🏡 adu nasib

690 69 4
                                    

.

Normalnya pukul satu pagi tuh orang-orang lagi pada menjelajahi alam mimpi. Tapi bagi para penghuni Maetala jam-jam segitu adalah waktu yang sesuai untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang biasanya dilakukan pada siang hari.

Di ruang tengah ada Bams yang lagi main uno bareng Dika, sedangkan Milan lagi rebahan di karpet sambil fokus bikin denah di autocad buat salah satu adik tingkatnya setelah beberapa hari yang lalu cowok itu memutuskan membuka jasa joki tugas.

Hitung-hitung buat nambah duit jajan aja sih soalnya kalau ngandelin transfer dari orangtua tuh kadang suka gak cukup apalagi Milan ini anaknya boros banget tiap hari foya-foya. Belum lagi buat keperluan kuliahnya termasuk bayar UKT dan bayar sewa kontrakan atau keperluan-keperluan gak penting lainnya.

Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing sementara tv dibiarkan nyala biar gak sepi-sepi banget. Untuk ukuran mahasiswa, mereka ini cukup santai kayak gak pernah dikejar deadline. Apalagi rata-rata penghuni kontrakan ini tuh memilih untuk menjadi mahasiswa kupu-kupu alias kuliah-pulang kuliah-pulang.

Ditengah-tengah keheningan itu, terdengar suara seseorang menuruni tangga dengan terburu-buru. Di kontrakan ini tuh tiap lantai dibatasi oleh pintu besi di dekat tangga yang tujuannya biar ada sedikit privasi dan keamanan antar penghuni. Juga untuk meminimalisir terjadinya pencurian makanan di kulkas lantai dua atas usulan dari Yuma walau entah kenapa masih saja bisa kecolongan seperti insiden hilangnya popcorn Jihan tempo hari.

Pintu besi itu dibuka lalu Caca muncul dari sana sambil membawa laptopnya. "Eh, Ini Wi-Fi kontrakan mati apa gimana sih? Kok nggak konek."

"Kayaknya emang lagi gangguan dah. Kemarin aja gua kepaksa beli paket data," sahut Milan.

"Buset Ca lu jam segini masih nugas? Tidur orang mah," celetuk Dika.

Caca cuma natap cowok itu malas lalu duduk bersila di sofa sambil memangku laptopnya. "Besok ada presentasi, tapi ini kelompok gue bangsat betul kerjaannya berantakan banget please stress guaaa!!!"

"Eh, lu pada tau gak si Jaka lagi ngincar cewek baru." Milan yang udah kelihatan pegel mengubah posisi jadi duduk dan bersiap membuka sesi gibah. "Anak Tekim."

"Waduh siapa tuh?" sahut Bams.

"Buset ini para makhluk nokturnal." Jiya muncul dari arah tangga sambil mengikat rambutnya pake scrunchie. "Good morning."

"Coba getok itu kepalanya. Mana ada malam-malam buta gini lo sebut morning!" kata Dika.

"Heh ini udah jam dua dini hari ya asal lo tau!" Jiya nyolot.

"Mau ngapain Ji?" tanya Milan.

"Masak mi, lapar banget nih."

"Orang mah tahajud ini malah masak mi."

"Bacot, lo mau apa kagak?!"

"Boleh, satu dong."

"Eh, bukannya yang naksir anak Tekim tuh Jeffry ya?" tanya Caca sambil fokus mengetik.

"Beda ego. Jeffry mah yang anak sasindo."

"HEH SIAPA?!" Caca yang antusias langung nutup laptopnya dan duduk bergeser ke sebelah Bams siap dengerin gosip.

"Kepo ah."

"DIH ELOMAH SIAPA GAK?!"

Kalau udah penasaran gini tuh rasanya pengen ngelakuin segala cara supaya rasa penasarannya terbayarkan. Termasuk Caca yang sekarang tengah menarik-narik kaos Bams yang tipis sampai melorot ketarik sana-sini.

"ANJ UDAH! UDAH WOI MELAR INI KAOS GUA!"

"KASIH TAU GAK SIAPA CEWEKNYA!"

"GAK!"

Caca makin kesal. Cewek itu sudah berdiri dan siap melayangkan senjata terakhir ketika pintu kontrakan dibuka dari luar dan muncul Lisa yang lagi dibopong oleh seorang cewek.

"Eh, maaf ini Lisa--"

Semua orang kontan menoleh ke arah pintu. Caca yang satu-satunya dalam posisi berdiri langsung jalan ke sana. "Mbak Jen, Lisa kenapa?"

"Biasa."

"Woi, gotong nih buruan." Caca menyuruh para cowok untuk meraih tubuh Lisa yang udah terkulai lemas. Setelah dibawa ke kamarnya cowok-cowok kembali ke lantai satu, sementara Jennie pamit untuk pulang.

Walau sebelumnya Bams sempat nyeletuk, "Sendirian Jen pulangnya? Mau gue anter gak?"

DUH, BUAYA.

"Lisa kenapa?" tanya Jiya sambil membawa semangkuk mie instan.

"Cepet amat?? Bagi dong!" kata Bams membuat Jiya langsung menghindar ketika cowok itu mau ngambil garpu di dalam mangkuk.

"Gila ya itu si Lisa keseringan mabok apa gak takut mati?" celetuk Milan.

"Tau njir, anak gadis doyan banget dugem," tambah Dika.

Caca dengan prinsip women support womennya pun bersabda, "Biarin aja kenapa sih, hidup-hidup Lisa napa lu pada yang ribet?!"

"Nape nih rame-rame?" Terlihat Jaka yang keluar dari kamar sambil nguap. Suaranya terdengar serak khas orang bangun tidur.

Jaka menguap sekali lagi. Cowok itu menggaruk-garuk pipinya sambil duduk di sofa. Merhatiin Bams dan Dika yang masih asik main uno. "Gua suka heran dah, lu pada yang jam segini masih melek tuh apa kagak takut kena angin duduk?" tanya cowok itu.

"Udah biasa bos. Gini doang mah kecil, pernah gak lu tidur abis subuh padahal ada kelas pagi?" tanya Bams.

"Wah, songong nih. Pernah gak lu gak tidur dua hari karena sibuk ngerancang--"

"Pernah gak lu seharian gak makan bangun-bangun di ugd karena asam lambung?!"

"PERNAH GAK LU—"

"WOI, UDAH!" Dika menggebrak meja. "Ini napa malah adu nasib gini dah. Gak jelas lu semua."

"Udah udah, kita semua pernah merasakannya," kata Jiya asik menyeruput mi pukul setengah tiga pagi.

"Siapa suruh masuk teknik."

"Bacot lo Hutapea!"

"Anjeng kok lu jadi bawa-bawa SARA?!" Bams emosi.

"Gue gak ikut-ikutan ya," kata Caca yang langsung pura-pura sibuk mainin laptopnya.

bumi maetala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang