20. Malam Pertama 🔞

4K 139 28
                                    

Dulu... Aku kira kehilangan adalah ketakutan terbesarku. Ternyata bukan itu. Hal paling menyakitkan adalah menyadari... Bahwa kita tidak bisa lagi membuka hati dan diri untuk orang lain, setelah kehilangan ini.

⭐⭐⭐⭐⭐

Malamnya alih-alih bermesraan di atas ranjang, Chika dan Aran justru kagok sekaligus canggung untuk sekadar memulai percakapan, apalagi harus bergulat dalam hubungan intim.

Beberapa kali Aran mengubah posisi tidurnya, telentang, menghadap dinding hingga, memunggungi istrinya. Chika pun tak ada bedanya. Diam mematung di dalam selimut sembari terus menerka-nerka adegan apa yang selanjutnya akan dilakukan suaminya.

Namun, yaaah, tidak ada.

Aran bahkan tidak berani mengeluarkan dahak yang menggelitik tenggorokan. Nyatanya, pemuda kampung itu jauh lebih cupu dari yang dibayangkan Chika selama ini.

Paginya, Chika sempat mengacuhkan Aran membuat kesal semalam suntuk. Tapi ajaibnya perbuatan Chika itu langsung dibalas oleh ibu-ibu rumpi ketika dia bergabung untuk membeli sayuran.

Liat deui teh ibu-ibui. Menantuna Ibu Nining, geulis teu sih. Tapi sayang, tingkahna eta na'uzubillahiminzalik.

Iya, iya, Bu. Padahal, mukanya lho kayak orang bener, eh kelakuannya bejat. Masih mudah udah hamil, di luar nikah pula. Mereka dengan sengaja berbincang dengan nada tinggi agar Chika mendengar.

Beruntung, Aran yang peka langsung menarik lembut Chika dan menggeser pagar besi rumahnya rapat-rapat. Cemoohan ibu-ibu itu gak usah diambil hati, ya. Tau sendiri kan warga di sini emang suka menghakimi orang lain dengan moral standar.

Chika tidak menjawab, perempuan itu hanya mengikuti langkah suaminya dengan wajah yang tertunduk lesu. Semakin hari, hinaan dan makian terhadapnya kian menjadi-jadi.

Setiap saat Chika hanya bisa meratap dengan tekanan batin yang perlahan mulai menggerogoti mental dan kesehatan fisiknya. Namun, sampai di titik ini Aran tetap mejadi orang pertama yang selalu membelanya.

Hingga di minggu ke-4 Aran yang tak tahan dengan nekat menghadap orang tuanya dan mengutarakan niatnya.

Jadi, kalian pisah rumah?tanya sibuk membalik koran yang dibacanya sambil sesekali mengesap kopi hitamnya.

Aran mengangguk. Muhun, Yah.

Alis Kasim menyatu dengan rahang yang mengetat. Tapi, gimana kalo nanti kalian menyusahkan kami lagi?

Aran menggeleng. Ghufran janji, kaki ini, Ghufran akan belajar bertangungjawab.

Sang ayah menghela napas panjang sambil membalik halaman koran yang dibacanya. Yasudah, kalo itu memang mau kalian, saya tidak akan melarangnya.

Nining bangkit dari tempat duduknya. Sebenarnya bunda gak rela kamu kemana-mana. Tapi kalo itu memang terbaik. Bunda akan selalu mendukung keputusan kalian.

Wanita itu menarik laci dekat lemari pajangan dan menyerahkan suatu kepada sang menantu yang duduk di sebelah kiri putranya.

Ini, kunci dan sertifikat rumah peninggalan nenek. Untuk sementara waktu kalian bisa tinggal di sana sekaligus belajar mandiri. Tapi gausah khawatir, karena pintu rumah ini selalu terbuka untuk kalian.

Chika mendekap tubuh ibu mertuanya dengan mata berkaca-kaca. Makasih, Bun!

Sami-sami.

Belenggu (Chikara) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang