7. BIMBANG

14 1 0
                                    

Garvi dapat merasakan ada aura yang super duper aneh dari wanita di hadapannya ini. Ia terlihat lebih diam namun air wajahnya terlihat keras dan begitu tegang, seperti ia sedang menahan amarah dan makiannya.

Adhisti akhirnya mengajak Garvi berjumpa, mereka bertemu di sebuah kafe sore ini. Hari ini benar-benar hari yang melelahkan bagi Garvi, rasanya ia ingin sekali jika cobaan-cobaan ini segera berlalu dan Garvi dapat tidur dengan tenang di kasurnya yang empuk, ditemani oleh istrinya yang kelewat cantik. Aih, bicara aoa kau Garvi?

"Jelaskan padaku," ujar wanita itu to the point memulai sesi pertengkaran mereka.

"Ak-aku bisa jelaskan semuanya. Ini hanya sebuah kesalahpahaman, salah alamat," kata Garvi terbata.

Adhisti menghembuskan napas kesalnya. Ya, ia sendiri tahu bahwa hal ini seperti sangat mendadak dan pastinya bukanlah suatu hal yang disengaja. "Aku juga berpikir begitu, jadi kau mau bagaimana? Putus denganku?" tanyanya dengan begitu santai.

"Apa? Tidak..! Enak saja, kau kira mudah apa mendapatkanmu? Tidak mau!"

"Lalu? Apa yang harus kita lakukan? Membunuh istri dadakanmu itu?"

"Tidak perlu, kita hanya perlu tetap menjalin hubungan dibelakang Ayahku, karena istriku tidak keberatan sama sekali. Dia sendiri juga sudah memiliki kekasih."

"Apa kau bercanda?" tanya Adhisti tidak percaya."Ini hampir mirip drama."

"Aku serius, kami dinikahkan hanya demi menutupi aib keluarga. Menutup kerugian pesta juga, sayang sekali kan pesta semegah itu disia-siakan."

"Cih, orang kaya memang terlalu naif dan selalu perhitungan."

"Justru karena itulah membuat kami menjadi kaya dan terhormat."

"Baiklah, Tuan Garvi yang kaya dan terhormat. Yang memiliki tingkat kenarsisan paling tinggi dan ego..."

"Star Gold Copr, milikku, Adhisti," potongnya cepat.

"Apa?"

"Ya, Star Gold milikku. Itu harga yang harus aku bayar demi Star Gold."

"Kau serius, kau hebat! Akhirnya kau.. Ya Tuhan, aku senang sekali. Bertahun-tahun kau melewati perdebatan panjang dengan Ayahmu dan sekarang..."

Adhisti sampai kehabisan kata, ia bahkan hampir menangis dan menjerit saking bahagianya. Ia menjadi saksi dan tahu benar bagaimana Garvi berjuang demi perusahaan itu. Ia sangat amat tahu.

"Jadi... bagaimana?" tanya Garvi lagi.

"Sial, kalau kau berani melepaskan aku setelah perjuangan yang telah kita lakukan awas saja kau!"

"Mana mungkin, hahahha..."

"Awas saja, pokoknya jangan ada hubungan ataupun perasaan apa pun dengan istrimu itu!"

"Aku janji!"

"Janji, ya? Bawa aku bertemu dengannya kalau begitu, awas saja kalau kau sampai berbohong, Tuan Garvi," Adhisti mengacak rambutnya sebelum ia beranjak dan pergi dari sana, ia meninggalkan Garvi yang menganga tak berdaya.

"Yak, kemana perginya gadisku yang manja dan ramah itu? Kenapa belakangan orang-orang menjadi sangat dingin? Apa hanya aku.."

Byur!!

Adhisti menumpahkan segelas air ke wajah Garvi."Itu harga yang pantas kau dapatkan, hampir saja aku lupa untuk melakukannya. Kalau saja ini bukan café, sudah aku hancurkan wajahmu itu dengan kuku-kuku tajamku ini!" desisnya lalu pergi lagi.

Gadis itu meninggalkan Garvi yang sudah basah kuyup sendirian dan tidak berhenti menganga sejak tadi. "Nah, ini baru gadis yang selama ini aku cintai," gumamnya sambil tersenyum miring dan mengusap wajahnya dengan tisu, biasanya Adhisti akan berteriak dan mengamuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang