Chapter 09

1.5K 152 42
                                    

Happy reading and enjoy the story
Have a nice day
























                              {🐧🦮}

Tenang, tidak ada suara berisik perdebatan atau umpatan penuh kasih sayang seperti semalam. Hanya deru pendingin udara yang mengisi kosong pada ruangan berbentuk persegi tersebut— dengan sang pemilik, yang tampaknya masih nyenyak bergulung di dalam selimut, arungi mimpi. Padahal matahari kini mulai naik pancarkan sinarnya, sedikit curi masuk dari balik tirai tipis itu— guna usik pria manis bersurai legam yang tengah tertidur pulas, agar ikut sambut kedatangannya.

Sedangkan yang jadi sasaran utamanya, tampak mulai sedikit terusik dengan cahaya terang yang terpa kelopak matanya yang tertutup— terlihat jelas dengan alisnya berkerut samar beserta gumam tak jelas. Namun, sepertinya rasa kantuk pada pelupuk mata lebih dominan daripada sinar matahari yang usik ketenangannya. Lebih pilih eratkan pelukan dan mendusel layaknya bayi, usak pipi dan hidung bangirnya nyamankan tidurnya pada permukaan em— tunggu. Dahi Jake dibuat kembali berkerut dengan mata terpejam, tangannya kini naik beralih beri usapan juga tepukan dan sesekali jemari lentiknya akan beri tusukan pada bantalnya itu. Sembari rasakan tekstur bantalnya— terasa agak keras namun sedikit empuk dan permukaannya sedikit licin? Seperti dada ayam, tapi versi lebih kencang— Tunggu, dada!

“Apa kau sedang bermimpi meneliti sesuatu, Park Jaeyun?” kalimat itu terucap dengan suara lumayan berat persis orang yang baru bangun tidur, bertepatan dengan Jake yang angkat kepalanya dan tatap sumber suara— langsung disuguhkan dengan wajah tampan milik  Sunghoon yang kini tengah menatapnya intens, “Jaeyun, kau tidak mau memberiku mo—

Bruk!

“Apa yang kau lakukan?! / APA YANG KAU LAKUKAN PARK SUNGHOON!” teriak keduanya serempak.

Jake tatap penuh sangsi sosok Sunghoon yang tergeletak di bawah sana, tengah meringis sakit sebab tubuhnya baru saja terjun bebas dari kasur, “Harusnya aku yang bertanya, kenapa kau ada di kamarku?!” ajunya.

“Kau ini pelupa ya? Kemarin dadda yang memintaku menginap, dasar pikun,” sungutnya sembari tatap sosok Jake yang tengah terduduk ditengah kasur, dengan tangannya usap sayang bokongnya yang terasa nyeri.

“Ssh, tubuhmu itu kecil tapi tenagamu seperti banteng saja,” monolognya yang jelas masih dapat didengar oleh Jake. “Apa kau bilang?!” sambarnya cepat.

“Aw! Ya! Apa ini balasanmu setelah semalaman membuat dadaku menjadi bantalmu huh?” tanyanya sengit, kala terima satu lemparan bantal dari Jake tepat di wajahnya. Mata bulatnya dibuat melebar dengan pertanyaan yang dilontarkan Sunghoon, sial. “K-kalau tau begitu, kenapa tidak kau lepas saja? Kau pasti sengaja ‘kan?!” balasnya cepat.

Pria itu benar, ia terbangun dengan menjadikan dada si Park itu menjadi bantalnya. Tcih.

Sunghoon tatap sengit pria yang berstatus suaminya itu, “Bagaimana bisa aku melepaskannya? Jika kau memelukku dengan erat,” ajunya sembari bawa bantal lemparan Jake, kembali duduki kasur berseprai biru itu.

“Asal kau tahu, tanganku juga kebas semalaman karna dirimu,” adu Sunghoon, pria itu kini pasang mimik wajah memelas pada Jake. Sedangkan yang ditatap menahan diri untuk tidak kembali menendang sosok itu hingga terjatuh, “Aku tidak meminta kau melakukannya,” balasnya.

“Memang tidak, tapi cepat beri aku bayaran atas semuanya,” Sunghoon tersenyum sembari condongkan sedikit tubuhnya, jadikan kedua tangannya sebagai tumpuan.

Jake bersingkut mundur sedikit jauhkan tubuhnya, pandang penuh sangsi pada sosok Sunghoon yang tengah bersikap sok imut di depannya, “Berapa? Akan aku transfer nanti,” yang jelas undang decakan kesal pada makhluk di depannya itu.

“Ck! Bukan bayaran seperti itu maksudku,” dengusnya.

“Kalau begitu cepat katakan maumu, jangan merusak pagiku!” ajunya diakhiri sebuah dengusan, bagi Jake ini terlalu pagi untuk memulai hari dengan sebuah umpatan karna pria bermarga Park ini!

Tapi— sekarang dia juga Park bukan? Lupakan.

Sunghoon tersenyum manis lalu kembali dekatkan tubuhnya dengan si manis, apit kedua pipi berisi milik Jake sembari tatap manik bulat sosok itu, “Baiklah~ suamiku ini tidak sabaran rupanya,” katanya ceria.

“Cepat! Dan lepaskan tanganmu dari pipiku!” sambar Jake tidak sabar, kelewat kesal.

Sunghoon jauhkan kedua tangannya, alihkan kedua lengannya itu menjadi tumpuan sedikit condongkan tubuh, “Baiklah~ kalau begitu ayo berikan aku morning kiss di sini, sebagai bayarannya~” ajunya sembari tersenyum dengan jari telunjuknya tunjuk bibir dan pipi kanannya.

“Cium saja boneka ini!” geram Jake tangan lempar boneka anjing miliknya, namun dapat dihindari oleh sang empu, “Eits, tidak kena, apa kemampuan mu melemah sayang?” tanyanya tatap naas boneka yang dilempar Jake, lalu beralih layangkan tatapan mengejek pada yang lebih muda.

Tentu jelas buat si Scorpio mendidih, “Ya! Apa maksudmu hah?!”

“Apa? Akui saja sayang, kau mulai lambat sekarang,” ajunya santai, terlewat santai sebab memang sengaja untuk nikmati ekspresi lucu Jake— lihatlah sekarang suaminya itu tengah menggembungkan pipi dengan matanya melotot marah, bukannya takut Sunghoon merasa gemas.

“Ke sini kau, Park Sialan Sunghoon!” pekik Jake sembari berusaha raih suami abal-abalnya itu, sedangkan sang pelaku bergerak lebih cepat hindari amukan si manis, “Oh ya? Tangkap aku kalau bisa sayang~” ejeknya.

“Kau!” geram Jake, kini kejar yang lebih tua yang ingin larikan diri keluar kamar. Tuhan, untuk kali ini saja izinkan diri Jake untuk beri satu cap sayang pada suaminya itu.

Atau siapapun tolong hentikan pria Park itu sebelum keluar kamar.

Bugh!

“Eh, Hyung!

Tubuh Sunghoon terhuyung begitu saja ke lantai, kala dengan tanpa persiapan tubuhnya terima satu pukulan kala baru satu langkah keluar dari kamar milik Jake.

Oke, mungkin paginya kali ini bukan disambut ciuman sayang dari bibir tebal suaminya itu. Sial. Kini Sunghoon dapat merasakan bahwasanya bibirnya kembali robek, kala rasakan rasa besi pada indra perasanya. Hanya dengan satu begoman dari sosok bersurai pirang yang baru saja diteriaki hyung dengan suaminya itu— bahkan pria itu tengah tersenyum manis atau bisa Sunghoon sebut senyuman mengerikan  kepada dirinya: “Selamat pagi~ adik ipar,” sapanya sembari tekan kalimat terakhir.

Dan Sunghoon rasa, dirinya punya musuh baru— tengah kobarkan bendera peperangan. Setelah Chris tentunya.





Random Married | SungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang