Part 2: Verse 1

355 85 17
                                    

Manggala menahan senyumannya saat mendengar suara petikan gitar yang terputar di radio mobil. 

Sebuah lagu terputar. Lagu yang mengingatkan Manggala pada satu orang. Siapa lagi jika bukan Kala Senja Niskala. 

Sempurna - Andra and The BackBone

"Di setiap langkahku, ku kan selalu memikirkan dirimu. Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu." 

Manggala bernyanyi dengan penuh penghayatan. Lirik yang sudah dihapal di luar kepala. Bagaimana tidak, lagu ini sudah terputar sebulan penuh tanpa merasa bosan sama sekali. 

"Oh sayangku, kau begitu sempurna," Manggala melantunkan lirik tersebut seraya mengingat wajah senang Senja yang diajak makan mie rebus semalam. 

Benar, kemarin malam Manggala berhasil menjemput Senja di hotel di mana ia bekerja. Lelaki itu juga berhasil membawa Senja untuk makan di sebuah kedai tenda yang buka saat malam. Mereka hanya makan mie rebus. Namun kabahagiaan dan kehangatan itu terasa begitu mahal. 

Tepat saat lagu selesai, Manggala mendapat sebuah panggilan. Dari Pak Junaedi. 

"Saya sebentar lagi sampai, Pak. Tadi jalanan agak macet."

"Oke. Hati-hati kamu, jangan ngebut. Nanti mobil saya rusak."

Manggala terkekeh. "Siap, Pak," balasnya dengan jenaka namun tegas. 

Sudah sebulan terlewati, dan Manggala sudah menyelesaikan skripsinya dengan baik. Hanya perlu menunggu yudisium dan wisuda saja. Selagi menunggu waktu itu, ia memanfaatkannya dengan bekerja dengan Pak Junaedi. 

Gajinya naik, dan selain menabung untuk adik-adiknya, Manggala juga bisa mengajak Senja untuk kencan. Manggala bersyukur karena dipertemukan dengan orang-orang baik. Dan juga sangat bersyukur karena bisa dipertemukan dengan Senja. 

.
.
.

"Jadi, sarjana hukum nih?"

Manggala membalikkan badannya saat mendengar suara yang cukup familiar di telinganya. 

Matanya membulat tidak percaya saat melihat Senja di hadapannya. Senyum bahagia tidak bisa terhindarkan di wajah Manggala. 

"Selamat, ya," ujar Senja yang kemudian menyerahkan sebuket bunga kepada Manggala. 

"Repot-repot segala," balas Manggala dengan tangan yang menerima buket bunga dari Senja. 

"Nggak, kok. Aku seneng kasih hadiah buat kamu."

"Aku kira kamu gak bakal dateng."

Senja menghela napas pelan. "Aku juga mikir gitu. Tapi ternyata temen aku bisa gantiin jadwal masak aku. Jadi aku dateng deh ke wisuda kamu."

"Makasih, ya," ujar Manggala dengan mengusak tangannya pada puncak kepala Senja. 

"Sama-sama."

.
.
.

Manggala dan Senja kini berada di sebuah kedai tenda. Senja katanya sedang ingin makan mie rebus dengan cabai hijau yang dipotong kecil. Maka, Manggala mengabulkannya.

"Aku dapet kesempatan untuk kerja di kapal. Itu impian aku banget untuk jadi koki di kapal."

Manggala membulatkan matanya mendengar ucapan Senja. "Serius? Wah, selamat!"

Senja tersenyum senang. "Makasih! Kamu orang pertama yang tau."

"Masa? Orangtua kamu? Nanda?"

"Aku serius. Kamu yang pertama tau. Soalnya aku baru dapet kabarnya sebelum pulang tadi."

Sempurna  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang