Bagian 4

470 86 2
                                    

Mata membulat, ranghang jatuh, dan badan memaku di tempat. Sementara itu, siswa-siswi yang berhamburan untuk pulang banyak yang membelokan badan dan langsung mengerubungi seseorang yang tiba-tiba jatuh dan pingsan di atas paving parkiran. Dari celah manusia-manusia yang melingkar berdempetan dia bisa melihat siapa orang itu yang tiba-tiba pingsan ketika jam pulang.

Kontan, ia berlari kecil manakala kesadaran nya penuh kembali. Membubarkan kerumunan orang yang hanya melihat tanpa ada yang ingin menolong, untung juga ada beberapa orang yang care dan gegas kembali masuk ke dalam sekolah untuk meminta bantuan pihak sekolah atau paling mentok pada anak PMR.

Sedang itu, Marsha menjadikan paha nya bantalan, mengusap darah yang menetes dari hidung Christy menggunakan tangan nya sendiri, dan segera  menepuk-nepuk pelan pipi adik kelas nya--- berusaha menyadarkan namun perempuan yang pingsan itu tak kunjung membuka mata nya. Hingga ia sampai di puncak panik musabab orang-orang yang tadi mencari bantuan urung datang juga. Nahas nya lagi, tak ada penjaga sekolah di sekitarnya untuk dimintai bantuan. Dan tak ada juga murid lelaki yang ingin menolong.

"Hei! Tolo--"

Perkataan nya berhenti tatkala dengan jelas lelaki jangkung menjatuhkan sepeda agak jauh dari tempatnya. Mendekati nya tergesa dan membopong tubuh adik kelas nya tanpa berkata.

Seolah tahu harus apa Marsha segera berjalan di depan lelaki itu, mengarahkan jalan menuju UKS. Tepat saat itu juga dia berpapasan dengan beberapa anak PMR yang ia kenal wajah nya.

"Langsung bawa ke UKS!" Panik salah seorang perempuan regu PMR.

Marsha mengangguk cepat dan Azizi mengekor di belakang dengan langkah lebar sementara Marsha dan yang lain nya berlari. Salah seorang anggota PMR membuka cepat pintu UKS, menitah Azizi merebahkan tubuh Christy di brangkar.

Anggota PMR menjalankan tugas mereka sebagai bagian medis pihak sekolah. Minyak kayu putih serta teh manis hangat menjadi obat utama yang selalu di sajikan oleh bagian kemedisan di sekolah.

Marsha ... Perempuan itu berdiri risau menggigit jari telunjuk sembari memperhatikan bagaimana kinerja anak PMR menyadarkan Christy "Cepetan sadarin, anak orang ini..." gemas sekali rasa nya melihat kinerja amatir mereka semua "Nggak ada tabung oksigen apa?!" Akhirnya dia membentak selepas melihat kembali darah menetes dari hidung Christy.

"Itu nggak mungkin di sediain pihak sekolah!" Tukas salah seorang kakak kelas nya.

"Gimana sih?! Sadar dikit lah nggak semua yang sakit di sekolah cuma butuh rebahan di UKS, minum teh manis anget, hirup kayu putih doang!"

"Kalau kamu mau protes sana sama kepala sekolah." Timpal salah satu anggota PMR.

"Gue jabanin!"

Terlepas dari Christy yang tengah berusaha di sadarkan dan Marsha berdebat kecil dengan anggota PMR--- Azizi sedari tadi sibuk mengotak-atik ponsel. Mengabari Bunda dan Papa di rumah sana, meminta Papa untuk menjemput mereka menggunakan mobil sebab ia tahu tak mungkin membawa pulang Christy menggunakan sepeda nya dengan keadaan seperti ini. Dari seberang sana balasan pesan segera masuk. Papa mengatakan akan segera menjemput, dan Bunda mewanti-wanti untuk tetap di sekolah sebelum mereka tiba.

Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ

Denting aluminium dan kaca yang saling bertubrukan dengan suasana hening tanpa pembicaraan, membuat suasana menjadi tak menyenangkan. Tepat di atas meja makan panjang, makanan yang tadi panas kian mendingin, hilang kepulan asap nya seiring pandangan tiga orang dewasa saling melirik satu sama lain, dengan pipi yang bergoyang-goyang mengunyah makan malam masing-masing.

DIA, SIAPA? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang