Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
....
warning: agk horor kl ga berani baca siang-siang aj
.
Tepat pukul sembilan malam Rosie menutup laptopnya. Ngerjain tugas yang seabrek tuh menguras banyak energi. Tapi ini belum seberapa dibandingkan minggu-minggu hectic kemarin yang sampai bikin Rosie cuma punya waktu tidur tiga jam dalam sehari.
Setelah mencoba menahan lapar berjam-jam Rosie akhirnya turun dan berniat mau beli makan di depan. Tapi baru sampai tangga ia melihat Jeffry dan Jaka yang sedang menonton tv di ruang tengah. Rosie langung nyamperin mereka.
"Woi, pada lapar gak?"
Jeffry noleh sebentar, "Kagak."
Rosie jadi berdecak. Jeffry yang lagi sibuk sendiri dengan laptopnya tentu gak bisa diajak pergi keluar. Jaka juga yang Rosie kira lagi nonton film gak taunya malah ketiduran di sofa.
Sebenarnya tadi Rosie sempat mengajak Jihan tapi katanya dia udah makan duluan bareng Jiyah. Caca juga gak mau katanya lagi diet. Yuma lagi ngeluyur gak tau kemana. Lisa juga gak keliatan dari tadi sore. Una jangan ditanya, anak itu gak pernah mau diajak pergi malam-malam begini.
Yaudah kalau gitu terpaksa Rosie pergi aja sendiri.
"Heh, mau kemane lo malam-malam gini?"
"Nyari makan."
"Sendirian? Kayak berani aja."
Rosie yang semula ingin membuka pintu langsung mendengus dan balik badan. "Denger ya tuan Jeffryan terhormat. Gue bukan cewek lemah yang seakan-akan gue bisa mati kalo pergi malam-malam sendirian."
Jeffry sontak tertawa. "Weiss biasa dong, gitu amat mukanya."
"Ya lo nyebelin. Udah ah, laper nih gue."
"Mau makan dimana sih?"
"Pecel lele yang di simpang depan." Rosie kemudian jalan sendirian keluar rumah.
Tapi baru beberapa langkah setelah menutup pagar, Rosie mendengar derap kaki yang mendekat. Dia langsung noleh takut-takut ada seseorang yang mencurigakan ngikutin dia dari belakang.
"Yee elo!"
Jeffry cuma nyengir dan mensejajarkan diri dengan langkah Rosie. "Ikut boleh gak?"
"Napa lu? Mau makan juga?"
"Kagak, mau cari angin doang." Jeffry mengusap-usap kedua telapak tangannya. "Ngeri juga ngebiarin lo jalan sendirian malam-malam gini."
"Dih, emang napa?"
"Lah lo gak tau urban legend yang terkenal di daerah sini?"
"Hah?" Ekspresi wajah Rosie langsung menegang. "Urban legend? Maksud lo?"