16. 🥀

4.5K 297 2
                                    

Azel menatap ke arah jendela kamar beberapa kali menghembuskan nafas tersentak kaget melihat para arwah yang biasanya mengelilingi Zavier muncul di hadapannya tiba-tiba, Azel sampai mundur menumpu meja belajar menggelengkan kepala berusaha menekan rasa takut, Azel memejamkan mata sejenak kembali menatap menutupi ketakutan.

"Ada apa ?", tanya Azel akhirnya dengan tubuh yang sudah bergetar.

Para arwah itu hanya diam menatap tajam membuat keberanian Azel menciut begitu saja, "apa yang kalian inginkan ?", tanyanya lagi mengepalkan tangan berusaha mengatur nafas yang sudah tidak beraturan.

Salah satu arwah mendekat membuat Azel semakin merapat pada kursi meja belajar menutup mata takut-takut, tenggorokan terasa kering untuk teriak meminta tolong, nafas Azel tercekat jarak arwah dan dia tinggal beberapa senti saja.



Sreeeekkkkk


Arwah menghempaskan buku tulis yang ada di meja, Azel melirik takut-takut kearah buku tulis yang sudah terbuka lebar perlahan muncul tulisan darah di sana.



"Kalung mahkota merah"



Azel manautkan alis bingung menoleh mendengus melihat semua arwah sudah menghilang mencoba berfikir, Azel tersenyum tipis bergegas keluar kamar mencari Criss, melihat ayahnya yang duduk di ruang keluarga gadis itu bergegas mendekat menyodorkan buku tulis memperlihatkan pesan dari arwah.

Criss menautkan alis mencoba berfikir langsung paham setelah melihat tulisan itu dari darah kemungkinan terbesar para arwah memberi petunjuk pada Azel, "nanti ayah minta Bayu menyelidiki tentang kalung mahkota  makasih informasinya sayang", ujarnya.

"Makasihnya sama para arwah ayah, Azel hanya nyampein pesan para arwah itu", ujar Azel asal membuat Criss merinding dibuatnya.

Azel menatap jam dinding menunjukan pujul 09.35 malam, "Azel masuk kamar ya, ayah jangan begadang", ujarnya

Criss terkekeh menganggukan kepala menatap punggung anaknya yang sudah masuk kedalam kamar, Criss mencoba mengirim pesan pada Bayu untuk mencari siapa pemilik kalung mahkota yang persis dengan gambar yang pernah pak Tono berikan.

Hanya dua puluh lima menit menunggu Bayu sudah mengirimkan file, Criss bergegas membuka menautkan alis hanya 1 orang yang punya berasal dari indonesia namun menggunakan nama samaran, "ah gimana bisa tahu kalau pake nama samaran, hm bukannya makin berkurang, masalah semakin bertamabah", ujar Criss memijit pelipis yang terasa berat.


***


Murid kelas 12 IPA 3 sudah berkumpul di lapangan untuk melaksanakan olahraga, kebetulan kali ini olahraga yang mereka mainkan bola volly, guru sudah membagi kelompok untuk latihan, agar mempermudah dan tidak menimbulkan masalah, guru meminta mereka berkelompok dengan sebangku saja.

Zavier berhadapan dengan Azel mulai latihan, Zavier melempar bola dan Azel berusaha untuk mengembalikan bola dengan cara smash, di lakukan secara bergantian sampai tiba waktunya untuk pengambilan nilai, giliran Azel dan Zavier yang maju, keduanya berjalan beriringan menuju lapangan, Azel yang tidak fokus menginjak tali sepatu sampai tidak sengaja menarik lengan Zavier.

Semua teman kelas menahan nafas melihat adegan sinetron di depan mereka, Azel terjatuh dengan Zavier berada di atasnya, untung cowok itu punya refleks yang bagus bisa menumpu tubuhnya, tatapan keduanya bertemu beberapa detik.


Tttrringg


Mata Azel membola sempurnah menatap kalung yang muncul dari leher Zavier, kalung dengan mahkota indah sebagai permata, Azel dengan cepat mendorong tubuh Zavier membuat cowok itu tersadar langsung menjauh dengan perasaan canggung.


"Anj_ kita nonton sinetron tidak terduga", celetuk teman kelas heboh.

"Aiss ngak sempat foto"

"Ngak bahaya ta"

"Ihhh serem"

"Iya ya, ngak bahaya ta"



Azel mengatupkan bibir, tatapannya tidak sengaja menatap para arwah yang terlihat ingin mengatakan sesuatu namun keadaan tidak memungkinkan, Azel memberi kode dari sorot mata, melanjutkan pengambilan nilai bersama Zavier.

Waktu istirahat tiba bertepatan semua kelompok sudah mengambil nilai, Fara menarik lengan Azel menuju kantin di ikuti Rio dari belakang, Zavier menghela nafas menatap punggung Azel yang sudah menjauh menghela nafas kembali menuju kelas dengan perasaan cemas pada sosok Azel.

"Lo gila hah, lo mau jadi korban, Zel", omel Fara mengingatkan membuat Rio memghembuskan nafas.

"Tidak akan terjadi apa-apa pada Azel", celetuk Rio penuh keyakinan membuat kedua gadis itu menoleh memicingkan mata curiga, melihat tatapan kedua gadis itu Rio mengangkat bahu acuh tersentak dengan kehadiran Haidar yang tiba-tiba muncul di samping meja mereka membuat mereka menjadi pusat perhatian.

"Ngapain lo", sentak Fara langsung

Cowok itu tidak bergeming menatap Azel yang juga menatap ke arahnya, "gue mau ngomong Zel", pintanya namun lagi-lagi Fara langsung menahan lengan Azel, "maaf gue ngak mau lo bawa teman gue, ngak ada yang tahu rencana lo bawa Azel dari sini", ujarnya menatap tajam membuat Haidar menghembuskan nafas bersimpuh di hadapan Azel membuat Fara sampai melongo.

Bukan hanya Fara namun semua yang ada di kantin sampai terkaget di buat, "gue minta maaf Zel, gue salah waktu itu gue kalut bawa mobil ugal-ugalan sampai gue nabrak orang tua lo, gue tahu maaf tidak akan cukup untuk menebus kesalahan gue, jika lo meminta pertanggung jawaban gue silahkan hukum gue Zel, gue juga minta maaf sempat melupakan kesalahan gue yang harusnya tidak boleh gue lupakan", lirih Haidar penuh penyesalan.

Azel tersenyum tipis, perasaan lega dari hati muncul begitu saja meminta Haidar untuk berdiri, "makasih sudah minta maaf, makasih sudah mengakui kesalahan lo di hadapan gue, jangan khawatir gue dan ayah sudah memaafkan, gue tahu lo juga menderita selama ini karena kejadian itu apalagi setelah lo ingat semuanya", ujarnya masih mempertahankan senyuman.


Deg


Reza yang tidak sengaja mendengar perkataan gadis itu langsung terpaku di tempat bukan cuma Reza satu kantin sampai terkagum-kagum dengan sifat Azel yang dewasa dan mudah memaafkan, Haidar tanpa sadar mengeluarkan air mata menghapus air mata dengan kasar tersenyum sendu menatap Azel.

Kini dia tahu jawaban untuk ayahnya, dia tidak mau melakukan kesalahan yang sama, keadilan pada korban dan keluarganya harus di tegakan seperti yang selama ini ayahnya ajarkan padanya.

***

Zavier (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang