Bagian 3

516 85 9
                                    

"Jangan di peribet deh... temuin, ajak kenalan, selesai. Soal nya Gue nggak tahu cowok itu siapa."

Di sini lah Marsha sekarang. Berdiri di depan ruko tepat di samping lelaki yang membuat nya penasaran, dengan tangan terulur dan tersenyum Pepsodent, alias semua gigi kelihatan, Dia akhirnya mengikuti perkataan Ashel kemarin, tanpa memikirkan bagaimana konsekuensinya jika perempuan memperkenalkan diri terlebih dahulu pada laki-laki. Apa lagi laki-laki asing yang baru di temui.

"Marsha IPS 3."

Laki-laki itu memandang penuh tanya wajah wanita yang tiba-tiba muncul di depan mata nya.

"Marsha Lenathea Rimba Andriani kelas 11 IPS 3, ikut ekstrakulikuler Mading sama Efc. Rumah gue agak jauh dari sekolah. Biasa pulang pergi naik angkot, tapi nggak jarang jalan kaki. Kadang kalau nunggu angkot sering dadah dadah kesini waktu Lo Dadah-dadah juga, Maksud nya ke kamu--eh Lo. Hampir tiga Minggu juga gu--aku lihat kam--lo disini." Perkenalan dirinya sedikit kikuk manakala ia bingung harus menyebutkan Lo atau kamu.

Respon lelaki itu masih sama. Malah kini sudah memiringkan kepala sedikit sambil melihat tangan Marsha dan langsung membalas jabatan tangan tanpa berkata.

Marsha tersenyum saat jabatan nya di balas "Nama kamu--eh Lo siapa?" tanya nya balik.

Lelaki itu geming dan melepas jabatan tangan. Hingga saat lelaki itu melambaikan tangan sambil merekahkan senyum, Marsha segera mengikuti arah pandang lelaki itu.

Seketika ia tahu siapa yang sering mendapat lambaian tangan dari lelaki misterius ini. Itu adalah murid baru kelas 10, ia juga baru sadar bahwa dia selalu berdiri di depan tubuh adik kelas nya saat lelaki misterius ini melambaikan tangan. Ternyata di terlalu percaya diri. Malu, tapi sudah kadung terjadi.

"Hallo kak." Sapa perempuan itu.

Marsha yang melihat name tag adik kelas nya bernamakan Angelina Christy Harland  tersenyum sebelum menyapa balik, "Hallo Christy."

"Kakak tahu nama aku?" Heran.

Dia segera menunjuk dada kiri nya "Name tag kamu."

Christy mengangguk kikuk lalu melihat lelaki yang memperhatikan dia dan Marsha "Kakak lagi ngapain sama kakak kelas aku?"

"Dia datang ke sini waktu gerbang sekolah baru aja di buka. Dari tadi dia bilang sesuatu, tapi kakak nggak ngerti. Ngomong nya cepet banget jadi kakak nggak paham."

Bukan nya mengerti, Marsha malah menohok tak percaya mengetahui Bahasa yang di gunakan oleh ke dua orang yang jangkung di depan nya "Bahasa isyarat?" Batin nya.

"Kenapa kakak nggak bilang kalau kakak nggak paham?"

"Kakak kelas kamu nggak akan paham, De. Ayo pulang, Bunda udah nunggu di rumah." Menyunggingkan bibir.

Christy membalas dengan anggukan kecil, sangat kecil bahkan hampir tak terlihat gerakannya. Lantas, menengok Marsha yang nampak terlihat tertegun "Kakak lagi ajak ngobrol kakak aku?"

"I-iya. Aku cuma mau tahu nama nya siapa, soal nya semenjak tahun ajaran baru dia selalu di sini kalau jam pulang." Kata menjelaskan Marsha walau masih tak percaya dan batin terus berteriak, "BAHASA ISYARAT ASEM!"

Dahi berkrenyit manakala mengetahui tujuan Marsha mendekati Kakak nya "Ini kakak ku, nama nya Azizi. Kak Zi sering di sini karna suka jemput aku pulang. Kalau gitu aku sama Kak Zi pulang ya Kak, kita udah di tunggu Bunda di rumah." Tersenyum sumir.

Kontan Marsha mempersilahkan keduanya pulang. Netra cerah nya terus memandangi Azizi yang membonceng Christy di depan. Sayang sekali, lirih benak berkata. Dia cepat menepuk pipi nya, menghapus jejak-jejak tak rela akan lelaki misterius yang ternyata harus menggunakan bahasa isyarat saat berkomunikasi. Berkali-kali dia menyadarkan diri dengan menggeleng-geleng. Pasal nya, masih syok dengan bahasa isyarat yang baru ia lihat secara langsung di depan mata "Ganteng padahal." bisik nya.

DIA, SIAPA? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang