Chapter 01

3.4K 224 23
                                    

Happy reading
Have a nice day







Suara derap langkah kaki kini menggema, pada ruangan persegi yang tak begitu besar itu. Dengan sang pemilik kamar bernuansa cream berpadu lembut dengan putih itu, yang kini sedang mondar mandir memasukkan beberapa benda pada tasnya. Berdiri menopang dagu dengan satu tangan, seraya memikirkan apakah barang yang yang diibutuhkan sudah lengkap.

Beralih pada cermin yang berada disudut kamar, memanatu diirnya pada bena pipih yang kini tengah menammpilkan dirinya dari atas hingga bawah. Dengan terang-terangan memuji dirinya sendiri.

"Kau terlihat sempurna," sembari menyugar helaian legam itu.

Tidak salah, memang benar bahwa dirinya sempurna. Dengan kulit putih bagaikan kulit bayi, pipi yang cukup berisi, dengan sepasang mata bulat bak seekor golden retviver, dengan hidung bangir yang sempurna, tubuh tinggi semampai yang tampak begitu iinndah dengan balutan kemeja berwana baby blue itu, dan tentu jelas senyum manis. Jika membicarakan senyuman, jangan lupakan bibir gendut tampak menggod iman dengan warna bak semerah strawberry yang siap panen. Hal itu tampaknya cukup untuk mendeskripsikan betapa cantiknya (?) Seorang berdarah campuran Aussise itu- Jaeyoon atau lebih akrab dipanggil Jake.

Mungkin tampan dan cantik dalam waktu yang bersamaan, dapat medefinisikan diri seorang Jake. Dan perlu dicatat pula, catat dan ingat ia seorang laki-laki.

Meraih buku catatan yang akan ia pinjamkan kepada Jungwon, sembari menyampirkan tas miliknya pada bahunya.

Hari ini jake hanya akn pergi ke café menemui teman jelmaan kucingnya itu. Lalu ia akan pergi berlibur bersama sang kakak. Mumpung mereka mendapatkan wakt berlibur yang bersamaan- Yang tentu hal itu sangat sulit ia dapatkan dengan tertua terlebih lagi dengan jarak Korea dan Brissbane yang cukup jauh. Quality time itu sangat dibutuhkan bukan? Tersenyum-senyum sendiri, bagaimana ditrinya membayangkan menghabiskan waktu liburnya nanti.

Mungkin dengan memancing? Ntahlah yang penting ia akan dapat menikmati kesempatan liburnya ini.

















"Ya! Park Sunghoon, ini bukan waktunya untuk bercanda!"

"Siapa yang bilang aku bercanda? Aku serius," menatap sinis lawan bicaranya, "bisakah kau kecilkan suaramu itu, tak lucu bila ada seseorang yang mengetahui kita disini."

"Sungguh! Kau benar-benar sudah gila huh?"

"Jika menurutmu aku sudah gila, aku tak keberatan jika hal itu dapat membebaskan diriku dari pernikahan konyol ini."

"Kau yang konyol bo-aish! Jadi apa yang akan kau lakukan? Dan dimana Heeseung?"

Berdecak kesal "Itu masalahnya! Aku tak apat menghubungi ponselnya sama sekali, sialan."

Lelaki berkulit seputih salju itu mengusap wajahnya kasar. Keduanya kini sedang berdiri dibalik pintu gereja yang terletak pada tepi kota. Tempat diman lelaki bersurai abu itu akan menikah. Mari tekankan, menikah. Tentu saja, secara dadakan.

Catat, dadakan.

"Jadi bagimana? Apa yang akan kau lakukan?"

"Mana aku tahu Kucing! Aku sudah meminta bantuan maniac ramen itu dan ia menyutuinya saja."

Park Jongseong, Jay –lelaki yang baru saja disebut Kucing Sunghoon­- menendang keras tulang kering Sunghoon, "Ya! Harusnya kau bersyukur, aku disini mau me-"

Ucapan Jay terpotong, dengan kemunculan seorang pria paruh baya, muncul dari dibalik pintu yang menghampiri mereka, "Permisi, tuan. Apa sudah bisa kita mulai sekarag?"

Sunghoon tersenyum pada sang pendeta, "Maaf calon pengantin saya agk terlambat. Sebentar lagi, akan saya jemput mungkin dia sudah ada di depan."

Pria paruh bay itu tersenyum hangat, "Silahkan" mempersilahkan sang mempelai-Sunghoon.

Sunghoon berlari begitu saja, meningalkan Jay dengan rahang terjatuh tidak habis pikir dengan Sunghoon. Apa yangakan dilakukan oleh sepupu gilanya itu kali ini dan dirinya hanya dapat merapalkan doa agar apapun yang dilakukan Sunghoon itu semua masuk akal.

Semoga saja.

























"Sungguh, terkutuk kau Lee Heeseung!"

Mengumpati sang sahabat, memutar otaknya untuk mencari jalan keluar. Berhubung Heeseung lah yang awalnya direncanakan menjadi pasangannya, namun urung sebab pria itu tak kunjung memperlihatkan sejengkalpun dirinya. Jadi mungkin Sunghoon akan melakukan apapun itu, termasuk dengan-

"Will you marry me? Ayo ikut dengan ku sekarang."

-menyeret siapapun yang ia temui di pinggir jalan. Apapun itu. Yang terpenting, hari ini ia menikah, dihari ini juga.

"Yang penting menikah dulu, yang penting dad dan mom senang."















Berjalan kaki menjadi pilihan Jake, setelah dirinya berhenti pada pemberhentian bus sebelumnya. Daripada menaiki bus kembali, dengan jarak yang tak beitu jauh dan bukan ide buruk sekalian melihat-lihat, munkin saja akan ada hal yang menarik.

Mendekap erat kedua buku miliknya, matanya kini tertuju pada sebuah gereja besar yang ada di sisi kanannya. Ia rasa sepertinya ada yang menikah, terlihat ada beberapa mobil yang terpakir di rea sekitar gereja. Jake juga ingin rasnya, terkikik kecil membayangkan baaimana dirinya menikah nanti.

Melangkahkan kakinya, sembari otknya masih berkhayal ria bagaiman ananti dirnya dihari pernikahannya kelak. Sampai, baru beberapa langkah jarak antara dirinya itu. Jake terperanjat kala, ketika secara tiba-tiba seseorang mengajaknya menikah dan menariknya begituu saja.

"Will you marry me? Ayo ikut dengan ku sekarang."

Jake melongo, tunggu! Dirinya memang sedang berkhayal ria tentang pernikahan, namun bukan kaini terlalu cepat untuk khayalannya menjadi sebuah kenyataan?

Dengan sebelah tangan bersusah payah tetap mendekap buku miliknya. Jake hanya memandang punggup tegap berbalut jas hitam itu menariknya beitu saja, bahkan dirinya mengikuti saja pria itu menariknya ntah kemana. Ya, Jake hanya terlalu shock untuk bereaksi.



Tbc...

Sunday, 21:43/ 230723

Random Married | SungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang