Azel masuk kedalam rumah dengan wajah sembab, pak Tono sampai manautkan alis bingung menatap anak atasanya itu namun enggan untuk bertanya, dengan lemas gadis itu langsung menuju kamar tidak menyapa bi Nia seperti biasa, menutup pintu membenamkan wajah di atas bantal meraung di sana, rasa sakit kian menghimpit hati teringat perkataan ayahnya satu tahun lalu.
Waktu itu Criss ada keperluan di kantor pusat selama tiga hari karena hanya beberapa hari saja Azel tidak ikut di tambah gadis itu harus sekolah, namun nas di hari ketiga orang tua Azel di ibu kota, gadis itu menerima kabar duka tepat saat dia pulang kerumah.
Azel sangat mengingat apa yang Criss katakan waktu itu.
"Sayang, kamu kuat dan ikhlas ya, sebentar lagi ayah sama mama balik, tapi mama balik ke tempat yang lebih jauh nak, tempat yang paling indah, Tuhan begitu merindukan mama kamu", ujar Criss waktu itu dengan suara parau.
"Hiks"
Azel sekuat tenaga menghentikan tangisannya namun sial air mata enggan untuk berhenti keluar, Criss yang mendapatkan kabar dari Tono tentang kondisi Azel langsung kembali ke rumah, meringis mendengar tangisan anaknya yang mengiris hati di ambang pintu perlahan Criss mendekat berjongkok di samping tempat tidur Azel, mengusap rambut anaknya lembut menahan agar air matanya tidak ikut luruh keluar.
"Ayahhhh hiks".
Tangis Azel semakin pecah bangkit menubruk tubuh Criss meraung di dalam dekapan ayah, Criss sama sekali belum mengeluarkan kata, hanya memeluk anaknya erat mengusap punggung untuk menenangkan.
Mendengar tangisan anaknya mereda, Criss melepas pelukan menghapus sisa air mata anaknya, meringis melihat wajah sembab Azel, sekarang Criss paham jika anaknya sudah menangis sejak tadi, "ada apa sayang ? Mau cerita sama ayah ?", tanyanya lembut.
Azel mengigit bibir bawah kedua tanganya saling meremas, degup jantung kian memompa tidak menentu, "ayah, jika ayah tahu siapa yang menabrak mobil ayah satu tahun lalu apa yang akan ayah lakukan ?", tanyanya lirih menatap penuh kesakitan kearah ayahnya
Criss tertegun mendengar pertanyaan yang bahkan pria itu tidak pernah fikirkan sama sekali, "ayah tidak tahu sayang, emang kenapa hm ?", tanyanya lagi tersenyum tipis memberi ketenangan agar anaknya leluasa untuk mengatakan sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Azel tahu ayah siapa yang nabrak mobil ayah waktu itu", lirihnya mengeluarkan dua foto dari saku rok abu-abunya menyerahkan pada Criss yang terlihat mematung meneliti foto di sana.
Mobil itu benar-benar mobil Criss, di dalam foto bahkan terlihat jelas sosok istrinya dari kaca jendela mobil yang terbuka sedikit, hati Criss seperti tertusuk menda tajam sekarang, "jadi apa yang ingin kamu katakan sayang hm ?", tanya Criss lagi berusaha menutupi luka di hati.
Azel tersenyum tipis mengetahui ayahnya belagak sok kuat, "Azel bingung ayah, di lain sisi Azel ingin pelaku di berikan hukuman setimpal dengan perbuatannya, namun di lain sisi Azel tidak mau jika pelaku merasakan penderitaan yang lebih, Azel merasa pelaku selama ini juga ikut menderita karena perbuatannya".
Criss tersenyum tipis merasa anaknya sudah dewasa sekarang, "ikhlaskan semuanya sayang, sudah takdir mama harus pergi dengan cara yang seperti itu, hanya saja jika pelaku melakukan kesalahan yang sama lagi mungkin tidak ada lagi keringanan untuknya, waktu itu bukan hanya mobil yang menabrak mobil ayah yang bermasalah, waktu itu ada satu truck yang tiba-tiba datang dari arah seberang menabrak mobil di samping mobil ayah sampai membuat banyak mobil saling tabrakan", ujarnya menjelaskan kronologi kejadian waktu itu.
Azel menganggukan kepala merasa lega, hal ini yang sudah menganggunya sedari tadi, merasa takut jika ayahnya semakin terluka mengetahui jika pelaku penabrakan waktu itu sudah dia ketahui, namun pertanyaannya truck yang menabrak mobil di samping ayahnya itu, siapa ?.
Masih banyak misteri di balik kecelakaan satu tahun lalu, di tambah hubungan kecelakaan satu tahun lalu dengan kasus yang terjadi di SMA Atmajaya yang sudah menelan beberapa korban.
***
Haidar meraung di ruangan kerja ayahnya, sampai pak Heru merasakan sakit luarbiasa melihat anaknya yang sudah tidak terkontrol seperti sekarang, tadinya pak Heru kaget dengan kedatangan Haidar yang begitu kacau di tambah cowok itu tiba-tiba meraung dengan tubuh luruh ke bawah.
"Ayah hukum Haidar, hukum Haidar hiks", jeritnya bersimpuh di hadapan pak Heru
Pak Heru merapatkan bibir berjongkok menepuk pundak Haidar yang sudah bergetar, "Haidar pembunuh ayah, Haidar pembunuh hiks, tolong ayah hukum Haidar", isaknya memohon tidak peduli lagi dengan kondisinya yang terlihat memprihatinkan.
Pak Heru menatap nanar anaknya tidak kuat mengekuarkan kata, "ayah siapa yang Haidar tabrak ?", tanyanya lagi dengan suara parau namun pak Heru terlihat enggan untuk mengeluarkan suara, pria itu terlalu shok ingatan anaknya begitu cepat kembali, pria itu belum siap dengan kemungkinan kemungkinan terburuk untuk anaknya.
"Kamu istirahat dulu, setelah kamu tenang kita bicara dengan kepala dingin", ujar pak Heru tersenyum tipis, Haidar menggelengkan kepala dengan cepat menatap wajah ayahnya.
"Bagaimana Haidar bisa istirahat ayah kalau Haidar tidak tahu apa yang terjadi pada orang yang sudah Haidar tabrak?", teriaknya histeris membuat pak Heru menghembuskan nafas panjang dengan pandangan menyendu.
"Satu korban meninggal dunia", ujar pak Heru membuat nafas Haidar tercekat.
Jantungnya terasa meloncat keluar, tidak ada isakan tangis yang terdengar lagi namun air mata di pipi kian keluar begitu deras, ingin rasanya Haidar menghantam tubuhnya ke dinding sekarang sampai cowok itu bisa membalas rasa sakit korban.
Haidar merasa benar-benar hancur, rasa bersalah kian muncul berkecamuk di dalam hati, kenapa cowok itu bisa melupakan kesalahan yang harusnya tidak dia lupalan ?.
Haidar mengatupkan bibir dengan pandangan kosong kedepan, rambut acak-acakan, mata sembab yang sialnya masih mengeluarkan air mata, bibir pucat, tidak ada lagi gairah untuk melanjutkan kehidupan mengetahui kenyataan yang mengguncang hidupnya.
Pak Heru mengepalkan tangan kuat menatap nanar keadaan anaknya sekarang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Zavier (Terbit)
Mystery / ThrillerAzela Calista, gadis cantik bertubuh mungil yang terpaksa pindah sekolah untuk kesekian kali karena kerjaan ayah, SMA Atmajaya, sekolah elit yang terkenal dengan fasilitas lengkap dan prestasi gemilang, awalnya gadis itu sama sekali tidak tertarik d...