Audriss berangkat kuliah pukul setengah empat sore. Ia mengambil cuti beberapa hari belakangan dengan alasan berlibur setelah izin menghadiri pernikahan kakaknya selama beberapa hari. Dan tentunya, ia juga membohongi Bima.
Sesampainya ia di kampus, Audriss langsung disambut oleh lelaki dengan rangkulan rindunya. Bima memang kelewatan menyayangi Audriss bahkan mencintainya.
"Audriss, kau pergi sangat lama. Seperti yang menikah dan berbulan madu adalah dirimu sendiri."
Jleb! Audriss nyaris bisa mengeluarkan bola matanya setelah mendengar hal itu. Ia benar-benar tersindir, tentunya. Karena memang yang dikatakan Bima tepat sasaran.
"Bahkan kau sampai mengabaikanku, sama sekali tidak menghubungiku."
"Maaf ya, Bima, ah ya, apa kau membaca berita tentang dunia bisnis? Maksudku, mereka jarang dibahas di TV local tapi berita-beritanya sering bermunculan di situs sosial yang terkenal itu. Dan hanya koran bisnis yang membahas soal kehidupan mereka .."
"Dan kau tahu, hanya para pebisnis yang mengetahui serta mengincar berita seperti itu. Aku kan masih mahasiswa. Aku membaca buku di perpustakaan, bermain media sosial bukan membahas hal yang begituan," potong Bima dengan cepat.
Oh, jadi dia belum tahu, batinnya. Bagaimana caranya untuk dia bisa memberitahu Bima ya?
"Kau kenapa sih?" tanya Bima yang melihat pacarnya melamun.
"Bukan apa-apa, aku baik-baik saja. Oh ya, apa kau sudah makan? Ayo, kita makan!"
"Belum, Ayo!" kata Bima semakin merekatkan rangkulannya bahkan ia mengecup puncak kepala Audriss beberapa kali sebelum mereka pergi.
Hah, aku sudah menikah, Bim, aku merasa berdosa melakukan ini, batinku.
"Bima, bisa kau lepaskan aku, ada aroma tidak menyenangkan dari situ!" Audriss mengambil ide sembarangan untuk melepaskan diri dari Bima dan segera bisa berlari sambil tertawa.
"Yak, kau ini, benar-benar tidak berubah."
**
Rumah dengan pagar coklat itu tertutup dengan rapat dan akan selalu begini. Untung saja belakangan para pengawal sewaan itu sudah pergi. Mungkin karena kontrak mereka yang sudah habis, dan juga memang sudah tidak ada gangguan dari para wartawan. Danish terdiam di posisinya yang tidak jauh dari rumah itu dan terus memandang ke dalam rumah berpagar coklat itu.
Ia merasa begitu banyak hal yang sangat perlu untuk ia bicarakan, tapi ia bingung tidak tahu harus memulainya dari mana. Rasa menyesalnya begitu dalam, kenapa ia tidak terbuka dan jujur saja soal ini sejak awal? Danish pun tidak mengetahui jawabannya. Ia hanya takut jika Ceisya akan marah dan pergi, dan lihatlah apa yang malah terjadi sekarang, semuanya terjadi.
Gadis dengan tingkat emosional yang sulit untuk menahan perasaan barang sedetik pun itu pun tidak bisa diberitahukan dengan baik-baik. Pasti akan selalu ada yang dipikirkannya. Yang justru malah akan membuat semuanya menjadi semakin rumit. Tapi, bukankah sebenarnya marah di awal auh lebih baik? Daripada marah di akhir dan meninggalkan risiko yang sangat besar. Dan berimbas sangat luar biasa.
Garvi dan Audriss, adik kecil merekalah yang harus menanggung ini semua.
Hampir setiap pulang kerja, Danish selalu melihat-lihat dan datang ke sini tanpa mampu melakukan apa pun. Ia begitu terlalu malu untuk maju, dan langkahnya semakin tertahan mengingat adanya seorang wanita yang sedang hamil dan menantinya di rumah.
"Aku kadang berpikir, apa yang aku lakukan ini sudah benar? Tapi kenyataannya aku tetap saja kalah, Sya. Kau juga pasti akan berpikir begitu. Tapi ketika aku dalam diam mendoakan seseorang untuk segera mati, untukku itu jauh lebih jahat. Bahkan dia sudah rela memberikan bagian tubuhnya padaku. Lalu aku ini harus bagaimana lagi? Akankah kau mau mengerti?" ujar Danish sambil terus menatap lurus ke depan tepat kea rah jendela kamar Ceisya yang sekitarannya ditanami bunga mawar.
**
"Foto ini kapan diambil?" tanya Ceisya kepada salah satu orang kepercayaannya.
"Sepertinya sekitar lima atau enam tahun yang lalu. Saat Tuan muda Danish ada di Jepang. Foto ini ada di galeri ponselnya," jawab pria kepercayaannya itu.
Ceisya termenung dan semakin menangis, setelah mengetahui fakta bahwa wanita itu ternyata lebih dulu kenal dengan Danish daripada dirinya. Ceisya sendiri baru mengenal Danish sekitar empat atau lima tahun belakangan. Dan mereka menjalin hubungan sekitar tiga atau empat tahun sebelum memutuskan untuk menikah yang digelar kurang lebih seminggu yang lalu itu.
"Kau memang mengkhianatiku sejak awal, Mas," katanya sambil berderai airmata. Dadanya terasa begitu sesak dan sangat perih. Ingin sekali ia menemui Danish dan memakinya, bahkan memukulinya hingga terjerembab juga menampar wajahnya yang tampan itu. Tapi ia cukup tahu, jika hal itu tidak akan pernah terjadi.
Ia malah akan segera memeluk pria itu saat ia melihatnya dari jarak dekat. Sudah sekitar satu minggu semenjak kejadian gagal menikah itu dan pada hari itu pulalah untuk terakhir kalinya ia melihat sosok Danish. Pria yang menggunakan tuxedo putih dengan rambut coklatnya yang tersisir rapih yang tersenyum padanya di ruang ganti pengantin sebelum memutuskan menuju ke meja ijab. Dan sebelum itu semua benar terjadi, ternyata ada hal lain yang lebih mengejutkan menimpa mereka.
Dan sampai sekarang, si brengsek Danish tidak sekalipun berusaha untuk menghubunginya, atau bahkan memberikannya penjelasan. Hal itu membuat Ceisya akhirnya mencari tahu sendiri dan merasa sakit sendirian lagi. Ia pun harus melakukan ini semua dibelakang ayahnya.
Tuan Mahesa sama sekali tidak mendukungnya dan Danish untuk kembali bersama atau bahkan sekadar berbicara. Katanya demi menghindari terjadinya perselisihan yang baru terjadi. Karena ada Garvi dan Audriss yang akan menjadi jembatan hubungan mereka.
"Jangan melakukan dan bertindak apapun lagi. Biarkan saja, nanti juga semuanya akan terbongkar dengan sendirinya," ucap Tuan Mahesa pada Ceisya malam itu.
"Tapi, Yah.. bukankah kita butuh permohonan maafnya? Dan juga penjelasan?" jawab Ceisya tidak terima.
"Iya, tapi kita hanya perlu menunggu mereka untuk melakukannya terlebih dahulu. Kau tahu sendiri, kan, bagaimana aku menjaga harga diriku?"
"Apakah harga diri, Ayah jauh lebih penting dari aku?"
"Apa lagi? Kau hanya harus berusaha untuk melupakannya! Itu buka hal yang sulit. Dan jangan pernah untuk melakukan sesuatu dengan gegabah. Jangan pernah membuat masalah baru! Karena saat ini hubungan kita sudah cukup buruk. Pikirkan adiku yang menjadi korban atas semua ini."
"Kenapa hanya Garvi? Ayah tidak memikirkan aku? Kenapa Ayah hanya berpikir jika dia yang jadi korban? Lalu bagaimana dengan aku?"
Tuan Mahesa menghela napas panjang, memang membutuhkan waktu dan tidak akan cukup bagi orang yang memiliki kesabaran setipis tisu seperti dirinya untuk bisa melawan putrinya ini.
"Kau hanya perlu menata hatimu, selesaikan semuanya dengan dewasa jangan membuat kerusuhan lagi. Ayah juga tahu kau juga korban disini. Tapi hidupmu itu tidak hanya mengenai cinta, kan? Lihatlah adikmu, dia yang menanggung segalanya. Ia menanggung beban, luka, rasa malu dan tanggung jawab. Aku tidak penah ingin merusah hubungan yang memang sudah rusak ini. Biarkan saja begini, jangan semakin kau perparah lagi," ujar Tuan Mahesa dengan begitu sabar.
"Ya, terus sajalah begitu, terus saja kau membelanya, Yah. Garvi seperti seorang pahlawan disini," desis Ceisya dengan sinisnya.
"Lalu, apa maumu? Garvi memang pahlawan! Dia rela mengorbankan seluruh hidupnya hanya untuk menjaga keluarga kita dari kehancuran. Dia rela menikah dan mempertaruhkan masa depan pendampingnya sampai mati kepada seorang gadis yang bahkan tidak dikenalinya. Tidakkah kau merasa iba? Bahkan keadaan adik Danish lebih mengenaskan. Mereka berdua seperti anak yang malang. Mereka harus terjebak dalam posisi yang sangat sulit dan dipersalahkan. Itu semua karena apa? Bukankah itu semua mereka lakukan untuk melindungi wajah kita semua? Bukan hanya menyelamatkan aku saja, tapi menyelamatkan KITA SEMUA!!"
"Tapi mereka menikah, seperti apapun kondisiya mereka dapat menikmati itu, mereka bisa saja hidup bahagia!"
"Kau juga, kenapa kau rumit sekali. Kau hanya tinggal menikmati hidupmu yang sekarang. Dan jangan menjadi orang yang picik karena iri melihat kebahagiaan orang lain. Kau harusnya bersyukur, melihat mereka bahagia karena mereka adalah adikmu sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti
RomanceGarvi dan Audriss terpaksa harus menjadi pengantin pengganti untuk kedua kakak mereka. Mereka harus menanggung akibat dari gagalnya pernikahan sang kakak. Padahal hanya tinggal memulai acara. Tiba-tiba saja perempuan bernama Caera, datang dengan kon...