10. EM

138 13 0
                                    

Follow Instagram  @wp.indahyuuv

      *・゜↝__V__O__M__E__N__ ↝  *・゜

                  

                              ~☆~

                              ~☆~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jadi... Dulu Edgar suka sama lo?"

Salsabila mengangguk, mereka berdua duduk di taman kota yang tak terlalu ramai. Sudah setengah jam mereka bersama disana, berbicara mengenai Edgar.

Ting, ting, ting...

Suara gerobak es lilin muncul di ujung sana, sontak membuat Salsabila  gembira. Ia menghampiri Pak Bandem - pedagang es lilin keliling langganan Salsabila, sedangkan Evan melirikkan matanya pada gadis yang sedang asik mengobrol di ujung taman.

"Makasi ya, pak. Ini uangnya, kembalinnya ambil aja." ucapnya memberikan selembar uang berwarna hijau.

Pak Bandem mengambil uang itu dengan senyuman yang menyembul di bibirnya, "Terimakasih, non. Semoga non segera dapat jodoh, dan enggak beli es lilin sendirian lagi."

Salsabila tertawa kecil kala mendengar doa itu. Tapi apapun doanya, semoga itu menjadi kenyataan suatu hari nanti bagi Salsabila.

Evan mengalihkan pandangan saat Salsabila berjalan menuju arahnya. Ia mengambil ponsel di saku celananya, ia menggeser-geser chat WhatsApp seolah seperti ada yang memberikan pesan padanya. Padahal nihil, room chatnya begitu sepi, termasuk grup yang biasanya ramai seperti pasar malam. Entah kenapa sekarang sepi, bagaikan terkena gempa bumi.

"Buat kakak," Salsabila menyerahkan es lilin rasa stroberi pada Evan.

Evan mendongakkan kepala, tak tau kenapa, tangannya terulur dan mengambil es lilin tersebut.

"Thanks," ucapnya pelan yang hanya bisa didengar olehnya dan Salsabila.

Salsabila tersenyum lagi, jika dilihat-lihat senyum Salsabila itu manis. Sangat manis, mengalahkan es lilin yang kini berada di tangan Evan.

"Dia cantik juga kalo lagi makan es krim,"

"Woy, Van. Ga usah ngadi-ngadi, dia orang yang bikin lo gagal dapet novel. Inget, anjir, inget!"

Evan membuka lilitan tali di ujung plastik es itu, lalu ia cicipi sedikit. Rasa pertamanya biasa saja, tapi lama-kelamaan es itu cukup enak baginya.

Ia membuka tas bagian depan, lalu memberikan sebuah tisu pada Salsabila, karena sekarang di sekitar area bibir gadis itu sangat kotor seperti bocil saat memakan es krim.

"Makan es krim, ga usah kayak bocah. Bisa gak?"

Salsabila sedikit mengerti dengan perkataan Evan, ia mengambil ponsel di tasnya lalu bercermin di sana. Benar saja, bibirnya sangat belepotan oleh es lilin tadi.

Evan Mahendra [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang