Kelas pagi ini selesai lebih cepat dari dugaan Sean. Tadinya lelaki itu sudah bersiap pergi menuju parkiran kampusnya, namun tertunda karena Adriyan yang tiba-tiba mengajak pergi ke kafe yang letaknya tidak jauh dari kampus untuk mengambil barangnya yang tertinggal.
Alhasil sekarang Sean dan keempat lelaki yang sedang sibuk dengan ponselnya masing-masing itu duduk di kursi kafe.
"Kata lo mau ngambil barang yang ketinggalan, tapi kenapa kita malah duduk diam di sini?" tanya Efran.
"Orang yang bawa barang gue belum datang, mungkin sebentar lagi datang"
"Lo ninggalin apaan Yan?" Eza ikut bertanya setelah meletakkan ponselnya di atas meja.
"Flashdisk"
"Isinya apa?" Eza menggeser kursinya sedikit mendekat pada Adriyan"Video begituan?"
Adriyan menatap Eza datar. "Isinya tugas kuliah goblok, kotor banget pikiran lo"
"Lo kalo nanya yang bener aja Za, ngapain njir Adriyan nyimpen begituan di flashdisk" sahut Efran.
"Gue mau pesan minum, ada yang mau?" Sean bertanya setelah lama diam.
Keempat lelaki itu kompak menggeleng sebagai jawaban. Sean beranjak dari kursinya menuju tempat pemesanan.
"Saya mau pesan coffee latte satu"
"Baik, ada lagi?"
"Suda-"
Belum selesai Sean berucap, gadis di hadapannya itu tiba-tiba saja menunjuknya.
"Lo yang minjemin Vina topi kan"
Sean menatap bingung gadis itu. Bagaimana ia bisa tau?.
"Gue temen Vina, yang waktu itu"
Pantas saja Sean sejak tadi merasa tidak asing.
"Lo yang punya kafe ini?"
Gadis itu mengangguk lalu membuat coffee latte milik Sean.
Tidak butuh waktu lama, beberapa menit kemudian coffee latte itu sudah ada di hadapan Sean.
"Free"
"Free?" tanya Sean memastikan bahwa ia tidak salah dengar.
"Sebagai ucapan terimakasih gue karena lo udah bantu Vina"
Sean mengambil coffee latte itu. "Thanks"
***
"Semoga orangnya ngga nunggu lama"
Vina berlari sekuat tenaganya menuju kafe Jina. Ia terpaksa turun dari ojek online di pinggir jalan karena macet.
Untung saja jalan tempat ia turun tidak terlalu jauh dari kafe membuatnya tidak harus berlari terlalu lama.
Vina membuka pintu kafe itu dengan nafas yang masih terengah-engah lalu masuk. Sebelum menemui pemilik flashdisk itu ia berencana untuk meminta segelas air pada Jina, namun saat ia ingin menemui Jina matanya tidak sengaja melihat gadis itu sedang berbicara dengan seorang lelaki membuat Vina mengurungkan niatnya.
Vina mengambil ponselnya dari dalam saku hoodienya untuk mengirimkan pesan pada pemilik flashdisk itu.
To: Unknown
Saya sudah di kafeTidak sampai beberapa menit pesan itu langsung di balas.
From: Unknown
Saya juga, mba di mana.To: Unknown
Bisa liat saya, saya pakai hoodie putihVina menatap sekeliling kafe mencari pemilik flashdisk itu.
Vina melambaikan tangannya yang memegang flashdisk saat matanya menemui seorang lelaki yang sedang menatapnya sambil menunjuk kearahnya. Belum sempat ia melangkahkan kakinya menuju lelaki itu, seseorang tiba-tiba saja berdiri di hadapannya.
"Akhirnya ketemu juga"
Sial.
Bian, lelaki yang sedang berdiri di hadapannya saat ini.
Vina menghela nafasnya kasar. "Minggir"
Lelaki itu tertawa pelan lalu menggenggam erat tangan Vina. "Lo mau kemana?"
"Bukan urusan lo, lepasin tangan gue"
"Ayolah Na, mau sampai kapan lo kaya gini. Perjuangan gue masih kurang?"
Vina menatap kesal Bian. "Gue perlu kasih tau lo berapa kali, gue ngga suka sama lo"
Bian kembali tertawa pelan lalu membungkukkan sedikit tubuhnya agar wajahnya sejajar dengan wajah Vina. "Gue ngga akan pernah berhenti, sampai lo suka sama gue"
Vina menarik tangannya dari genggam lelaki itu. "Sampai kapan pun gue ngga akan pernah suka sama lo, jadi berhenti ganggu gue"
"Gue ngga akan berhent-"
"Waduh, ada apa nih"
Bian menegangkan kembali tubuhnya lalu berbalik.
Sean dan Saga. Bagaimana bisa kedua lelaki itu ada disini.
"Lo ngga papa kan Na?" Jina, gadis itu langsung menarik Vina untuk menjauh.
"Lo berdua ngga usah ikut campur urusan gue"
"Lo mau sampai kapan anjir gangguin anak orang" Saga berucap.
"Bacot"
Sean berjalan mendekati Bian lalu menarik kerah baju lelaki itu. "Sudah cukup gue selama ini diam, gue ngga akan biarin lo ganggu Vina lagi"
Tunggu, apa maksud Sean. Apakah lelaki itu selama ini diam-diam memperhatikan apa yang di lakukan Bian pada Vina?.
To be continued.
Yunjin as Jina Revaliana
KAMU SEDANG MEMBACA
untitled
Teen FictionSudah menjadi kebiasaan Arsean Sagupta duduk diam dengan sebuah pena dan buku di tangannya, menggambar apa yang sedang di lihat kedua matanya atau sekedar menggambar apa yang ada di pikirannya. Gambar indah yang tersusun rapi di dalam buku bersampul...