CHAPTER 03

81 61 90
                                    

NOTE: DON'T COPY PASTE MY STORY ‼️
STOP PLAGIARISM ‼️❌

JANGAN LUPA VOTE COMMENT YGY 😊

JANGAN LUPA VOTE COMMENT YGY 😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kruukk

Bunyi perut Darren terdengar begitu jelas. Beruntung di ruangan itu hanya ada dia seorang diri. Jam tangannya sudah menunjukkan pukul 12:30 siang. Pantas saja rasa lapar sudah mendominasi, apalagi sejak pagi tadi Darren belum makan apapun juga.

Dia segera bangkit dari posisinya yang semula duduk bersandar di pojok tembok kelas itu. Kini tujuannya adalah kantin. Dia harus mengisi lambungnya, jika tidak maka dia akan jatuh sakit.

Darren berjalan menyusuri tiap-tiap koridor kelas, hingga melewati lapangan yang luasnya sekitar 100 meter. Peluh keringat membasahi pelipisnya, apalagi di tambah dengan cahaya matahari yang begitu menyengat siang ini membuat siapapun pasti tidak akan betah berlama-lama di bawah teriknya.

Kini Darren sudah tiba di kantin yang sudah di sediakan oleh fakultas mereka. Langkah nya perlahan masuk ke sana. Di liriknya berbagai macam menu makanan yang tertempel di dinding masing-masing kantin itu. Harganya cukup mahal, bagi orang seperti Darren. Dia tidak berasal dari keluarga kaya, hidup mereka sangat sederhana. Bahkan untuk lolos ke perguruan tinggi ini, dia hanya mengandalkan beasiswa prestasi. Bersyukur Darren di beri kelebihan otak yang cerdas.

Dia merogoh saku celana yang di kenakannya. Dari saku itu, dia mengeluarkan selembar pecahan uang 20 ribu. Itu adalah satu-satunya uang yang dia miliki. Selama seminggu ini, Darren tidak pernah meminta uang jajan dari orang tuanya. Uang yang kini di genggamannya itu adalah uang pemberian papa nya di hari pertama Darren mengikuti kegiatan PKKMB di kampus ini. Dia tidak membelanjakan uang itu, karena selama ini dia selalu makan bekal yang sudah di siapkan mama nya.

Sayangnya hari ini, bekalnya harus jatuh berceceran di lantai kelasnya. Alhasil Darren harus memakai uang itu untuk beli makanan agar supaya asam lambung nya tidak kambuh. Matanya melirik satu persatu menu yang tertempel di dinding kantin itu. Harganya semua di atas dua puluhan. Sementara uang nya hanya ada 20 ribu rupiah. Mana cukup untuk membeli semangkuk mie ayam ataupun sepiring nasi goreng di kantin itu.

Darren hanya bisa meneguk ludahnya melihat para mahasiswa/i yang ada di sana sedang menyantap makanan mereka dengan lahap. Sementara itu, perut nya kini semakin berontak untuk di isi. Alhasil dia tidak punya jalan lain, Darren melangkah meninggalkan kantin yang begitu ramai itu.

Kini dia sedang duduk di sebuah gazebo yang ada di bawah pohon rindang tidak jauh dari program studi nya (prodi nya). Di sampingnya terdapat satu botol air mineral, yang sengaja di belinya tadi guna menghilangkan rasa dahaganya.

Kruukk

Bunyi perut semakin jelas. Meskipun sudah menghabiskan setengah botol air mineral itu, nyatanya tidak menghilangkan rasa lapar di perut pemuda malang itu. Jika di biarkan terus menerus maka kesehatan nya akan terganggu.

BLINDUMB (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang