga.
Ia membenahi kacamata nya agar sejajar dengan kedua mata, Evan masih saja memandanginya dengan sorot mata yang masih penuh amarah tapi tunggu, Salsabila sekarang menatap nya dengan lekat. Ia merasakan sesuatu yang aneh di mata lelaki itu, entahlah apa yang Salsabila lihat sampai tidak berkedip sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evan Mahendra [ Revisi ]
Teen Fiction🎀FOLLOW SEBELUM MEMBACA🎀 Rasa kesal, marah dan juga benci menjadi satu di hati pemuda bernama Evan Mahendra. Iya, Evan Mahendra si cowok cuek, irit bicara, tapi sekali bicara bisa membuat lawan bicaranya tak berdaya. Sampai-sampai ia mendapat julu...