Pre-Chorus and Chorus

261 71 22
                                    

Note: pastiin kalian udah baca Verse 2 alias chapter sebelumnya. soalnya kemarin update gak ada notif

.
.
.

Manggala menatap anak lelakinya yang kini berjalan ke arahnya tanpa dipegang sama sekali. 

"Sini, Papa di sini!" Manggala segera mengangkat Asta yang kini sudah berada di pelukannya. Berhasil berjalan tanpa bantuan siapapun. 

Lelaki yang kini sudah berstatus sebagai ayah itu tertawa senang bersama anaknya. Badannya berputar dengan sang anak yang diangkat tinggi ke langit. 

"Sayang, nanti Asta pusing," ingat Senja. 

Asta lahir tepat di tanggal yang sama dengan hari kelahiran Manggala. Tidak hanya tanggal dan bulan lahir yang sama, wajah Asta pun sangat mirip dengan Manggala. Senja benar-benar bingung. Semakin Asta tumbuh, semakin mirip dengan Manggala.

Berhubung Manggala dan Senja sudah mendapatkan permanent residence-nya, Asta pun lahir di Inggris dan memiliki kewarganegaraan Inggris. Cukup memudahkan Manggala dan Senja yang memang berniat pindah kewarganegaraan.

"Sayang, minggu depan kita ke Italia, yuk. Liburan bareng Asta."

"Coba kasih tau aku gimana caranya aku ambil libur kalau aku kepala koki sekarang?" balas Senja dengan sinis.

"Kamu kalau ada penelitian ke Italia, yaudah pergi sendiri ke sana. Gak usah ajak aku atau Asta. Eh tapi terserah sih kalau kamu mau ajak Asta. Asal bisa jaga anak yang bener aja."

"Iya juga, ya. Gak bisa kaya dulu, kalau mau izin bisa seminggu sebelumnya."

"Kamu mau makan apa malem ini?" tanya Senja saat melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 5 sore.

Manggala mendekat ke arah istrinya dan berbisik, "aku kangen kamu. Boleh makan kamu aja, gak?"

Senja menjauhkan dirinya dari Manggala. "Jangan sekarang, anak aku belum tidur."

.
.
.

Kini Senja membuka usaha sendiri. Usaha katering yang lumayan berjalan baik. Banyak ibu-ibu di sekolah Asta memesan makan siang untuk bekal anak mereka. 

Ah, benar, Asta Sanghika Marga kini sudah berusia 6 tahun dan memulai sekolah dasarnya. Anak itu tumbuh dengan baik. Menjadi lelaki kecil penuh afeksi, cerdas, dan bertanggung jawab. 

Pernah suatu hari Senja dan Manggala dipanggil ke sekolah karena Asta yang memukul temannya. Berdasarkan cerita dari Asta, lelaki itu hanya membela teman perempuannya. Katanya, teman lelaki yang menjadi korban pemukulan Asta itu jahil dengan mengangkat rok teman perempuannya. 

Beruntung Manggala mengerti tentang hukum yang berlaku di Inggris, ia dengan alot berselisih paham dengan orangtua korban pemukulan Asta. 

"Okay, let's take this to court," ujar Manggala karena sudah kesal.

"That is unnecessary, Sir."

"Kalau begitu, biarkan anak kita saling meminta maaf. Lalu anak anda harus meminta maaf kepada murid perempuan yang dibela oleh Asta."

Sekiranya begitulah yang terjadi hingga Senja dan Manggala harus dipanggil ke sekolah. Asta tumbuh seperti Ayahnya yang sangat menghormati dan penuh afeksi terhadap perempuan. 

Pernah juga suatu hari Senja menunjukkan rasa sakit di perutnya akibat siklus bulanan menstruasi. Pada saat itu Senja hanya bisa tidur meringkuk dan tidak sanggup berjalan hanya untuk sekedar memanaskan hotpack. Manggala pun sedang penelitian ke luar negeri hingga tidak bisa diminta tolong.

Dan entah belajar dari mana, Asta membawakan piring dengan hotpack yang sudah dipanaskan di microwave

"Mama, semoga cepat sembuh. I love you," ujarnya yang kemudian mengecup bibir Senja. 

Sempurna  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang