18. 🥀

4.5K 269 6
                                    

SMA Atmajaya kembali heboh di pagi hari bukan karena di temukan mayat lagi tapi karena foto yang terpasang di mading dan juga dinding sekolah di bawah foto terdapat tulisan membuat semua orang bisa melihat, bisikan-bisikan mulai terdengar, para guru sampai bingung meminta semua murid melepas foto yang tertempel di mading maupun dinding sekolah.


"Kecelakaan satu tahun lalu", tulisan di bawah foto


Yang menjadi objek di dalam foto membeku di koridor tidak percaya, dengan wajah memucat, di dalam foto nampak ada Satria yang berdiri di pinggir jalan raya di hadapannya sudah banyak mobil yang hancur tidak jauh di belakang Satria ada Rio yang berada di atas motor menatap punggung Satria.

Zavier yang sempat melihat foto itu bergetar menggelengkan kepala, ingatannya tertuju pada kecelakaan satu tahun lalu, cowok itu masuk kedalam kelas duduk di kurainya membenamkan wajah di atas meja dengan tangan sebagai tumpuan, cairan bening keluar dari sela-sela matanya, cowok itu menangis dalam diam.



Flashback

Cowok itu turun dari motor melangkah masuk kedalam rumah menggengam  raport di tangannya "mamaaaaaa, ayahhhh, Jessyyy", teriaknya masuk kedalam rumah.

"Zavier jangan teriak ini rumah bukan hutan", omel mama membuat Zavier meringis.

"Kenapa ?", tanya pria yang keluar dari ruangan kerja

"Ini raport Zavier", ujarnya menyodorkan kepada ayahnya

Pria itu tersenyum menepuk puncak kepala Zavier, "pertahankan, kalau begitu siang ini kita makan di luar untuk rayain kenaikan kelas Zavier dan juga nilai yang dia dapatkan, selamat son kamu sudah naik kelas dua sekarang".

"Jessyy ikuttty", teriak seorang gadis yang masih menggunakan seragam SMP membuat Zavier langsung menoyor kepala adiknya.

"Ngak usah berantam, sana masuk ganti seragam kita makan di luar", perintah mama membuat Zavier dan Jessy bergegas menuju kamar menganti seragam, hanya beberapa menit keduanya keluar bergegas mendekat kearah orang tua yang sudah siap.

"Ayooo", teriak pria itu tersenyum senang

"Senang bangaatttt, akhirnya kita keluar rumah siang hari begini biasanya bisa malam saja", celetuk Jessy membuat Zavier memutar bola mata malas menoyor kepala adiknya.

"Maaf ya, ayah sama mama sibuk, jadi karena hari ini ngak ada kerjaan jadi sekalian kita makan di luar dan rayain hasil usaha kalian, selamat kalian berdua sama-sama naik kelas dengan nilai sangat memuaskan", ujar pria itu melirik melalui kaca di dalam mobil.

Mereka tertawa di dalam mobil menikmati kebersamaan bertepatan di perempatan sebuah truck dari samping melaju dengan kecepatan diatas rata-rata, "MASSS", teriak mama membelalakan mata kaget.

Pria itu mencoba mengendalikan mobil menghindar dari truk.


Citttt

Brukk

Brakkk

Bughhh


Tubuh Zavier terpental dari samping menatap nanar kearah mobil, Zavier menangis mencoba menggerakan tubuhnya yang terasa sakit agar bisa mencapai mobil, didalam masih ada orang tua dan adiknya, mendengar beberapa bunyi ambulance dan petugas berlari, Zavier menunjuk mobil yang sudah mengeluarkan bensin.

Petugas bergegas mendekat berusaha membuka pintu mobil mengeluarkan orang tua dan adik Zavier yang sudah hilang kesadaran, Zavier meringis merasakan tubuhnya terangkat menatap nanar melihat kekacauan yang terjadi

Sampai di rumah sakit Zavier bergegas menyeret tubuhnya yang sudah bisa di gerakan mencari keberadaan orang tua dan adiknya, Zavier meringis melihat banyak korban yang ikut di bawa kerumah sakit, melihat brangkas orang tua dan adiknya, Zavier mendekat

"Dokterrrrr tolonggg, selamatkan orang tua dan adik saya dok", Zavier bersimpuh di hadapan salah satu dokter tidak peduli dengan luka-luka pada tubuh dan darah yang keluar dari kepalanya.

Dokter itu meringis, "kamu juga harus di obati, di dalam sudah ada dokter yang menangani orang tua dan juga adik kamu", ujarnya menepuk pundak Zavier.

Zavier menggelengkan kepala menangis, "ngak usah dok, tolong selamatkan orang tua dan adik saya saja dok", ujarnya lagi.

Seorang dokter datang berlari mendekat dengan raut wajah cemas, "maaf ketiga pasien tidak bisa di selamatkan".


Duuuuuaaaaaarrrrrrr


Bagaikan di sambar petir di siang bolong, dunia Zavier runtuh seketika, "ngak mungkin, ngakkk hikss, NGAK MUNGKIN DOKTER TOLONGG SELAMATKAN ORANG TUA DAN ADIK SAYAA, HIKS MEREKA NGAK MUNGKIN DINGGALIN SAYA DOK", teriaknya meraung meluapkan rasa sakit di hati.

"Semuanya karena gue, hiks mereka pergi karena gue, pembunuh, gue yang membunuh merekaaa, GUE PEMBUNUHHH, GUE YANG MEMBUAT ORANG TUA DAN ADIK GUE MENINGGAL hiks", lanjutnya meracau terlihat kacau, beberapa dokter mendekat menenangkan namun Zavier masih meraung menyalahkan dirinya.

Banyak menatap dengan tatapan iba, meringis ikut merasa kesakitan mendengar raungan memilukan cowok itu, karena Zavier masih memberontak salah satu dokter menyuntikan penenang sebelum menutup mata masih terdengar gumaman Zavier.

"Gue pembunuh"

Zavier tersentak menghapus air mata dengan kasar bangun dari posisinya menoleh menatap Azel yang terlihat menyerahkan teh botol kearahnya, "gue sudah bilang jangan mendekat", ujarnya menoleh kearah jendela kaca membuat Azel mendengus memasukan teh botol kedalam laci meja Zavier.

Azel menoleh menatap Rio yang kini duduk di kursi menatap kedepan dengan pandangan nanar, teman kelas sudah banyak berbisik dengan kehadiran keduanya pada saat kecelakaan terjadi, banyak yang beranggapan keduanya ada sangkut pautnya dengan kecelakaan satu tahun lalu, di samping Rio ada Fara yang berusaha menghibur cowok itu.

Di dalam satu kelas seorang cowok mengepalkan tangan kuat, tatapan menajam melihat foto yang beredar di sekolah, ada yang mencoba memprofokasinya sekarang, cowok itu penasaran siapa yang berani menantangnya, seringai muncul di wajahnya merasa tertantang sekarang dia akan memperlihatkan aksinya.

"Siapa yang berani-berani menantang gue seperti ini, wah ternyata ada orang yang cerdik di sini, semakin menarik, lo fikir gue akan berhenti, ck, gue malah merasa semakin tertantang", gumamnya tersenyum bersiul kecil tanpa ada satu pun yang mendengarkan

"Baik, gue terima, tunggu permainan yang semakin menarik, lo akan kalah, dan Zavier tunggu kehancuran yang sesungguhnya", gumamnya terkekeh sinis menatap foto-foto di tanganya.

Ahh rasanya cowok itu sudah sangat ingin melakukan aksinya, menoleh menatap sinis punggung gadis di depan kelas yang terang-terangan membicarakan sosok Zavier.

***

Zavier (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang