4. Akhir Dunia

15 0 0
                                    

"Aku sudah mengiranya bahwa kalian akan datang!"

Itulah kalimat sambutan yang keluar dari Ibu Garvi, saat putra dan menantunya datang.

Melakukan tradisi sebagai pengantin pengganti baru, sebagai tanda hormat dalam kunjungan pertama mereka.

Keduanya langsung diboyong menuju ruang makan untuk makan malam bersama.

Aura dingin dan tatapan tak menyenangkan dari Kak Ceisya adalah hal yang paling membuat Audriss paling merasa tersiksa disini. Pandangan itu seolah menyiratkan bahwa Audriss merupakan duplikat sang Kakak yang membuatnya sakit hati dan patah hati terbesarnya sampai ia harus merasakan gagal menikah sekaligus menyadari pengkhianatan yang selama ini di tutupi oleh Danish, kakak Audriss.

Bagi Audriss makanan yang terlihat nikmat dimatanya itu berubah menjadi hambar ketika sampai dimulutnya. Bahkan Audriss sampai merasakan seluruh tubuhnya bergetar karena merasa tidak nyaman dengan situasi yang dihadapinya saat ini. Tetapi itulah hebatnya Audriss, otaknya selalu dapat diajak bekerjasama dengan baik menjalankan perintah jika ia harus bersikap baik. Dengan begitu, Audriss berharap keluarga mereka dapat kembali membaik. Audriss saat ini menjadi tawanan keluarga Ceisya yang bebas diperlukan bagaimanapun.

Garvi yang menyadari aura permusuhan dan eksekusi dari Kak Ceisya menoleh ke Audriss yang sedang menikmati makanannya dengan tidak baik. Ia terlihat tersiksa bahkan tidak mengunyah appaun sedari tadi. Dan Garvi merasa harus melindungi gadis yang telah menjadi istri dadakannya ini, meskipun hatinya berkata tidak ingin.

Lagi pula siapa yang tega melihat gadis manis seperti Audriss mendapatkan intimidasi melalui tatapan mengerikan, bahkan ketika ia tak melakukan kesalahan apapun. Garvi tahu betul tentang itu. Hatinya pun perlahan menghangat ketika mengingat bagaimana Audriss yang selalu memperlakukannya dengan baik dan terlihat menggemaskan selama mereka bersama. Jadi apa salahnya jika Garvi menjaga istri dadakannya ini?

"Makanlah," kata Garvi singkat, sambil meletakkan beberapa potongan daging dalam piting Audriss. Gadis itupun menatap Garvi dengan penuh rasa terima kasih karena ia merasa bahwa setidaknya masih ada yang bersikap baik padanya.

"Hei Garvi, adikku saying. Kau sedang berusaha membuatku panas ya? Kau membuatku panas dan merasa hanya aku saja yang tak memiliki pasangan disini?" Kata Ceisya menghardik sang Adik dan segera memulai tingkah sok berkuasanya di meja makan. Ia mengatakan itu sambil menatap nyalang pada adiknya.

"Kau ini kenapa sih, Kak? Kami harus melakukan apa lagi untukmu? Apa kau merasa apa yang kami lakukan ini tidak cukup? Kau membuat Audriss dan aku merasa semakin tidak baik-baik saja, kau tahu itu!" marah Garvi.

"Kalian merasa tersiksa? Bukankah seharusnya aku yang paling tersiksa." Balasnya lebih berapi-api.

"Kau berpikir bahwa ini semua kesalahan aku dan Audriss?"

"Kalian bahkan melakukan pernikahan tanpa harus kerepotan melakukan segala macam persiapannya dan kalian tampak menikmatinya seperti sekarang. Tidakkah kalian memikirkan perasaan aku? Kau tidak akan mengerti bagaimana rasanya menjadi aku," teriak Ceisya sesenggukan.

Hal itu nampaknya wajar dilakukan oleh Ceisya yang mungkin masih merasa terguncang atas peristiwa yang dilaluinya beberapa hari lalu itu. Wajar sekali jika ia merasa marah, ketika ia mengetahui bahwa calon suaminya telah menghamili wanita lain bahkan gaun pengantin yang harusnya ia kenakan malah dipakai oleh orang lain dan segala yang telah ia persiapkan dengan susah payah itu malah menjadi pesta orang lain.

"Kau kira, kami menginginkan pernikahan ini? Kami ini hanya sepasang boneka yang kalian jadikan tameng untuk masalah yang sedang kalian hadapi. Kami bahkan rela menggantungkan masa depan kami pada kalian dengan cara yang sedikitpun tak pernah kami bayangkan. Dan malam ini kami datang hanya untuk mempertanyakan jawaban dari kalian semua yang telah membuat kami terjebak dalam situasi ini? Apakah kami harus melanjutkannya atau berhenti? Kau tahu bahkan kami tak lebih bahagia dari yang kau bayangkan, Kak!" jawab Garvi lirih.

Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang