Bertemu Tuan Kuasa (2)

3.3K 161 0
                                    

Diciptakan alam pria dan wanita
Dua makhluk dalam asuhan dewata
Ditakdirkan bahwa pria berkuasa
Adapun wanita lemah lembut manja
Wanita dijajah pria sejak dulu
Dijadikan perhiasan sangkar madu

Lagu sabda alam mengalun indah memenuhi kamarku. Penggalan lirik lagu itu selalu membuatku bertanya-tanya

Apakah akan selalu begitu? Bahwa kaum laki-laki berkuasa atas kaum perempuan?

Takdir memang sekejam itu.

Aku adalah perempuan, dan kupikir lirik lagu ini benar adanya. Aku adalah salah satu contohnya.

Selama ini hidupku berjalan dibawah kuasa laki-laki.

Mendengarkan lagu ini Sabda Alam ini pun, bukan keinginanku.

Semua rutinitas seperti mandi, makan, keluar kamar, menonton TV, sampai memilih pakaianpun, disusun oleh laki-laki paling berkuasa dirumah ini.

Haruskah aku menyebutnya Tuan Kuasa?

Panggilan itu paling cocok untuknya.

Sebenarnya, aku tidak masalah dengan semua itu. Selama ini akupun diberikan kenyamanan dalam rumah ini. Kasur yang empuk, makanan yang enak, pakaian yang nyaman adalah nilai dari kepatuhanku pada laki-laki ini.

Satu-satunya bentuk pemberontakkanku pada sang Tuan Kuasa adalah kegiatan malam tadi.

Jika dia mengetahui kegiatanku itu, keamanan dalam rumah pasti diperketat. Dan tentu saja pekerja dirumah ini akan terkena dampaknya dan harus bekerja lebih keras dari sebelumnya.

Aku bukannya kasian melihat pekerja terkena imbas perbuatanku. Hanya saja jika pekerjaan mereka ditambah, maka keberadaan mereka disekitarku akan bertambah lama, dan aku membenci keadaan itu.

Beberapa pekerja disini memang tinggal menetap, bangunan tempat tinggal mereka berada di area belakang. Aku tak pernah tahu nama para pekerja disini, hanya beberapa yang kuingat wajahnya.

Alunan musik yang aku dengarkan tiba-tiba berhenti. Kepalaku kontan menoleh kearah sumber suara yang kini telah terhenti.

Rupanya itu semua perbuatan sang Tuan Kuasa. Saat ini dia datang dengan balutan kaus berkerah berwarna krem, yang dimasukkan kedalam celana panjang berwana hitam. Sosoknya berdiri menjulang menatap ke arahku.

Tuan Kuasa itu bernama Pramana Zulchair, aku memanggilnya Rama. Kakak tiriku sekaligus satu-satunya keluargaku disini.

"Gak bosen denger lagu itu terus?" tanyanya padaku.

Posisinya tubuhnya kini menyender pada kusen pintu, tangannya bersedekap dan matanya masih menatap kearahku.

"Kamu sadarkan aku dengerin lagu ini selama 2 tahun? Dan itu karna kamu."

Lagu tadi memang selalu memenuhi gendang telingaku setiap pagi selama 2 tahun ini. Aku bahkan tidak tahu trend musik dan lagu saat ini, karna terus-terusan diberi musik yang sama setiap hari.

Pertanyaan Rama ini tentunya hanya basa-basi semata padaku, karena apapun jawaban dariku, tidak pernah merubah kebiasaanku disini.

Hanya membuang-buang waktu saja.

"Biar kamu tahu posisi perempuan dirumah ini."

Rama melangkah mendekat, mataku dengan was-was mengikuti langkahnya. Tubuhnya terhenti di sampingku, tubuhnya terduduk diatas kasurku. Aku menatap Rama dari samping, Rama tak terganggu dengan tatapanku dan terus menatap kearah depan. Tepatnya menatap jendela kamarku yang memperlihatkan pemandangan taman di samping rumah.

Taman yang kumaksud bukan taman indah penuh bunga mawar melati. Taman dirumah ini lebih mirip area pemakaman. Suram dan tidak menarik. Tanaman di dalamnya pun menurutku tampak aneh dan asing. Rama pernah bilang Taman itu penuh dengan tumbuhan beracun dan karnivora.

Jelita MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang