Ch. 4: Leave

184 22 3
                                    

Kinn baru saja selesai dengan sarapannya. Hari ini ia bangun sedikit telat sehingga harus sarapan sendiri tanpa ayah dan saudara laki-lakinya. Ia melihat jam tangannya dan lalu beranjak pergi meninggalkan meja makan.

"Tuan Kinn, selamat pagi. Anda sudah selesai sarapan?" tanya Arm yang tiba-tiba sudah ada di belakang tuannya.

"Sudah. Arm, jam berapa meeting pagi ini?"

"Jam 10, Tuan. Mungkin sebentar lagi keluarga minor akan tiba." Sebenarnya Kinn tahu jawabannya. Ia hanya ingin memastikan.

"Kalau begitu sekarang kita langsung ke ruang meeting."

Lima belas menit kemudian, mobil Porsche dan Vegas tiba. Keduanya beserta beberapa pengawal langsung menuju ruang meeting yang menjadi tempat pertemuan rapat kali ini.

Sesampainya disana, Kinn dan ayahnya, Korn, sudah hadir. Keduanya tengah sibuk mendiskusikan sesuatu sebelum akhirnya menyadari kehadiran Kepala Keluarga Minor. "Oh, Porsche. Silakan duduk, nak. Vegas juga." Korn mempersilakan. Sementara Kinn hanya tersenyum melihat sang pujaan hati tiba.

Porsche mengenakan setelan rapi namun kasual dengan kaos berwarna putih yang dipadukan dengan sepasang celana dan jas berwarna senada yaitu biru keunguan. Ia memang selalu nampak paripurna sekarang, berbeda dengan dirinya ketika masih menjadi pengawal. Terkadang Kinn masih saja takjub dengan perubahan Porsche.

"Baiklah kita mulai sekarang," mulai Kinn. "Aku ingin membicarakan tentang keluarga Luo. Porsche, kau dan Vegas pasti sudah mendengar isu tentang tindakan licik mereka yang menghasut beberapa partner bisnis kita disana untuk berhenti memasok. Aku ingin kalian menyelesaikan masalah disana." Kinn lalu menyampaikan inti permasalahan yang terjadi dan apa yang harus keluarga minor lakukan. Korn menambahkan beberapa hal lain yang harus dikerjakan juga.

"Aku dan Rey yang akan berangkat. Vegas dan Pete akan mengerjakan tugas yang Ayah minta," ucap Porsche.

"Kami akan berusaha menyelesaikannya dengan cepat, Paman," tambah Vegas. "Aku punya narahubung yang bisa membantu."

Korn mengangguk. "Porsche, tugasmu sedikit berat. Biarkan Kinn memilih beberapa pengawal untuk membantu."

Porsche tersenyum dengan sopan. "Tidak perlu, Ayah. Aku dan Rey saja sudah cukup. Aku juga membawa beberapa pengawal, jadi Ayah tidak perlu khawatir."

Entah mengapa Kinn menjadi khawatir, namun ia simpan untuk nanti. Seusai rapat, Kinn mengajak Porsche berbicara berdua di ruangannya.  "Aku minta dua pengawal terbaikku ikut denganmu, ya. Kau harus mempertimbangkan kekhawatiranku juga."

"Kinn, aku mengerti kau khawatir. Tapi aku pun bisa memutuskan apa yang terbaik. Kau disini juga membutuhkan mereka. Jangan sampai anak buahmu berpikir kau terpengaruh hubungan kita."

Kinn mendesah. "Persetan dengan yang dipikirkan mereka."

Porsche berjalan mendekati Kinn. "Tenanglah.. Aku baik-baik saja. Kenapa kau berbicara seolah aku tidak akan kembali?"

"Firasatku tidak enak."

"Tidak enak bagaimana?"

Kinn ingin menjawab, namun terlihat ragu.

Porsche menghela napas. Tangannya ia lingkarkan ke leher sang dominan. Bibirnya mendekat dan mengecup bibir Kinn lembut, yang kemudian dibalas dengan lumatan panas. Ini berlangsung beberapa menit sampai Porsche memutuskan untuk menghentikannya. Kinn melenguh. "Aku belum puas dengan liburanku," keluhnya.

Porsche hanya tertawa.

Kinn berkecak pinggang. "Baiklah aku mengizinkanmu. Tapi ingat Porsche, kau harus menghubungiku setiap saat untuk laporan. Maksudku bukan hanya soal pekerjaan, tapi juga setiap aktifitas kecil yang kau lakukan. Lewat pesan juga boleh."

After KinnPorsche (KinnPorsche AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang