Danisa nyaris pingsan ketika seisi kantin menatap ke arahnya. Biasanya, keberadaannya seperti debu. Hilang begitu saja. Tetapi kali ini, seluruh perhatian tertuju ke arahnya seperti slogan pagelaran kecantikan tahunan di televisi.
Bukan tanpa alasan semua orang menatap Danisa. Suara rekaman gadis itu terdengar jelas di radio sekolah sekarang. Walaupun tubuhnya berada di kantin.
"A-aku nggak suka Kak Kiano, kok!" Suara itu menggema dari pengeras.
Danisa menahan napas. Ia tahu kapan kejadian itu terjadi. Keringat dingin bercucuran perlahan. Dari sudut matanya, ia bisa melihat Kiano yang duduk beberapa meja dari samping ikut memerhatikan dengan bingung.
Walau begitu, dari pandangan Danisa, ia dapat melihat Isabella. Pacar Kiano itu mengalungkan tangannya mesra sekaligus tersenyum licik tanpa kekagetan mengingat dirinya lah yang menjadi lawan bicara Danisa di sana.
"Mana mungkin aku suka sama Kak Kiano yang udah punya pacar, kan?" Suara bernada gugup itu terdengar lagi.
Danisa berdiri. Berniat meninggalkan kantin. Tetapi, percuma! Rekamanannya terdengar seisi sekolah.
"Aku ikut tim Publikasi Dokumentasi karena... Karena mau deketin Samudera."
Kini, pandangan semua orang beralih ke arah cowok bertongkat yang duduk di sudut kantin sambil mengunyah makanannya acuh tak acuh. Awalnya, lelaki itu memasang wajah dingin, seolah tidak peduli. Tetapi, begitu namanya disebut, pandangan matanya langsung mengunci ke arah Danisa seperti serigala dan buruannya.
Danisa menahan napas. Ia tidak tahu mana yang lebih gila. Karena pasalnya, ia memang berhasil keluar dari lubang buaya untuk kemudian masuk ke sarang serigala.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERFREAKTION
Ficção AdolescenteBagaimana rasanya kalau tiba-tiba satu proyek dengan orang yang disukai? Melayang? Kurang lebih, itu yang dirasakan Danisa ketika Kiano mengajaknya bergabung dalam tim Publikasi-Dokumentasi Festival Sekolah. Walaupun Samudera-si anak kepala yayasan...