14. Satu Sama

1.1K 98 4
                                    

Vote selagi ingat.

⭐⭐⭐⭐⭐

Seorang lelaki turun dari mobilnya sembari mengasongkan buket bunga mawar merah. "Princess, for you!"

Chika menerima pemberian itu. "Thanks a bunch."

"My pleasure, Honey!"

"Masuk, yuk!" ajak Chika. "Aku mau kenalin kamu sama Opa dan Oma."

"Boleh, yuk!" Laki-laki itu memasuki vila sembari merangkul pinggang Chika.

"Saya bantu, ya!" seru Aran tahu-tahu berdiri di belakang bagasi mobil, kedua tangannya bergerak menurunkan barang bawaan Ashel dan Marsha.

Ashel menyenggol lengan Marsha, seakan-akan memberi isyarat. Aran yang memahami gelagat keduanya, dengan sopan langsung memperkenalkan diri. "Oh iya, kenalin. Nami Abdi, Ghu-"

"Nah... Gue tau!" Ashel spontan menyela percakapan. "Lo Aran kan, temen SD-nya Chika?"

Pemuda kampung itu membenarkan. "Heeh, kok tau? tanyanya penasaran."

Ashel terkekeh geli. "Ya, ampun. Lo polos ya, Chika tuh sering cerita soal lu kek kita, yakan, Sha?"

Sahabat yang disebutkan namanya itu segera mengangguk. "Hooh tenan."

"Lah, aslina? Eh, maksudnya beneran, kitu?"

"Seriuslah," kata Marsha, si gadis berwajah oriental.

Ketiganya lalu berkenalan. "Ohya, gue Ashel dan ini Marsha kita sahabatnya Chika."

Aran mengangguk sembari mengikuti langkah perempuan cantik tersebut. Di dalam dia memperhatikan Nenek Hartawan yang melangkah dari arah dapur, sementara suaminya pagi-pagi sekali ke ladang.

"Oma kenalin ini pacarnya Chika!"

Lelaki di samping Chika tersenyum seraya mengulurkan tangannya. "Vion, Nek, calon ayah dari anak-anak Chika."

Klaim itu membuat Chika mendapat sorakan keduanya sahabatnya. "Aduh, si paling bucin," celoteh Ashel dan Marsha disaat yang bersamaan.

Chika dan Vion tersimpu malu membuat sang nenek itu tergelak dibuatnya. Hanya Aran yang tak senang dengan obrolan tersebut,

"Mba Marsha dan Mba Ashel barang-barang saya taruh di kamar tamu, ya?"

Ashel mengangguk. "Okay, thanks, ya." Setelah mendapat izin Aran segera menaiki tangga menuju lantai dua.

Sekilas Marsha melirik kepergian Aran dan menatap cucu si empunya rumah. "Ohiya Chik, geng kita nanti nyusul, kita jadi party, kan?"

Chika menggelayut mesra di lengan Vion seraya berkata. "Jadi dong, masa enggak."

Dan benar saja, ba'da maghrib taman hingga kolam renang samping kelurga Hartawan jadi tempat perjamuan yang dipenuhi asap beraroma barbeque dan ledakan kembang api.

Ada sekitar dua puluh orang yang mewarnai pesta di malam itu, bahkan beberapa teman laki-laki Chika ada yang diam mengkonsumsi minuman keras dan bermesraan di dekat kolam juga bercumbu di dalam mobil.

Aran yang dijadikan pelayan di malam itu hanya bisa menghela napas dalam. Kini dia berada dapur tengah membuat minuman. Pemuda itu tak mengerti, mengapa anak-anak orang kaya seperti mereka gemar menghamburkan-amburkan uang untuk hal-hal tak faedahnya.

Belenggu (Chikara) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang