2. Violence

295 22 1
                                    

⚠️ W! Chapter ini mengandung unsur kekerasan!

Hari ini adalah hari Senin, sangat memalaskan bagi orang-orang yang mempunyai pekerjaan. Bagi mereka, hari Senin ke akhir pekan itu sangat lah lama. Tapi mengapa jika akhir pekan begitu cepat untuk menuju hari Senin? Bukan kan itu tidak adil?

Terkecuali Jaemin, Na Jaemin — ah ralat. Marganya sudah beralih menjadi Jung Jaemin. Ia tidak diperbolehkan bekerja, karna suatu insiden yang pernah menimpanya. Hal itu membuat ia dilarang keras oleh kedua orang tuanya, begitu pun Jeno — suaminya.

Jam menunjukkan pukul siang, berarti sebentar lagi waktunya Jeno makan siang. Haruskah ia mengantar kan makan siang ke kantornya? Tapi... Ia tidak tahu dimana lokasinya. Ya karna selama ini, Jaemin tidak diperbolehkan keluar apalagi dengan jarak yang jauh.

Jika berbelanja kebutuhan pun, hanya menyuruh Bibi Lee — kepala maid disini. Bibi Lee akan datang pukul 5 pagi, dan pulang setelah menyelesaikan makan malam untuk kedua majikannya. Dan juga, Bibi Lee bekerja di hari-hari biasa. Jika akhir pekan, Jaemin lah yang mengurusi semuanya.

Pekerja juga butuh libur bukan?

Jaemin menghembuskan nafasnya pelan, lagi-lagi ia merasakan bosan. Entah sudah ke berapa kali ia seperti ini, padahal Jaemin sudah cantik, rapih, hanya tinggal menunggu seseorang yang mengajaknya keluar.

Haruskah ia mengajak kakak ipar dan kakaknya itu bermain? Sepertinya tak masalah, Jaemin menyunggingkan senyumannya. Tak lama ia meraih ponselnya dan mengabari kedua orang itu untuk berkumpul di suatu tempat.

Namun sayangnya, hanya Haechan — kakak ipar Jaemin yang bisa diajak keluar. Sedangkan Renjun — sang kakak tidak bisa karna harus melakukan check up ke dokter. Yap, kakaknya itu telah menikah dan kini tengah mengandung. Jaemin jadi tak sabar menyambut hangat keponakannya.

Buru-buru Jaemin menyiapkan dirinya, ia meminta supir pribadinya itu untuk mengantarkannya. Tapi ia harus pulang sebelum Jeno kembali ke rumah. Bisa-bisanya suaminya ngamuk dan memukulinya, tapi jika ketahuan tak apa, itu bisa jadi urusan belakangan.

Sesampainya ditempat tujuan, Jaemin dan Haechan bertemu. Keduanya mulai menghabiskan waktu bersama, dengan bercanda sesekali tertawa. Jaemin dengan setia mendengarkan cerita Haechan, bagaimana Mark — kakak Jeno bersikap manis kepadanya.

Jaemin tersenyum, bisakah ia merasakan apa yang Haechan rasakan? Sekali saja, tak apa. Rasanya ia ingin dipeluk hangat oleh Jeno, tapi itu tidak mungkin. Bahkan untuk bertatapan lebih lama saja Jeno tak sudi.

"Na, bagaimana hubungan mu dengan Jeno?"tanya Haechan, ia menatap Jaemin yang sedari tadi menimpali ceritanya.

Haechan rasa, ada yang tidak beres. Maka dari itu ia menanyakannya, dan mari lihat apa jawaban Jaemin.

"A-ah tentu saja baik. Jeno bersikap lembut padaku, bahkan tak segan-segan ia bersikap manja. Bahkan Jeno selalu menggangguku dan menjahili ku, Chan. Tapi semua perlakuan Jeno, membuat aku nyaman."jawab Jaemin dengan mata berbinar, tentunya ucapan ia itu palsu. Jauh dari pada kenyataan.

"Begitu kah? Aku sangat bersyukur jika Jeno sudah berubah — maksudku lebih umm lebih terbuka lagi dengan mu. Ah iya, terbuka hehehe..."ujar Haechan menyengir, kemudian terlihat dirinya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Jaemin mengerutkan keningnya. "Berubah ya? Haruskah aku menunggunya sampai ia benar-benar berubah dan menyayangi ku?"batin Jaemin.

Jaemin tersenyum dan mengangguk, nyeri sekali rasanya ia harus berbohong pada temannya. Sedangkan Haechan, ia menatap Jaemin dengan senyuman tulusnya.

"Aku harap kau tidak menyembunyikan sesuatu dariku, Na."

•••

Jaemin mengedarkan pandangannya, jaga-jaga takut jika Jeno sudah pulang lebih dahulu. Ia berjalan pelan, rumahnya terlihat sangat sepi. Berarti Jeno belum pulang, Jaemin menghembuskan nafasnya lega. Buru-buru ia naik ke kamarnya dan berganti pakaian, setelah selesai ia kembali turun ke bawah.

Ia berjalan ke ruang tamu, menyalakan TV dan mulai menikmati acaranya. Sampai akhirnya, ia mendengar suara mobil Jeno. Jaemin tersenyum, ia berlari ke pintu utama dan membukanya. Namun yang ia dapatkan adalah tamparan keras dari Jeno.

Sampai-sampai Jaemin terdiam mematung, merasakan bagaimana panas dan perih pipinya sekarang. Ia menggigit bibir bawahnya guna untuk menahan tangisannya.

Kepalanya terdongak, akibat jambakan keras dari Jeno. Tatapan Jeno sangat mengerikan, tatapan tajam, rahang tegas, dan urat lehernya yang terlihat membuat Jaemin menciut.

"A-apa salahku?"tanya Jaemin pelan.

"Kau tanya apa salahmu?! Salahmu banyak, Na!"jawab Jeno dengan nada yang ia pelankan diakhir.

Jeno menyeret Jaemin ke ruang tengah, sedangkan Jaemin mulai terisak dan meringis karna jambakan Jeno semakin kuat. Ia tak tau apa kesalahannya, sampai-sampai Jeno marah seperti ini.

Jeno menghempaskan tubuhnya ke sofa, membuat Jaemin terbentur pada kepala sofa. Rasanya sakit sekali, tapi ini sudah biasa baginya.

Jaemin menatap Jeno ketakutan. "Gara-gara kau! Aku harus kehilangan client ku, Jaemin!"bentak Jeno keras, berhasil membuat Jaemin tersentak.

"M-maaf."cicit Jaemin pelan.

"Maaf? Hanya itu yang bisa kau ucapkan? HARUS BERAPA KALI AKU BILANG JANGAN KAU BERANI KELUAR RUMAH TANPA SEIJIN KU, JAEMIN!!"bentak Jeno, bahkan ia menyekik leher Jaemin, sampai-sampai wajah Jaemin memerah menahan nafas.

"A-akhh! L-lep-pas Jenoh!!"berontak Jaemin, bukannya dilepas, Jeno malah semakin kuat menyekik Jaemin.

Hal itu membuat Jaemin membuka mulutnya, diiringi air mata yang mengalir dikedua sudut matanya. Ia sudah tak bisa bernafas, rasanya ajal kematiannya semakin dekat.

"KAU SELALU MENGGAGALKAN KEMAUAN KU! BAHKAN KAU MERUSAK SEMUA IMPIAN KU, SIALAN KAU JALANG!!!" Teriak Jeno murka, Jaemin meremat tangan besar Jeno, berusaha melepaskan dirinya dari serangan Jeno.

"Akhhh!"

Jeritan Jaemin tak Jeno hiraukan, bibir Jaemin semakin terbuka lebar. Bahkan kedua matanya bergulir menjadi warna putih, Jeno yang melihatnya melepaskan cekikan itu dan langsung mencapit kedua pipi Jaemin.

"Mati kau! MATI KAU JAEMIN! KAU PEMBAWA SIAL BAGI HIDUP KU BAJINGAN!!!" Teriak Jeno, tepat setelah mengatakan itu, teriakan Jaemin kini memelan, bahkan tubuhnya melemas dan beberapa detik kemudian — Jaemin pingsan.

•••

INFINITE REGRETS Where stories live. Discover now