9. 🥀

5.6K 305 5
                                    

Hari senin tiba di mana di wajibkan untuk melaksanakan upacara bendera tidak menghiraukan terik matahari yang menyengat, namun ada yang berbeda dari upacara hari ini bukan kesurupan massal seperti yang sering terjadi di sekolah-sekolah lainnya tapi bertepatan pertengahan acara terjadi perkelahian sengit yang tiba-tiba antara Satria dan Rio membuat upaca terpaksa di bubarkan.

Teriakan demi teriakan terdengar begitu kaget melihat Satria dan Rio yang sama-sama tidak mau mengalah memukul satu sama lain "SATRIA, RIO KE RUANGAN BAPAK SEKARANG", teriakan pak Jay menggelegar membuat perkelahian spontan berhenti begitu saja, Satria berdiri bergegas mengikuti pak Jay begitupun dengan Rio.

Zavier mengangkat alis tinggi melihat Rio menoleh sejenak kearahnya tersenyum tipis sebelum kembali berjalan menuju ruangan bk, Vano menatap punggung keduanya penasaran apa yang membuat mereka sampai berkelahi tidak tahu waktu dan tempat.

"Apa yang terjadi ?", tanya pak Jay menatap keduanya dengan tatapan mengintimidasi.

Tidak ada di antata keduanya yang hendak menjawab membuat pak Jay mendengus mengeluarkan ponsel dari saku baju yang dia gunakan, "oke kalau kalian berdua tidak mau bicara biar saya memghubungi orang tua kalian untuk datang ke sekolah", mendengar itu Satria dan Rio kompak menggelengkan kepala panik.

"Tidak ada yang terjadi pak, hanya saja saya yang tidak bisa mengontrol emosi saat mendengar candaan Rio tadi, maaf", ujar Satria berbohong

Pak Jay menganggukan kepala, "saya harap ini pertama dan terakhir kalian berdua berbuat ulah, sekarang berdiri di tengah lapangan hormat ketiang bendera sampai jam istirahat", ujar pak Jay final tanpa bantahan membuat kedua cowok itu mengangguk pasrah berjalan beriringan menuju lapangan melaksanakan hukuman

"Ini semua karena lo brengsek", umpat Satria menahan agar tidak kembali menyerang Rio.

Rio terkekeh sinis, menatap meremehkan, "bukannya semua yang gue katakan benar adanya, PEMBUNUH", tekan cowok itu membuat Satria mengepalkan tangan menahan sekuat tenaga merasa emosinya kembali terpancing.

"Jangan menuduh sembarangan, jangan-jangan lo yang pembunuh sampai nuduh gue untuk menutupi kebusukan lo itu", ujarnya kembali menantang membuat Rio mendelik semakin sinis.

"Tentang Zavier gue tahu lo nyembunyiin sesuatu Satria", ujar Rio membuat Satria menegang dengan wajah memucat

Haidar yang tidak sengaja lewat mendengar obrolan keduanya berhenti tersentak menautkan alis menatap punggung kedua cowok itu, "ngak usah saling ngatain kalian berdua, kalian berdua sama saja, brengsek", ujar Reza sinis tiba-tiba nongol dari arah koridor membuat keduanya menoleh dengan alis terangkat tinggi.

Reza tersenyum misterius, "waktu hukuman kalian sudah selesai, satu lagi berhenti berbuat onar, kalian berdua sama-sama menyembunyikan sesuatu.....", ujarnya mengantungkan ucapan membuat Haidar di belakang mengepalkan tangan jantungnya berdetak begitu kencang penasaran kelanjutan ucapan Reza, "tentang Zavier", ujarnya bergegas pergi

Satria dan Rio sama-sama menegang, Haidar menatap dengan tatapan memicing curiga melihat kejanggalan tingkah Satria dan Rio, satu yang pasti Reza tahu sesuatu.

"Makanya ngak usah sok jagoan babak belur kan lo", omel Fara di salam kelas membuat Azel dan Rio meringis

"Ngak usah ngomel Far, obatin luka gue", ujar Rio, Fara mendengus tetap mengobati luka Rio walaupun omelannya juga tetap jalan.

Azel menghela nafas niat awalnya mau ke kantin bersama Fara tertunda dengan kedatangan Rio yang meminta gadis itu mengobati luka di wajahnya.

"Lo ada masalah apa sama Satria ?", tanya Azsl penasaran membuat Rio melirik sekilas tersenyum tipis.

"Biasa masalah cowok", ujarnya mengangkat bahu acuh meringis saat Fara menekan lukanya keras

Azel menganggukan kepala percaya begitu saja tersentak kaget menoleh dengan lamban menatap para arwah di belakang Zavier menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam penuh dendam membuat nafas Azel tercekat bertumpu di meja milik Rio menutup mata melihat salah satu arwah di sana mendekat dengan gerakan ganjil.

Tubuh Azel bergetar wajah memucat untung di kesal hanya tinggal beberapa orang saja yang tengah serius mengerjakan kegiatan masing-masing tidak menyadari tingkah aneh gadis itu sekarang, kepalan tangan gadis itu menguat merasakan salah satu arwah berdiri tepat di hadapannya mendekatkan tangan kearah kepala Azel, merasakan hawa dingin dari area kepala membuat gadis itu semakin ketakutan, kilasan-kilasan mulai terlihat

Seorang cowok tengah mencekik leher seorang gadis, terdapat benda menutupi tangan seperti kos tangan transparan, semakin di perhatikan ada sebuah tato kecil di antara ibu jari dan jari telunjuk orang itu, gambar kecil berbentuk mahkota.


Brughhhh


Tubuh Azel ambruk membuat yang lain menoleh kaget, sebelum kesadarannya menghilang Azel masih sempat menatap seringai arwah yang membuat mulut para arwah terlihat robek sampai ke telinga, di tambah pekikan kaget dari kelas meneriaki namanya


"AZEL"


Zavier spontan berdiri dari bangkunya begitu kaget begitupun dengan Fara dan Rio yang masih dengan aktifitas mengobati luka di wajah Rio bergegas mendekat, Rio mengangkat tubuh Azel membawa ke uks.

Zavier menatap nanar ke arah Rio yang keluar membawa Azel dan Fara mengikut di belakang dengan wajah khawatir, cowok itu merasa hatinya di remas ingin sekali membantu gadis itu namun tertahan demi keselamatan gadis itu


***


Satria mematap kedepan dengan pandangan kosong, wajahnya masih terlihat memucat meski kuka sudah di obati di uks tadi, fikirannya terganggu dengan ucapan Rio dan Reza di lapangan upacara tadi, Satria menggelengkan kepala mencoba menguasai diri menghilangkan fikiran-fikiran negatif yang menghantui fikirannya sekarang.

Namun sialnya Satria semakin kefikiran, apa Rio dan Reza tahu tentang kejadian itu.

"Lo ada masalah apa sampai emosi lo terpanjing gitu ?", tanya Vano menepuk pundak Satria membuat cowok itu menoleh kaget menggelengkan kepala.

"Gue ngak ada masalah sama dia hanya saja candaan Rio sudah kelewat batas", ujarnya dengan wajah serius membuat Vano menganggukan kepala percaya.

"Kirain lo main rahasia-rahasiaan sama gue, kalau ada masalah bilang, gue usahain bantu", ujar Vano.

Satria terkekeh menganggukan kepala, menoleh ke arah pintu menautkan alis bingung melihat Delon berdiri di sana menatap keduanya dengan pandangan sulit di artikan.

***

Zavier (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang