Azel berdiri di gerbang sekolah menunggu pak Tono, Criss dan Bayu sudah kembali ke kantor polisi begitupun dengan Zavier yang langsung pergi setelah penyelidikan selesai di ruangan bk, "ehm", gadis itu terperanjat kaget menutup mata, kenapa semua manusia dan arwah selalu bikin kaget, untung Azel tidak jantungan, gadis itu menoleh dengan alis terangkat tinggi melihat sosok Haidar berdiri di sana dengan pandangan tajam.
"Lo sengaja kan waktu itu dorong gue, lo ngak suka gue gangguen Zavier hah", marahnya langsung membuat Azel tersentak mundur ke belakang.
Haidar menatap sinis meremehkan membuat Azel mengepalkan tangan menguasai diri kembali melangkah mendekat ke arah Haidar penuh keberanian, "waktu itu gue benar-benar buru-buru, gue ngak peduli dengan permasalahan lo sama Zavier itu, tapi satu hal yang harus lo tahu apa hati lo puas melampiaskan semua emosi pada Zavier yang belum tentu pelaku, lo fikir gadis yang lo cintai di alam sana akan senang dengan kelakuan lo ngak, ngak sama sekali Haidar".
Haidar mengatupkan bibir keluh mendengar ucapan Azel penuh penekanan, hatinya tertohok baru kali ini ada yang tidak setuju dengan perbuatannya namun tidak juga membela Zavier, melihat cowok itu melunak Azel lebih mendekat lagi menepuk pundak cowok itu tersenyum tipis, "kalau lo mau tahu Zavier seperti apa jangan lihat dia dari covernya selami kehidupnya lo akan menemukan sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, dengan seperti itu lo akan tahu dia pelaku atau bukan".
Haidar masih berdiri di sana tidak bergeming sama sekali, Azel menghela nafas, "gue duluan jemputan gue sudah datang", ujar gadis itu membuat Haidar tersentak kaget menatap punggung Azel yang sudah masuk kedalam mobil.
Pak Tono yang melihat dari kaca spion mobil merasa familiar dengan sosok Haidar, pak Tono menggelengkan kepala mungkin hanya perasannya saja.
Di waktu yang sama Zavier duduk di kursi panjang pandangan kosong ke bawah, fikirannya tertuju pada kejadian di ruangan bk tadi entah perlakuan Azel sangat membekas untuk cowok itu, Zavier menggekengkan kepala mencoba menguasai diri, "woy melamun aja", sentak Dikta membuat cowok itu menoleh kaget.
Dikta melongo melihat wajah Zavier yang penuh luka, "kali ini apa lagi Zavier ?", tanyanya langsung, Zavier tersenyum tipis menggelengkan kepala, "seperti biasa bang", ujarnya lirih membuat Dikta mengatupkan bibir sudah paham, dengan pelan Dikta mengusap punggung cowok itu lembut menenangkan.
"Lo pulang saja istirahat, ngak ada pelanggan hari ini", ujar Dikta duduk di samping Zavier.
Zavier menoleh menggelengkan kepala, "malas pulang ke rumah, biar gue tidur di ruang istirahat saja bang, nanti selesai magrib baru pulang", ujarnya membuat Dikta menganggukan kepala.
"Lo keluarin satu matras di ruangan gue, pake tidur di ruang istirahat", ujarnya membuat Zavier mengangguk bergegas masuk kedalam ruangan Dikta mengambil satu matras memasukan kedalam ruangan istirahat meletakan matras di ujung ruangan, cowok itu berbaring di sana menatap langit-langit tersenyum tipis mengingat gadis itu.
***
"Maksud pak Heru apa? Kenapa kasus tiba-tiba di tutup pak ?", tanya Criss tidak habis fikir dengan keputusan kepala kepolisian ini.
Pak Heru menghela nafas memijit pelipis, "jangan buang-buang waktu kalian menyelidiki kasus bunuh diri itu, masih banyak kasus yang harus kalian tangani, sana keluar, di ruangan sudah ada berkas kasus baru yang harus kalian selidiki", ujarnya menatap penuh intimidasi pada kedua bawahannya yang berdiri di depan.
Criss dan Bayu keluar ruangan dengan perasaan dongkol, pak Heru menghembuskan nafas menatap punggung keduanya dengan tatapan misterius, "saya rasa pak Heru bersikap aneh", celetuk Bayu di dalam ruangan duduk di sofa.
Criss menganggukan kepala setuju, "saya juga berfikir seperti itu, gelagat pak Heru sangat mencurigakan", ujarnya berusaha berfikir keras.
"Saya dapat sesuatu yang mengejutkan di rumah sakit, ngak sengaja mendengar pembicaraan pak Heru dengan dokter yang menangani mayat korban, luka di pergelangan tangan begitu rapi layaknya di lakukan oleh orang profesional, dokter beranggapan caranya seperti yang di lakukan dokter bedah pada umumnya", cerita Bayu membuat Criss tersentak kaget matanya membelalak menggeleng tidak percaya.
Bayu menghembuskan nafas mengeluarkan ponsel memutar rekaman suara yang sengaja dia rekam, "kamu dengar sendiri dokter mengatakan di leher korban ternyata terdapat luka dalam lebih tepatnya tulang di dalam retak, semua korban memiliki luka di leher yang sama dan juga goresan rapi di pergelangan tangan sama panjang dan juga bentunya, kasus di SMA Atmajaya bukan kasus sembarangan, kalau pak Heru turun untuk menutupi ada hal besar di balik kasus".
Criss termenung mengingat cerita Azel tentang para arwah yang mengelilingi cowok bernama Zavier itu, "permisi pak", sapa pak Tono masuk kedalam ruangan membuat keduanya kompak menoleh dengan alis terangkat menunggu informasi yang pak Tono bawa.
Pak Tono mengeluarkan dua kertas dari map yang dia bawa membuat keduanya menautkan alis bingung menatap di sana ada gambar mahkota indah yang sama persis, "saya kembali ke sekolah menyelidiki setelah pulang mengantar Azel ke rumah, saya mendapatkan sesuatu, gambar kecil berbentuk mahkota indah yang di gambar menggunakan darah tepat di balik tiang meja di samping mayat korban terbaring", jelasnya.
"Apa hubungannya ?", tanya Bayu masih tidak bisa konek dengan penjelasan bawahan Criss yang menjadi kepercayaan mereka, sedangkan Criss menegang firasatnya mulai tidak menentu menatap pak Tono yang terlihat gelisah untuk melanjutkan ucapannya.
Pak Tono menghela nafas menatap Criss dengan tatapan nanar "Gambar mahkota yang sama persis dengan gambar mahkota yang di temukan saat terjadi kecelakaan beruntutan satu tahun yang lalu".
Ddduuuuuuaaaaaarrrrrrr
Bagaikan di sambar petir keduanya tersentak begitu kaget, Criss dan Bayu saling pandang merinding, "bukannya kejadian itu banyak mengambil korban jiwa", celetuk Bayu mengingat kejadian masa itu.
Criss menghela nafas, "hm salah satu korban yang tidak selamat istri saya, ibunya Azel", ujarnya dengan hati yang terasa teriris mengingat kejadian di mana dia harus kehilangan istrinya, untung waktu itu Azel ada di bogor tidak ikut dengan mereka.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Zavier (Terbit)
Gizem / GerilimAzela Calista, gadis cantik bertubuh mungil yang terpaksa pindah sekolah untuk kesekian kali karena kerjaan ayah, SMA Atmajaya, sekolah elit yang terkenal dengan fasilitas lengkap dan prestasi gemilang, awalnya gadis itu sama sekali tidak tertarik d...