••
"Kapan terakhir kali lo hiking, Bang?" Tanya Hani.
Bagas melirik Hani menggunakan ekor matanya, saat ini ia sedang melakukan research dengan laptop kesayangannya.
Hani mendecak kecil, "Jawab kali bos"
Bagas menutup laptopnya kasar, memutar mata sedikit malas. "Dua bulan lalu setelah sidang dan pas lo lagi sibuk-sibuk nya UAS. Kenapa?"
"Ke gunung mana?"
"Ungaran"
"Oh, lo tau gak Bang. Tiap lo cerita tentang gunung-gunung, gue selalu ngerasa jadi orang yang jauh banget dari lo. Kayak, gue gak tau apapun" jelas Hani.
Bagas mengangguk, "Haha santai aja, mungkin karena tiap gue naik gak pernah ajak kalian berdua. Makanya kali ini gue mau ajak kalian, itung-itung punya kenangan dan kalian dapet new experience"
"Emang kita mau kemana sih, Bang?" Tanya Hani.
"Ke gunung yang dari dulu pengen gue jadiin destinasi bareng kalian"
•••
"Gunung Lawu"
Jawaban Bagas masih berputar di kepala Hani, gila saja pria itu mengajak dia dan Mahen yang notabene memiliki nol pengalaman tentang pendakian, mendaki gunung yang penuh dengan kejadian mistisnya.
Ia tidak menyangka Bagas akan mengajak dirinya dan Mahen mendaki gunung setinggi dan semegah Lawu, "INI BUNUH DIRI NAMANYA" teriaknya frustasi.
Benar, hingga saat ini di kepalanya seperti radio rusak milik BumbleBee. Memutar kepingan suara 'Gunung Lawu' dengan berbagai bahasa dan aksen.
"Ah bangsatlah!!" Ia mengacak rambutnya kesal.
Setelah mendengar jawaban Bagas, ia pamit undur diri untuk mencerna dan memikirkan kembali untuk memutuskan apakah yakin ia akan pergi.
Mahen mendelik melihat Hani seperti gelandangan yang sedang terduduk dengan rambut acak-acakan di tangga Fakultas Seni. Tak sengaja ia melihat Hani saat dirinya sedang mengantar proposal milik Jeje, adiknya.
"Anying, lo ngapain disini Han?"
Hani mendongak, matanya perih karena netranya bertabrakan langsung dengan cahaya. "Bang..."
"Lo yang bener aja, Han? Masa iya dia nekat ngajak kita yang gak punya pengalaman sama sekali soal hiking ini langsung ke Gunung Lawu?"
"Lo tanya aja dah Bang sendiri, sumpah gue pusing banget"
"Kalo cuma berempat ogah lah gue, resiko bangsat." Mahen menyambung.
"Gue juga mikir gitu, lah gue kira cuma dimana kek di Bromo atau di Andong yang masih logis di akal"
"Anjing lah"
"Lo coba dah ngomong, Bang. Siapa tau dia mau dengerin lo"
Mahen hanya mengangguk lesu, menggelengkan kepalanya berulang kali, mereka berdua menghapus semua prasangka yang ada dalam hati mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN COMPASS [ ON GOING ]
Korku⚠️Disclaimer: Cerita ini hanya imajinasi author. ⚠️ Empat pemuda itu berhenti berlari, sekelilingnya sudah dikuasai oleh kegelapan. "Dimana sih ini sebenernya?" "Gue capek, Bang" "Kompas nya nyuruh kemana?" "Kesini" telunjuknya menunjuk kedalam gela...