Senin, 02 Januari 2023
Suasana terdengar ramai, sirene polisi dan ambulance saling sahut-menyahut—pun beberapa warga terlihat mengerumuni area luar pagar, mereka semua sempat terkaget tak kala brankar dari dalam rumah keluar dengan membawa seorang wanita pertengahan tiga puluh tahun yang sudah terbujur kaku tak bernyawa. Diantara mereka mulai bertanya-tanya dan menciptakan spekulasi sendiri.
Dari area gerbang Rumah Nyonya Azela yang hanya berjarak sekitar enam meter, berdiri seorang gadis dengan stelan baju kaos hitam polos dan trening hijau. Menatap tak bergeming pada brankar yang akan berpindah kedalam mobil ambulance. Peristiwa pagi ini membuatnya teringat pada apa yang dialami Almarhum Lukman.
Tak berapa lama atensi Rahayu buyar ketika tangannya tiba-tiba ditarik masuk oleh seseorang, ia sempat syok dan hampir melayangkan pukulan pada lelaki pucat yang baru tertangkap oleh penglihatannya.
"Mama udah nungguin lo didalam."
Sehabis berujar datar, Lelaki itu melenggang pergi tanpa menunggu perkataan Rahayu.
Ya, tak memungkiri jika ia cukup kesal saat ini. Rahayu memilih mengabaikannya dan langsung memasuki area rumah dua tingkat dengan desain interior yang minimalis namun, tetap menonjolkan kesan mewah dan elegan.
Saat sampai diruang tamu, Nyonya Azela sudah dulu duduk anteng sembari menyeruput teh beraroma melati kesukaannya. Rahayu tak terlalu merespon buruk, akan tetapi bagaimana mungkin wanita itu bisa duduk dengan begitu santai sedangkan tetangganya tengah dalam peristiwa duka.
Tanpa menunggu disuruh, rahayu lantas mengambil posisi duduk dihadapan Nyonya Azela. Lalu menatap penuh tanya pada ibu angkat saudara laki-lakinya tersebut, seolah tak sabar ingin menyuarakan permintaan apapun itu pada konglomerat sekelas Azela.
"Apa bersantai emang rutinitas Nyonya sehari-hari?"
Bukannya menjawab, Azela beralih mengambil selembar kertas yang tergeletak disampingnya beserta sebuah bolpoint, kemudian meletakkan benda tersebut keatas meja kaca. Rahayu sempat heran, ternyata setelah ia baca itu adalah surat perjanjian.
"Sebut apa permintaan kamu dan tandatangi surat perjanjian damai. Setelah ini antara keluarga saya dan kamu nggak perlu merasa dirugikan lagi dan semoga kita bisa hidup tenang."
Respon Rahayu sudah beragam didalam kepalanya.
"Bicara emang mudah, apa menurut nyonya semua bakal selesai cuma karna selembar kertas ini?"
Masih mempertahankan wajah Anggunnya, Azela tersenyum lebar menanggapi ucapan Rahayu.
"Tentu, kecuali kalo saya nggak memenuhi kesepatan dari kamu."
"Beri saya lima ratus juta."
Minggu, 01 januari 2023
21:46 WIB
"Sampai kapan? Sampai gua lunasin utang-utang gua."
Malam itu, malam disaat Panji mendadak berhenti memukuli Rahayu akibat pertanyaan yang dilontarkannya.
"Gua kayak gini juga demi lo, gua ngutang sama rentenir biar bisa lunasin uang Wisuda, biar bisa ngasih lo makan. Di saat beban gua udah berkurang satu lo malah nyalahin gua? Salahin bapak lo yang udah kabur brengsek!"
Rahayu yang masih bergetar takut disudut kamarnya berteriak kencang, kemudian menatap penuh benci pada sang abang.
"Demi gue? Lagian abang kenapa ngutang direntenir! Bego! Darimana ngasilin uang tiga ratus juta itu darimana?" Sama kesalnya, Rahayu balik meneriaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUTLINE
Mystery / Thriller[HIATUS] MISTERI/THRILLER‐FIKSI UMUM-FIKSI REMAJA-TRAGEDI-DARKROMANCE [17+] Kehidupan mereka yang bertolak belakang. Ada Rahayu, yang selalu menjadi korban kekerasan Saudara laki-lakinya sendiri. Ada Nertaja, yang berubah menjadi pelampiasan bagi Ay...