04

14 3 3
                                    

Sudah satu minggu sejak kejadian Sean meminjamkan topinya pada Vina. Entah apa rencana semesta selanjutnya, mereka tidak pernah bertemu lagi setelah itu.

Seperti biasa Sean menyibukkan dirinya kembali dengan menggambar. Ia lebih tertarik menggoreskan penanya pada buku, dari pada memperdulikan teman-temannya yang ribut karena sebuah game.

Namun kali ini ada yang berbeda dari gambar yang di buat Sean. Lelaki itu seperti sedang menggambar sketsa wajah seseorang.

"Woi Sean, lo ngapain?" pertanyaan itu keluar dari mulut Saga yang baru saja bangun setelah hampir satu jam tertidur.

"Lo tidur apa kelahi dah, sampe berantakan gitu tempat tidur gue" Efran menatap sedih tempat tidurnya yang sudah susah payah ia rapikan tapi kembali berantakan karena Saga.

"Tidur lah, buta mata lo" Saga beranjak dari tempat tidur itu lalu ikut duduk di sebelah Sean.

"Beresin anying tempat tidur gue"

"Sabar napa, ngga bakal kabur juga gue"

Saga melirik buku Sean lalu beralih melirik lelaki itu. "Serius amat masnya"

"Jangan ganggu gue, beresin tuh tempat tidurnya Efran"

Saga berdengus kesal. "Siapa juga yang mau ganggu"

"Eh kalian masih ingat ngga sama cewe yang di sukain sama Bian?" Eza bertanya sambil masih menatap layar ponselnya.

"Kayanya dia tinggal di daerah sini"

"Lo tau dari mana?" tanya Saga sambil melirik Sean.

Kening Sean berkerut. "Liat apa lo?"

Lelaki itu tidak menjawab lalu mengalihkan matanya kembali pada Eza sambil terkekeh.

"Lo kenapa dah?" Eza mengalihkan tatapannya dari ponsel lalu menatap heran Saga.

"Biasa, gilanya kumat itu" sambar Efran.

"Tai"

"Makanya Ga, kalo obat mau habis tuh langsung di beli"

"Mending lo jawab pertanyaan gue Za, dari pada ikut ngatain"

"Iya dah, gue ketemu dia di mini market depan tadi"

Sean mengangguk lalu beralih menatap Sean dan Efran bergantian. "Lo berdua kayanya ngga tertarik sama cerita Eza"

Kedua lelaki itu tidak menggubris, memilih fokus pada kegiatan masing-masing.

"Tenang Za, gue akan selalu jadi pendengar dari cerita lo"

***

Keadaan rumah Vina sore ini tidak cukup ramai hanya ada ia dan kedua lelaki yang di minta tolongi mamanya untuk menjaganya, Eyden dan Hesa. Karena kedua orang tua Vina sedang pergi keluar kota.

Jika kalian bertanya dimana Juan, Vina juga tidak tau. Lelaki itu sejak pagi buta sudah hilang entah kemana.

Bahkan pesan dari Vina yang sudah ia kirimkan sejak siang tadi masih belum di balas oleh kakaknya itu. Masa bodoh sudah, mau lelaki itu pulang atau tidak.

"Abang lo mana Na?" Eyden bertanya sambil memakan camilan yang ada di atas meja.

"Ngga tau gue, waktu gue bangun dia udah ngga ada di rumah"

"Udah coba di hubungin?"

"Udah gue chat dari tadi siang, tapi ngga di balas sama dia"

"Parah banget abang lo" Hesa bersuara.

"Terserah dah, kalo pulang syukur"

"Kalo ngga pulang?"

"Tinggal telpon nyokap sama bokap gue buat nyoret nama dia dari kartu keluar. Beres"

"Serem amat neng" itu suara Juan.

Vina menengok ke arah pintu rumahnya. Benar saja, ada Juan disana yang sedang menatap Vina.

"Lo dari mana anjir, keluar ngga bilang-bilang" Vina bersuara dengan nada kesal.

"Hotel"

"Ngapain ke hotel?. Gue kasih tau papa ya kalo lo aneh-aneh"

"Gue becanda anjir, serius amat" Juan ikut mengambil tempat di sebelah Hesa lalu meletakkan sekotak martabak di atas meja. "Itu martabak kesukaan lo, awas ngga di makan"

"Lo mau nyogok gue?"

"Kagak, itu gue berikan dengan rasa ikhlas"

"Bohong"

"Serius, ngga bohong gue"

Vina menghela nafas pelan. "Gue ngga bakal kasih tau mama papa"

"Seriu-"

"Tapi kasih tau gue dulu abang tadi kemana"

"Gue ke rumah temen doang kok. Main game"

"Oke"

Sejujurnya Vina ragu dengan jawaban kakaknya itu namun ia memilih untuk mempercayainya agar martabak kesukaannya itu tidak di ambil kembali oleh Juan.

"Kalo gitu gue ke kamar dulu ya"

Vina mengangguk sambil mengambil martabaknya. "Iya"

To be continued.

Beomgyu as Bian Kelvaro

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beomgyu as Bian Kelvaro

untitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang