ITA- 15. Air sekental darah

916 40 0
                                    

Hᥲᥣ᥆᥆᥆! ꒰  ु  ˊ ˘ ˋ  ू  ꒱

Aku tau, siapa antagonisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tau, siapa antagonisnya.

🐢🐢🐢

Charynata Anabella gadis cantik dengan sejuta luka.

"Kenapa harus Nata ma?" Nata terbaring dengan banyak luka ditubuhnya. Di hadapannya berdiri seorang wanita dengan sebuah sabuk pinggang terbuat dari kulit nan keras.

"Kenapa harus Nata yang jadi pelampiasan benci mama?" Tanya gadis itu lagi, lagi dan lagi. Apa salahnya? Kenapa harus dia? Laki-laki itu yang salah, tapi kenapa harus Nata yang menanggung lukanya?

"Harusnya kamu tidak lahir, saya benar-benar membenci kamu!"

"Nata juga gak mau lahir ma, Nata gak minta dilahirkan. Seandainya Nata tau bakal sesakit ini, Nata lebih bagus matikan ma?" Nata berdiri, tak ada air mata dari pelupuk matanya, tak ada kecewa dimatanya, mata itu kosong tanpa cahaya. Nata tak pernah berharap untuk disayangi, Nata tak pernah meminta untuk dicintai, Nata tidak tau apa itu cinta, dan tak pernah berpikir akan menemukan sebuah cinta di dunia ini.

🐢🐢🐢

"Lo nangis?" Nata menghapus jejak air mata yang mengalir, Gibran menghampiri gadis itu yang sendirian di taman belakang sekolah.

"Enggak kok, siapa bilang?" Nata membalas singkat, gadis itu lebih memilih membantu Gibran yang kesusahan dengan kursi roda miliknya.

"Minimal jangan nyusahin," Nata memperbaiki posisi Gibran, kini keduanya duduk bersisihan Nata menduduki bangku taman dan Gibran diatas kursi rodanya.

"Ya maaf, gada orang yang pengen lumpuh. Namanya takdir," balas Gibran dengan senyum meneduhkan miliknya, sejenak Nata tertegun dibuatnya.

Keduanya diam, membiarkan angin bersuara sembari membelai wajah. Pikiran mereka berkelana jauh, "Nat, hidup memang gak adil, bukan cuma buat lo tapi buat semua orang," Gibran berucap, kata aneh namun terdengar menyakitkan.

"Setidaknya aku gak nyerah,"

"Gue tau, tapi jalan yang kita tempuh salah." Gibran menatap lamat mata itu, mata kosong tanpa cahaya. Mata milik Charynata Anabella yang hanya bersinar indah untuk Sadewa Faizan dan Gibran dhanuarjan.

"Lalu aku harus apa? Gak ada yang mendukung aku, gak ada yang perduli tentang sudut pandangku, gak ada satupun yang bertanya apakah aku baik-baik saja. Sadar bahwa seandainya aku pergi tak akan ada tangis yang mengiringi, sakit kak," Nata menangis tanpa suara, bulir bening itu mengalir tanpa diminta. Tangannya digenggam erat oleh Gibran, gadis itu menumpahkan pilunya.

I'm the antagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang