Happy reading and enjoy the story
Have a nice day![''']
Suara derap langkah kaki kini menggema memenuhi lorong-lorong rumah sakit, menampakkan dua anak adam yang kini tengah saling mengejar— tentunya dengan posisi Jake yang di depan dan Sunghoon yang tentu saja berada di belakang.
Bila Jake kini, mengucap syukur sebab lantai lima hanya berisi ruangan para dokter dan beberapa staff rumah sakit yang tentu pasti, kini tengah sepi— berbeda dengan Sunghoon yang kini tak habis pikir dengan sang suami yang kini kenapa harus melarikan diri? Pria lebih pendek darinya itu kini tengah mengajaknya berlari mengitari lantai lima yang cukup luas.
Apa Sunghoon begitu menyeramkan atau menakutkan? Jelas tidak, dirinya tampan dan hot.
Sesungguhnya Sunghoon memanggil Jake karena ia merasa ia harus berbicara secepatnya dengan sosok itu. Tidak ada niat lain, sungguh. Sunghoon hanya ingin menjelaskan semuanya secara baik-baik dengan Jake agar suaminya itu berhenti untuk bersikap tidak jelas seperti ini, pria ini mengajaknya berlarian ntah ke mana. Sejujurnya, untuk seukuran lelaki biasa yang bukan atlet Jake memiliki kecepatan lari yang cukup cepat. Sungguh Sunghoon mulai kehabisan energinya: “Ya! Park Jaeyun berhentilah!”
Sedangkan yang diteriaki tak mengindahkan panggilan dari sosok yang kini tengah mengejarnya, Jake semakin memacu kecepatannya, tak peduli dengan pasokan oksigen pada paru-parunya semakin tak karuan atau kakinya akan tersandung– yang terpenting ialah menjauh dari kepala departemen yang merangkap menjadi suaminya itu! Dan apa yang baru ia dengar kan tadi? Park Jaeyun? Apa-apaan itu! Namanya Shim Jaeyun.
Obsidian nya kini menatap pintu lift pada ujung lorong yang kini terbuka, lift itu tiket emas pelariannya– menoleh ke belakang pria Park itu jauh berada di belakangnya– okeh ini adalah waktu yang tepat untuk Jake melakukan sprint.
“Ya! Berhentilah atau kau akan terjatuh!”
Tidak. Tidak, Jake tetap harus berlari! Atau siapapun tolong Jake!
Bruk!
Jake dapat merasakan sakit kala bokongnya berciuman mesra dengan lantai marmer, meringis kala rasa nyeri mulai menjalar pada kepalanya dan hidung bangirnya. Begitu pula dengan sosok berjas putih dihadapannya tengah merasakan hal yang sama— korban tabrakan Jake.
Mengabaikan rasa sakit pada bokongnya, Jake dengan cepat membantu sosok yang baru saja yang ia tumbur, dengan sesekali menoleh pada Sunghoon yang semakin cepat. Matilah dia.
“Sungguh aku minta maaf, aku sedang buru-buru. Jika ada sesuatu kau bisa menemuiku di departemen cardiothoraric surgey besok pagi.”
“Lee heeseung! Tangkap dia!”
Mata bulat Jake dibuat melotot mendengar teriakkan Sunghoon, dengan cepat bergegas pergi melesak memasuki lift yang sudah berada dihadapannya; “Sekali lagi aku minta maaf.”
Sedangkan lawannya bicaranya tampak masih memproses apa yang baru saja terjadi— terlalu terkejut sebab, tubuhnya seperti baru saja di tumbur oleh banteng.
“Sialan,” umpatan itu lolos begitu saja kala, Sunghoon mendapati Jake telah menghilang ditelan pintu lift, lalu melirik sang sahabat yang menjadi korban tabrak lari sang suami, “Apa kau tak mendengar teriakkan ku, huh?”
Heeseung yang baru mendapatkan kesadarannya, menatap sinis sosok Sunghoon yang kini tengah terengah-engah, “Kau pikir saja sendiri bodoh, dadaku sakit ditumbur sekencang itu— lagi pula siapa dia tadi?”
“Suamiku.” Jawab Sunghoon, kembali berlalu meninggalkan Heeseung dengan muka cengong.
“Ya! Park Sunghoon, apa maksudmu?!”
.
.
.
Menelan salivanya kasar, tubuh Jake langsung merosot dengan nafas yang memburu, kala pintu lift telah tertutup dengan sempurna, sungguh tubuhnya terasa remuk, jantungnya sudah berdetak tak karuan ditambah lagi dengan kakinya yang seperti jelly.Sebenarnya sebelum pintu lift tertutup, Jake dapat melihat wajar lelah bercampur kesal milik Sunghoon– dan ya kalau boleh jujur itu sedikit menyeramkan.
Menyenderkan punggungnya pada dinding lift, tangannya bergerak menyeka peluh yang membasahi dahinya sedangkan tangannya yang lain beralih meraba kantong celananya. Menghela nafasnya lega kala langsung menemukan yang ia cari, mengambil benda pipih itu dan langsung mengetik rentetan pesan pada Eric untuk menjemputnya— Jake bersyukur setidaknya ponselnya tak ikut jatuh tadi, sedikit meringis kala mengingat bagaimana dirinya dengan tidak sengaja menumbur seseorang dengan kuat dan meninggalkannya begitu saja– sudah hilang citra baiknya di depan sosok itu yang Jake yakin adalah seniornya itu sebab Sunghoon dengan santai menyebut nama lengkap pria itu– besok Jake akan datang lebih awal untuk mencari dokter bernama Heeseung itu.
Matanya melirik layar monitor lift yang kini menampilkan angka yang semakin berkurang– sebentar lagi lift ini akan sampai pada basemen, setidaknya Sunghoon tidak akan seniat itu kan untuk mengejarnya?
Kedua tungkainya sudah tak bisa lagi diajak untuk berlari kencang bila secara tiba-tiba harus kembali menghindari Sunghoon– lututnya terasa mau copot, menarik nafas saja rasanya sudah sangat sulit. Menatap pintu lift yang sudah terbuka, kaki Jake bergetar kala dirinya berusaha berdiri– melangkahkan kakinya gontai. Rasanya Jake ingin mati saja, agar semuanya selesai daripada dirinya harus tertengkap—
Grep!
Park Sunghoon.
Matanya melotot, belum ada dua langkah dirinya keluar dari lift tubuhnya kini sudah berada dalam kukungan pria bermole itu. Jake nampaknya lengah hingga lupa untuk kembali menyiapkan dirinya agar tak lagi tertangkap oleh Sunghoon.
Jake menahan nafasnya kala tubuh penuh peluh dan nafas tak teratur mendekati tubuhnya: “Jangan kabur lagi, sayang.”
Dan mendengar suara itu dunia Jake terasa suram kurang dalam dari satu detik.
Dua nafas kini saling memburu, saling meraup rakus mengambil oksigen mengisi paru-paru dalam ruang sempit roda empat itu. Dengan rasa panas yang menyelimuti diri, bahkan pendingin udara pada mobil itu terasa tak berfungsi.
Tubuh Jake terduduk lemas di samping kursi kemudi, tubuhnya bahkan sudah tak memiliki sedikit tenaga saat Sunghoon menyeret dirinya memasuki mobil berwarna hitam itu. Ia sudah lelah, terserahlah apapun yang akan di lakukan Sunghoon nanti. Jake pasrah saja, toh dirinya sudah tak memiliki tenaga atau kesempatan untuk kabur.
Terkurung di dalam mobil, dengan orang yang sama, dan dalam kondisi yang sama.
Tunggu– maniknya mengerjap lucu, bukannya Jake pernah mengalami ini sebelumnya? Rasanya seperti deja vu.tbc...
Friday, 230804 / 21:06
Feel free to saran dan kritik🤍Note's:
first of all, I'm very sorry for late update... Real lagi heatic banget T.T rada susah mau ngedraft atau curi2 waktu... Sekali lagi sorry ☹️😔
I left the tello link in this account's bio, if you want to convey anything anonym... dan aku bakal dengan senang hati balas Tello kalian😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Married | Sungjake
FanfictionKonsepnya seperti ini, kamu menikah namun dengan orang random yang kamu lihat pertama kali. BXB Baca aja dulu siapa tau suka.