Adit Side.

11 0 0
                                    

••

"Jujur saya juga gak tau mau gimana, Ki. Saya udah beneran gak punya harapan buat ngelanjutin hubungan ini. Kalo saya gak bisa ngasih apa yang dia mau, nikah sama dia. Saya bakal kehilangan pekerjaan yang saya mulai dari nol ini Ki"

"Sudah, gini saja. Kalau kamu memang gak mau kehilangan pekerjaan ini, posisi yang kamu inginkan. Kamu bohong pun saya tahu loh, Nak Adit. Sekarang gini saja, entah untuk bisnis atau untuk urusan percintaan saya hanya minta satu. Di Lawu, ada edelwiss warna kuning kehitam-hitaman. Kamu ambil, bawa kesini. Saya akan kasih apapun yang kamu mau. Bagaimana? Setuju?"

Adit menegang, naik lawu? sendirian?

"Saya sendiri, Ki?" tanya Adit bimbang.

Pantatnya sudah sedikit terangkat untuk berdiri jika Ki Dosono mengatakan ia harus sendirian. Namun, Ki Dosono hanya tersenyum dan menggeleng.

"Ya terserah, mau berapapun boleh saja. Syaratnya hanya itu. Kamu dapatkan edelwiss itu, kamu aman"

"Kalau begitu jika ada kabar lagi, saya akan kesini Ki" ujar Adit.

Ki Dosono hanya memanggut, "Lebih cepat lebih baik ya Nak Adit" setelah berkata seperti itu dia mempersilahkan Adit beranjak.

Baru saja menutup pintu mobil dan memasang seatbelt, hp nya bergetar berulang.

Ia merogoh saku celananya dan melihat siapa yang berulang kali mengiriminya pesan.

'BAGAS'

Sebelum membuka kunci layar, ia mematung sepersekian detik. Matanya menatap nama Bagas lama lalu dengan pelan membuka kunci layar, meng-tap isi notifikasi.

"Dit dimana?"

"Gue mau nanjak lagi nih, ada waktu gak?"

"Kerjaan lo aman?"

"Butuh satu lagi yang dua udah fix"

"Kabarin kalo senggang ye"

Isi pesan yang dikirimkan Bagas ke Adit. Dalam hati Adit bergumul, kok bisa pas sekali dia?

'Oit, gue aman nih.'

'Kapan gas? Kemana tuh kalo boleh tau?'

Tak butuh waktu yang lama, Adit kembali menerima balasan.

"Ke lawu dit, tanggal 15 berangkat"

Bulu kuduk Adit meremang sempurna, "Bajingan, kenapa pas banget?" ujarnya.

Ia segera mengetikkan pesan balasan pada Bagas, mengatakan bahwa ia bisa. Lalu bergegas masuk kedalam mobil, sebelum menjalankan mobilnya normal, Adit sempat bergumul dengan isi kepalanya sendiri apa betul ia akan pergi ke Lawu dan mendapatkan syarat yang diminta Ki Dosono hanya untuk kepentingan dia pribadi?.

Namun seperti ada setan yang membisikinya, Adit memantapkan hatinya bahwa ini jalan satu-satunya yang bisa ia pilih. Dia sudah kepalang cinta dengan kekasihnya dan juga tawaran yang diberikan bosnya untuk menjadi direktur di perusahaan ia bekerja membuat matanya hitam dipenuhi oleh ambisi kekuasaan.

Disepanjang jalan, Adit tak henti-hentinya mengusap tengkuk kepalanya dan merasa bahwa punggungnya berat sekali. Namun, ia tak menghiraukan itu. Ia tetap bergegas untuk pulang dan menyiapkan semuanya.

••

Remang-remang lampu kamar Adit di tengah malam seolah mendukung Adit untuk terbangun seperti orang linglung, dia menoleh kekanan dan kekiri mencari letak jam dinding yang ada di kamarnya. Jam 02.30 pagi.

Dia membawa badannya ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka dan menyegarkan diri, saat sedang mengusap wajah ia tak sengaja melihat kearah cermin yang ada di depannya. Disana, di belakang nya ada seorang yang berdiri dan menyeringai.

Sontak Adit menoleh kebelakang namun yang ditemukan hanyalah ruang kosong dan kasur yang berantakan.

Kembali ia menabrakkan air dingin ke permukaan wajahnya, lalu ia kembali melihat kearah cermin. Lagi, sosok hitam itu ada disana, menyeringai dan menatap Adit seolah Adit adalah mangsa.

Lalu kembali Adit menoleh kebelakang, namun lagi-lagi yang ia temukan hanyalah ruang kosong dan kasur yang........







Kemana selimutnya?






Adit menelisik, berusaha meraba letak saklar lampu tidur miliknya. Baru saja tiga langkah Adit dikejutkan dengan selimut yang berada di sampingnya.

Berdiri seolah di dalam ada seseorang yang tertutupi, Adit hanya terdiam. Dengan nafas yang sedikit terengah, ia berusaha meraih selimut itu dan menariknya.

KOSONG!

Tak ada siapapun di balik selimut itu, seolah menghilang setelah Adit membukanya.

"Anjing lah!!" Tamparnya pada diri sendiri.

Ia bergegas menyelimuti dirinya sendiri dan meringkuk di kasurnya yang dingin. Baru saja hampir terlelap, kasur springbed miliknya berderit dan berat. Seperti saat ia menginjak kasurnya sebelum tidur.

Adit terdiam, nafasnya memburu, selimut yang ia gunakan sudah menutupi seluruh anggota badannya, deritan itu kian naik.

Tak lama kemudian, deritan itu berhenti tepat di belakang punggung Adit. Kasur yang terinjak itu tak bergeming, ada seseorang di atas nya!

Adit memberanikan diri untuk melihat siapa yang berdiri di belakangnya, siapa tau maling?

"ANJING LO BANGSAT!!" Ujarnya sembari membuka selimut dengan kasar hingga ia terduduk. Tangannya bergerak meninju udara kamar yang makin lama makin dingin.

Dengan mata terpejam ia terus berteriak kesetanan, hingga akhirnya ia membuka mata. KOSONG. Tak ada siapapun di dalam kamarnya, Adit hanya halusinasi.

Ia tak ingat sejak kapan ia tertidur, hingga matahari berada tepat di atas kepala Adit baru saja terbangun.
Kepalanya pusing karena terlalu lama tertidur, untung saja mulai hari ini ia ditugaskan WFH dan kebetulan ia sedang libur.

Ia beranjak dari kasur menuju dapur dengan langkah gontai. Adit masih memikirkan kejadian di luar nalar yang terjadi semalam.

Apa iya itu hanyalah ilusi semata? Ah! persetan dengan itu semua. Hari ini ia dan Bagas akan bertemu membahas rute dan perjalanan ke Lawu.

'Siang hit. Ini gue Adit. Apa kabar? Lo masih di karanganyar?'

"Siang dit, kabar baik gue. Lo sendiri gimana? Iya gue masih di sini. Kerjaanku kan di sini wkwk. Ada apa?"

'Kabar baik juga gue. Anu, tanggal 15 besok rencananya gue mau ke Lawu, ya nanjak biasa sihh sama anak-anak. Nah gue inget lo pernah jual jasa carter mobil ya?"

"Iya dit masih kok sampe sekarang. Kalo boleh tau, berapa orang yang ikut dit?"

'3 sama gue berarti 4. Kira-kira lo bisa?'

"Sebentar yo, tak lihatkan."
"Bisa dit, tanggal 15 gue free. Oke gue jemput di stasiun aja ya? Kabarin ya dit."

'Mantep tuh! Oke hit nanti kalo fix gue kabarin lo ya secepatnya. Kemungkinan nanti malem kalo gak besok pagi'

"Oke dit, suwun ya"

'Ok hit. gue juga makasih'

Setidaknya begitulah pesan yang dia kirim kan beserta jawaban dari Hito, teman kuliah Adit.
Clear sudah, tinggal menunggu kabar dari Bagas dan berangkat ke Lawu.






Di malam yang sama saat Adit berhalusinasi, Hito juga merasakan hal yang sama, dia diberikan penglihatan oleh sosok spiritual suruhan Kakek Hani.
Hingga akhirnya mereka berempat bertemu dan singgah sebentar ke rumah Kakek Hani.

BROKEN COMPASS [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang