ITA- 19. Bukan gadis baik

755 40 0
                                    

Hᥲᥣ᥆᥆᥆! ꒰ ु ˊ ˘ ˋ ू ꒱

Setelah dipikir-pikir, Rayena membuat keputusan untuk bertindak sesuai apa yang dia mau.

Persetan itu kesalahan, tidak sesuai dengan norma, Rayena tidak perduli.

Toh kehidupan yang dia jalani sekarang penuh dengan manusia bajingan, "Apa perlu semua manusia aku cincang?" Rayena bertanya pada Fhaisal yang tengah menyuap sepotong daging kedalam mulutnya.

"Uhuk, Jangan aneh-aneh, Anak kecil!" Fhaisal melotot kearah Rayena, gadis itu tertawa terbahak-bahak.

"Tapi aku yakin kamu gak bakal larang aku. Buktinya kamu ngikutin aku sampai dimensi lain kaya gini," Dengan percaya dirinya Rayena menyentuh dagu Fhaisal, remaja laki-laki itu dibuat menahan napas karenanya.

"Kamu mau di terkam?" Fhaisal bertanya, Rayena seketika menjauhkan tangannya. Tapi lagi-lagi gadis itu menyentuh wajah Fhaisal, "Mana sini, coba terkam." Pancing gadis itu lagi.

"Sumpah, gila gue ngerasa ngeliat adegan 18+," Liam tiba-tiba hadir diantara keduanya. Remaja laki-laki itu menarik kerah seragam Rayena, memaksa gadis itu mundur menjauhi dari Fhaisal yahh sudah sekaku patung.

"Cal... cal, laki lo!? Masa mau dilecehin cewek diem doang, mental lo tempe banget." Liam mengomeli Fhaisal, Rayena yahh masih berada di cengkraman tangan Liam bergerak kesana-kemari, "Liam, Liam ke cekik. Hoek," gadis itu terlihat hampir muntah karena cekikan keras pada lehernya.

"Sialan, jorok banget." Desis Liam, Fhaisal hanya dibuat geleng-geleng oleh kedua kembar itu.

Ketiganya yang tengah berada di kantin sekolah pagi ini terlihat riuh dengan senyum, tak menghiraukan tatapan-tatapan penuh gunjingan.

"Apa lo liat-liat? Mau tuh mata gue colok?" Rayena bertanya pada seorang gadis berkacamata yang menatapnya dengan sinis. Rayena tertawa penuhi ejek kearah gadis itu.

"P-pembunuh kok bangga,"

"Pimbinih kik binggi, eh remah rengginang! Ngomong juga masih gagap," Rayena berdiri dari posisinya. Gadis itu mensejajarkan diri dengan si gadis kacamata.

"Kok gemetar sih cantik, takut lo sama gue?" Rayena menyelipkan anak-anak rambut gadis itu kebalik telinganya.

"Tiana? Nama yang bagus,"

"J-jangan sentuh aku, dasar pembunuh!"

"Upsii, kena deh." Rayena menyentuh bahu gadis itu-yang bernama Tiana. Memberi remasan cukup kencang pada bahu Tiana, Rayena tertawa lepas layaknya psikopat.

Tiana meringis, menandakan bahwa tekanan yang Rayena beri pada bahunya tidak main-main.

"Jangan main-main sama gue, kan lo yang bilang gue pembunuh... Atau, lo, mau jadi mayat juga?" Bisik Rayena tepat di telinga Tiana yang semakin gemetar ketakutan, gadis itu tersungkur karena lututnya yang gemetar.

"Anak pintar, terus tunduk dibawah kaki gue. Orang-orang yang berani cuma dibelakang layar kaya lo, gak pantes bersuara didepan gue." Rayena mengelus pucuk kepala Tania, gadis itu pergi meninggalkan kantin dengan banyak pasang mata menatap kearahnya, Marah, takut, benci semua diarahkan kepadanya.

"Gila cewek gue, keren!" Fhaisal bersiul menatap siluet tubuh Rayena yang hilang ditelan lorong sekolah, Liam hanya mengangguk singkat, "Beda banget sama Yena yang nangis-nangis ketakutan kemarin," gumam Liam.

🐢🐢🐢

"Ocaaa...." Rayena memeluk tubuh Oca yang baru tiba di kelas. Kedua gadis itu berpelukan, tak menghiraukan tatapan-tatapan membenci dari teman sekelas mereka.

I'm the antagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang