Pertama Bertemu (1)

8.3K 200 3
                                    

Terkadang aku tidak mengerti bagaimana Tuhan memilih kriteria  seseorang untuk mati.

Manusia yang banyak memberikan manfaat, dan dibutuhkan banyak orang, malah dipilih Tuhan untuk mati terlebih dahulu. Sedangkan Manusia hina yang hanya membuat banyak dosa, kerusakan, dan tidak berguna, malah masih berwara-wiri hingga mereka sendiri yang memilih untuk mati.

Aku sendiri mengira bahwa aku termasuk golongan yang pertama, walapun aku tidak berguna tapi aku tak banyak melakukan dosa.

Setidaknya itulah yang kupikirkan.

Aku sempat mengira umurku tidak akan menyentuh umur 20 tahun.
Bahkan aku sudah bersiap jika Tuhan hendak mencabut nyawaku saat aku tidur.

Aku memakai pakaian tidur terbaik supaya tetap cantik waktu aku mati, memakai banyak parfume agar tubuhku tidak bau busuk sekalipun ditemukan 2 hari setelah mati. Selain itu akupun tidur dengan posisi terlentang agar mudah untuk dievakuasi.

Begitulah persiapanku untuk menghadapi sebuah kematian.

Namun kenyataannya, perkiraanku meleset 5 tahun lebih pada hari ini.

Kurasa tujuan Tuhan menciptakan ku didunia, hanya untuk mengisi data sensus penduduk saja, membantu para politikus untuk mengumpulkan surat suara.

Bukankah katanya satu suara saja membantu mereka?

Setidaknya aku berguna bagi para calon anggota dewan untuk naik tahta.

Hidup yang kujalani saat ini tidak ada bedanya dengan hewan ternak. Berada dalam kandang, diberi makan sesuai jadwal, dan sesekali dijemur keluar.

Aku merasa tak sepenuhnya tumbuh menjadi manusia. Lebih baik Tuhan menciptakan aku untuk jadi batu saja, ditendang, diinjak, dilempar, tetap diam saja.

Tak banyak juga yang kusukai dari hidupku ini.

Mungkin malah tak ada?

Ah saat ini aku sedang melakukan kegiatan kesukaanku. Tentunya bukan belanja ataupun menamam bunga.

Kegiatan ini bersifat rahasia dan hanya kulakukan pada malam hari saja. Tidak setiap hari, hanya sabtu dan minggu malam. Awalnya aku hanya penasaran dengan satu tempat, lalu dengan sedikit nekad aku mulai menyuap supir rumah agar aku diantar ketempat yang membuatku penasaran pada saat itu.

Saat pertama kali tiba di tempat itu, aku sungguh merasa kaget bukan main. Banyak bangunan kumuh dengan lampu temaram menghiasi sepanjang jalan. Bau tak sedappun menyapa hidungku disetiap langkahku menyusuri daerah kumuh itu. Banyak wanita berpakaian mini dengan riasan wajah yang begitu mencolok tersenyum pada setiap laki-laki yang melewati mereka.

Jadi begini tempat hiburan dewasa. Pikirku saat itu.

Tempat hiburan dewasa ini kurasa ditujukan untuk manusia ekonomi pas-pasan tapi butuh kepuasan. Punya uang 100 Ribu saja juga bisa menikmati selangkangan wanita.

Tempat ini begitu menarik perhatianku. Bukannya aku ingin menjajakan tubuhku seperti wanita disini. Tapi melihat semua aktifitas manusia ditempat ini membuat sesuatu dalam diriku bergejolak.

Seperti malam ini, setelah mengamati beberapa aktifitas ditempat ini, yang kurang lebih semuanya merupakan perbuatan dosa. Aku mulai tertarik untuk ikut andil menyumbang dosa disini.

Sekali lagi bukan menjajakan diri.

Dosa yang akan kulakukan malam ini hanya untuk menjawab rasa penasaranku saja tentang kematian.

Ingatkan bahwa aku menganggap orang hina hidupnya lama?

Dan semua orang disini kuanggap melakukan perbuatan hina.

Jelita MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang