Bagian 7

393 68 26
                                    

Oke, dua Minggu yang lalu Christy pingsan, dan diharuskan untuk izin sekolah dengan keterangan sakit hingga seminggu lama nya. Tetapi, setelah siuman dan membaik, Christy lagi dan lagi melanggar omongan seluruh anggota keluarga nya untuk tidak terlalu aktif di kegiatan sekolah. Sekarang lihatlah, Azizi kepayahan mencari keberadaan Christy di gedung sekolah sebesar ini.

Bukan tanpa alasan Azizi mencari Christy. Tentu, jika bukan lewat satu jam ia menunggu sang empu yang tak kunjung datang di parking school area—— ia tak akan mencari Christy sampai masuk kegedung sekolah seperti saat ini. Ayolah... Christy baru siuman dan yang paling Azizi khawatirkan adik nya itu kembali memburuk kesehatan nya.

Dikala langkah dan mata mencari radar Christy yang belum terendus oleh nya. Azizi memutuskan untuk bertanya pada beberapa siswa-siswi yang tengah berkumpul di depan koprasi, mereka terlihat tengah bercanda. Ya, sepertinya. Azizi tak yakin.

"Maaf mengganggu waktu kalian. Saya tuli, dan saya ingin bertanya, apakah diantara kalian ada yang mengenal Anggelina Christy, Kelas 10 IPS 2?" Ketikan di ponsel ia perlihatkan kepada semua anak muda itu, setelah tadi menepuk pundak lelaki yang paling hyper aktif di antara semua yang berkumpul.

Satu siswa lelaki berdiri dan mengetik sesuatu lalu diperlihatkan pada Azizi "Christy lagi ikut kumpulan ekstrakurikuler, kak." Begitu tulis nya.

"Ekstrakulikuler apa?"

"Kata nya tadi dengar dengar mau ikutan seni lukis."

Azizi mengangguk "Bisa antarkan saya ke kelas nya?"

Dengan ramah siswa lelaki itu mengangguk lalu Azizi melihat dia berpamitan pada semua orang di perkumpulan itu.

"Nama aku Jestin, kak. Kebetulan sekelas sama Christy."

Azizi tersenyum membaca perkenalan diri Jestin pada nya "Saya Azizi, kakak Christy. Omong-omong kalian dekat?"

"Enggak begitu, cuma beberapa kali pernah sekelompok."

"Ya, itu bagus. Senang berkenalan sama kamu, Jestin."

Jestin mengangguk bersama langkah yang berusaha menyamakan Azizi. Langkah Azizi lebar-lebar dan membuat Jestin seperti berlari kecil disamping Azizi. Namun begitu, Jestin tak kesulitan walau deru nafas amat kentara capek nya. Mereka berbelok, lalu lurus, tak jauh dari situ Rungan Seni Lukis sudah terlihat keberadaan nya.

Jestin menjadi yang pertama mengetuk pintu, membuat guru seni membuka pintu, lantas berbincang sebentar dengan Jestin—— sebelum kembali masuk dan nampak lah Christy keluar dari ruangan dengan wajah cemberut.

"Kenapa nggak bilang?" seloroh Azizi menatap Christy galak.

"Itu terlalu cepat kejadian nya. Tadi aku baca mading, nggak sengaja lihat brosur ekskul Seni Lukis, dan aku tertarik terus ikutan. Maaf, Kakak." Murung Christy.

Azizi menghembuskan nafas kesal "Jam berapa pulang?"

"Jam empat sore."

"Koko yang jemput kamu nanti."

Christy mengangguk takut.

Azizi dan Jestin berlalu meninggalkan Christy tanpa mengatakan apapun. Terutama Azizi, Christy yakin Kakak nya itu marah. Salah nya juga tak menemui Azizi terlebih dahulu di depan sekolah. Jika menemui terlebih dahulu Azizi mungkin tak akan marah karna lama menunggu.

☆☆☆☆☆

Seperti nya, akan setiap hari Marsha tersenyum-senyum sendiri dan tak tahu waktu. Dan itu semua diakibatkan oleh pangeran bersepeda yang ia tengok jauh di depan sana, tepat nya sedang melewati Aula sekolah dengan tujuan keluar.

DIA, SIAPA? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang