"Turun saya udah di bawah" tutur Heeseung pada seorang lelaki di sebrang telepon
Heeseung menghela nafas sambil memutar bola mata ketika mendengar kekehan dari lelaki itu dan kemudian menjawab "okey hee, saya otw turun" dengan nada tengil
Tak ada yang berani melakukan hal semena mena seperti itu kepada Heeseung kecuali lelaki tampan bermata sipit yang baru saja mematikan sambungan telfon dengan sepihak, siapa lagi kalau bukan Jeno
Tak lama setelah itu, gerbang besar di depan Heeseung terbuka menampakkan Jeno yang sudah rapi dengan seragamnya
"Kok pake motor? nanti rambut yang udah saya tata rapi jadi berantakan kena angin" omel Jeno dengan sedikit mendelik
Ingin sekali Heeseung pukuli lelaki di depannya itu hingga masuk UGD "saya ada helm, pake aja-"
"Nggak! bikin rambut saya rusak! mending pake mobil saya aja"
"Kamu kalo idup cuma mau ngerepotin mending ga usah"
"Ga usah apa?"
"Ga usah hidup" jawab Heeseung sambil mendorong motornya memasuki pelataran rumah Jeno
Setelah mengeluarkan mobil, Heeseung bukakan pintu untuk Jeno dengan senyum paksa "silahkan tuan"
Melihat itu Jeno terkekeh puas kemudian memasuki mobil "udah cocok, nggak mau jadi supir saya selamanya aja nih?"
"Kalo bukan karena dominic saya nggak bakalan mau antar jemput boss boss an kaya kamu" balas Heeseung sambil duduk di kursi kemudi
Heeseung bawa mobil milik Jeno menjauhi rumah, mengemudikan mobil dengan kecepatan cukup tinggi karena takut terlambat saat sampai di sekolah
"Mau ngajak saya mati hee?" tanya Jeno yang mulai was was sambil menatap sekitaran dengan gelisah
Heeseung tunjukkan senyum miring sambil melihat Jeno yang duduk di belakang lewat cermin di atasnya "kok panik gitu, santai aja kamu kan tau saya udah handal masalah beginian"
"Ya nggak gini juga hee!"
"Saya nih harus muter buat sampe ke sekolah, kalo nggak gini saya bisa telat"
Jeno akhirnya diam sambil menatap ke depan, ia berusaha tenang namun tidak bisa jika Heeseung menyetir dengan kecepatan tinggi seperti di kejar setan seperti ini
Tak lama setelah itu mereka sampai di depan gerbang sekolah Jeno, Heeseung turun dari mobil kemudian membuka pintu untuk Jeno, ternyata Heeseung sangat mendalami perannya sebagai supir
"Makasih pak supir" apresiasi Jeno atas apa yang Heeseung lakukan
Heeseung balas apresiasi Jeno tersebut dengan deheman kemudian menatap lelaki itu dengan mata yang memicing "pulang sekolah nanti ke bengkel dulu, awas kalo lepas tanggung jawab"
"Loh, tugas saya kan balikin motor kamu nggak segala masukin ke bengkel juga"
"Di dongkrokin sama kamu, nggak pernah di panasin juga"
"Nggak mau pegang soalnya barang haram" balas Jeno yang mendapat pukulan pada kepala belakangnya "tau haram kenapa di minta"
"Gua baru tau ada kafe di sini" tutur Jay sambil menatap ke sekitaran kafe
Sunghoon menunjukkan cengiran tipis "ada lah, nah gini kek sekali kali bolos ke kafe"
Jay tanggapi kalimat Sunghoon dengan dengusan "mana cowo manis yang lo maksud?"
"Kak sunghoon" panggil sebuah suara halus yang membuat Sunghoon dan Jay menoleh bersamaan
Suara halus tersebut bersumber dari cowo manis yang Sunghoon maksud, kini ia melempar senyuman manis ke arah Sunghoon dan Jay kemudian mengajak mereka untuk memilih tempat duduk
"Ini kak jaketnya, maaf lama" tutur Sunoo setelah kembali sambil menyodorkan jaket ke arah Sunghoon
"Ngapain minta maaf, gua udah repotin lo buat nyuciin jaket harusnya gua yang minta maaf"
"Nggak papa" balas Sunoo yang setelah itu tak sengaja melirik ke arah Jay yang sedang asik melihat lihat
Sunghoon beranjak di ikuti Jay "thanks ya, gua sama jay cabut dulu"
"Oh bentar" Sunoo menunduk kemudian memberikan paper bag dengan 2 cup kopi di dalamnya "ini buat kak sunghoon sama kakaknya, aku minta maaf buat kejadian waktu itu dan ini sebagai permintaan maaf selain aku udah nyuciin jaket kakak"
"Malah repot repot, nggak usah lagian lo udah nyuciin jaket gua juga" tolak Sunghoon
Tanpa menunggu jawaban lain Sunoo langsung memberikannya kepada Sunghoon "nggak papa kak, oh iya aku berharap suatu saat kita bisa jadi temen kalo liat aku di jalan jangan lupa nyapa yaa!"
Mendengar kalimat itu keluar dari mulut Sunoo beserta suara dan wajah imutnya membuat Sunghoon seketika luluh "thanks, gua nggak bakal lupa santai aja"
Jay sedari tadi hanya menyimak obrolan itu saja, atensinya kini tertuju pada paper bag yang di berikan Sunoo, ada 2 kopi berarti yang satu lagi jatahnya itung itung upah
"Ya udah, kakak hati hati di jalan"
"Siap, makasih gua sama jay pamit dulu"
Setelah berpamitan Sunghoon dan Jay membawa motornya ke arah basecamp, Jay kira mereka akan menghabiskan waktu bolos di kafe tadi ternyata hanya sebentar dan tujuan akhir mereka tetaplah basecamp
Saat mereka datang basecamp masih sepi karena yang lain masih mengikuti pelajaran, Sunghoon buka paper bag pemberian Sunoo tadi kemudian memberikan salah satu kopi kepada Jay
"Buat lo karena udah nganterin gua"
Dengan senang hati Jay terima dengan senyuman lebar, sebenarnya sedari tadi Jay haus sekali ternyata keberuntungan sedang berpihak kepadanya "thanks, udah seret banget dari tadi"
Sunghoon tak menjawab, ia aduk kopi di tangannya sambil tersenyum tipis membuat Jay yang melihat itu terheran heran "lo ngapain anjir ngaduk kopi sambil senyum senyum"
Sunghoon seruput kopi di tangannya kemudian tersenyum puas "ahhh semanis senyumnya sunoo"
"Alay banget gila!"
Jay yang teringat sesuatu seketika memperbaiki posisi duduknya "eh gua kok kayak nggak asing ya sama ni anak yang tadi, siapa tadi namanya? sunoo?"
"Iya, lo pernah liat di mana mungkin" jawab Sunghoon santai
"Gua ngerasa nggak asing aja nih sama nih orang tapi anehnya gua baru sadar, kalo dari tadi kan bisa gua tanyain langsung ya ke dia"
Sunghoon mengangguk "gua juga baru banget kenal ni orang, dia jarang buat sw juga"
"Apa hubungannya sama sw anjir?"
"Ya bisa aja kan dia bikin sw sama orang yang mungkin lo atau gua kenal gitu"
Jay angguki saja kalimat Sunghoon karena ia juga tidak ingat pernah melihat Sunoo di mana "btw gua nanti sore ada ekstra basket ingetin"
"Kenapa suruh gua ingetin?"
Jay letakkan kopi di atas meja kemudian merebahkan dirinya "gua mau tidur"
Sunghoon pukul cukup keras kaki Jay yang menumpang di pahanya "kurang ajar lo, gua ngobrol sama siapa anjir"
"Sama angin" jawab Jay dengan mata yang sudah tertutup sempurna
"Jay elah! ikut merem aja kali ya"