8. EM

144 10 1
                                    

Follow Instagram  @wp.indahyuuv


      *・゜↝__V__O__M__E__N__ ↝  *・゜

                  

                              ~☆~

Tidak biasanya angkutan umum tiba-tiba menghilang bak ditelan megalodon seperti ini, sudah 15 menit ia menunggu angkot ataupun angkutan umum lain yang lewat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak biasanya angkutan umum tiba-tiba menghilang bak ditelan megalodon seperti ini, sudah 15 menit ia menunggu angkot ataupun angkutan umum lain yang lewat. Tapi nihil, tidak ada satupun yang lalu lalang di depan sekolah SMA Aksara Bangsa.

Dengan rasa sakit yang masih terasa, ia terpaksa menjalankan kakinya yang terlihat begitu lebam. Jam sudah menunjukan pukul setengah 3, dan matahari masih bisa dibilang menyengat.

Salsabila berjalan perlahan di bawah terpaaan cahaya matahari. Walau sudah menjelang sore, cahayanya masih begitu terasa membakar kulit.

Brum, brum, brum.......

Tiba-tiba suara motor mulai mendekat ke arahnya, membuat Salsabila menolehkan pandangan ke arah belakang.

"Naik!"

Satu kata namun membuat Salsabila bingung dengan itu, ia menatap sebuah mata yang masih tertutup dengan kaca helm.

Lelaki itu seketika menaikkan kaca helm, terpampang dua buah mata yang sedang menatap Salsabila dengan tajam.

"Cepet anjir, panas!"

Lagi, lagi dan lagi. Salsabila harus menuruti perintah dari Evan, ia menaiki motor itu dengan perlahan. Lalu keduanya pergi dari tempat itu tanpa meninggalkan apapun.

Tidak ada percakapan yang timbul di antara mereka, hanya ada suara motor serta angin yang berliuk-liuk di  antara pohon di samping jalan raya.

Kalian tenang saja, Salsabila sudah menggunakan sebuah helm. Tadi sebelum pulang, Evan telah meminjam helm di ruang OSIS untuk digunakan oleh Salsabila sekarang.

"Kenapa berhenti di sini?"

Pertanyaan itu yang menjadi awal perbicangan mereka.

"Rumah sakit tempat apaan?" Pertanyaan sederhana yang pastinya bisa dijawab oleh bocah SD.

"Tempat berobat," jawab Salsabila yang masih saja bingung dengan sikap asli dari lelaki di depannya kini.

Evan hanya mengangguk dan perlahan menarik tangan mungil itu untuk masuk ke dalam. Salsabila sedikit terkejut dengan tarikan tersebut, ia hanya melangkahkan kaki beririringan dengan Evan sebagai penununtun arah.

Tibalah ia di sebuah ruangan dengan seorang pria yang berjas putih serta stetoskop di tangan kanannya.

Pria itu memeluk Evan dengan erat,
"Gimana kabar kamu, sehat?"

Evan Mahendra [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang