CAHAYA 43

1.5K 100 11
                                    


Tidak butuh waktu lama mobil Elgar terdengar memasuki pekarangan rumah mama lisa, Elgar hanya ingin menemui temannya sendiri saja tanpa harus ditemani oleh cahaya, walaupun pernikahan mereka sudah terang-terangan, Elgar tetap tidak mau istrinya jadi bahan omongan orang lain.

"Lewat pintu belakang aja deh, aku mual disini terus." sahut cahaya.

"Iyaudah kalau gitu ayo, aku juga dari belakang." Elgar membukakan pintu untuk cahaya dan mereka langsung berjalan bersam menuju pintu belakang.

Akhirnya mereka tiba diantara dua lorong, lorong kamar dan lorong menuju ke ruang keluarga. Elgar mengantarkan cahaya lebih dulu ke kamarnya, lalu mengecup kening wanitanya dan melambaikan tangannya.

"Aku keluar sebentar ya, kamu kalau lapar panggil bik sari aja ya sayang. Jangan banyak bergerak" peringat Elgar.

"Iya, kak." cahaya langsung merebahkan dirinya lagi. Perutnya yang sudah semakin membesar membuatnya kesulitan.

Apapun posisinya tetap aja salah, kadang ia merasa sangat lelah, "Huftt, kenapa nggak ada posisi yang enak sih? Apa dulu bunda kek gini waktu hamil sama aku?"

"Hmm, pasti bunda capek banget," Cahaya memayunkan bibirnya mengingat bunda maya. Dia kembali mencari posisi yang nyaman untuk dia mengulang hafalan dengan al- quran kecil yang selalu dirinya bawa kemana-mana.

Diluar Elgar tersenyum sekilas ke arah mereka dan kembali memasang wajah datar. Ia duduk bergabung dengan mereka, begitupun dengan arfan, Denis dan juga dion.

"El' gimana keadaan lo? Udah baikan? Gue ngira lo pindah universitas, ternyata lo kecelakaan sampai koma satu bulan," Ujar salah satu teman sekelas nya.

"Iya, maksih ya kalian udah repot-repot jengukin gue."

"Santai aja kali, oh ya istri lo cahaya kan? Mana dia kok nggak ada?" tanya seorang kating sebut aja nama nya karin.

"Nih anak pertanyaan nya bikin gue pengen nendang dia ke afrika." bisik arfan ke telinga Denis.

"Oh dia lagi istirahat, nggak bisa diganggu." Sakit Elgar.

"El, jadi lo sekarang udah sembuh kan? Udah bisa ngampus lagi?"

"Iya, besok gue bakalan kembali ngampus."

Semuanya asik berbincang, tidak lupa juga candaan yang selalu dilontarkan oleh Denis dan arfan akan tetapi lain dengan dion.

Dua jam lamanya, akhirnya mereka pulang satu persatu membuat Elgar menghembuskan nafasnya lega. Sekarang sudah tidak ada tamu lagi kecuali tiga curut yang setia disamping Elgar. Akan tetapi, Elgar menendangnya agar mereka juga ikut pulang juga.

"Kalian ngapain diam aja disini? Gue mau kalian pulang, sana-sana pulang aja. Gue mau istirahat, mau manja jelita sama binik gue, sana lo pada ah." Elgar menendang bokong kedua temannya itu namun dion sudah duluan keluar.

"Yaelah, mentang-mentang sama jomblo lo begitu. Awas aja kalau gue nikah sama malisa inget lo, ayo fan kita pulang." Denis menarik tangan arfan bergandengan sudah seperti orang yang ingin menyembrang jalan.

"Tuhan... Tolong kirimkan jodoh padaku tapi neng malis ya, aku bosan menjomblo bin single mulu padahal muka ku tampan bin manis, sifat aku juga baik bin ikhlas." ujar Denis memohon.

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang