1

15 3 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen
Terimakasih
.
.
.
•••○•••


Rumah Sakit Metropolitan Neo-Seoul, 2050.

Ruangan operasi dibanjiri cahaya neon biru yang lembut, memberi semangat futuristik. Di tengah ruangan, Minji, seorang dokter bedah berusia pertengahan 20-an dengan postur ramping namun penuh kepercayaan diri, memandang layar holografik yang mengapung di atas pasien. Layar tersebut menampilkan gambaran tiga dimensi dari organ dalam pasien dengan detail yang sangat tajam.

Seorang asisten bedah mengalihkan perhatiannya, "Dokter Minji, siap untuk insisi?"

Minji mengangguk dan mulai membuat insisi dengan alat bedah laser, yang sedikit meninggalkan bekas luka. Dia fokus, setiap gerakannya terukur dan hati-hati.

Di balik kaca pengamatan, seorang pria berdiri, memperhatikan dengan penuh kekaguman. Jeongwoo, pemilik dari JeongTech, salah satu perusahaan teknologi medis terbesar di Asia. Rambutnya hitam pekat. Ia memakai setelan jas hitam dengan dasi biru gelap, mencerminkan keseriusan dan kedewasaannya.

Dia berbisik pada asistennya, "Impresif, bukan?"

Asisten itu mengangguk, "Benar sekali, Tuan Jeongwoo. Dokter Minji adalah salah satu dokter bedah terbaik di sini."

Setelah operasi selesai, Minji melepas sarung tangannya dan keluar dari ruangan operasi. Dia terkejut melihat Jeongwoo menunggunya.

"Selamat, Dokter Minji," ucap Jeongwoo sambil mengulurkan tangan. "Saya sangat terkesan dengan operasi tadi."

Minji menerima salaman itu, "Terima kasih, Tuan Jeongwoo. Saya pernah mendengar tentang Anda. Apa yang membawa Anda ke sini?"

"Saya sedang melakukan tur demo untuk teknologi medis terbaru kami. Tapi, melihat Anda bekerja, sangat menarik," jawab Jeongwoo.

Mereka berjalan bersama menuju kafetaria rumah sakit. Di tengah perjalanan, Minji bertanya, "Teknologi apa yang Anda bawa kali ini?"

Jeongwoo tersenyum misterius, "Sesuatu yang, menurut saya, bisa mengubah cara kita melihat dunia medis. Saya akan menunjukkannya langsung pada Anda."

Mereka duduk berhadapan di meja kafetaria, dikelilingi aroma kopi dan suara bisik-bisik kolega Minji yang lain. Jeongwoo mengaktifkan perangkat portabelnya, dan tiba-tiba, hologram miniatur ruangan operasi muncul di antara mereka.

Minji memandang dengan mata berbinar, "Ini luar biasa!"

Jeongwoo menunjukkan bagaimana hologram dapat menampilkan simulasi operasi, memungkinkan dokter untuk berlatih sebelum melakukan operasi nyata. Minji terpesona.

"Saya pikir ini bisa membantu banyak dokter bedah, termasuk saya," ucap Minji.

Mereka berbicara panjang lebar, mendiskusikan potensi dan tantangan teknologi baru ini. Waktu terasa cepat berlalu. Ketika keduanya berdiri untuk berpisah.

Jeongwoo memberikan kartu bisnisnya, "Jika Anda tertarik untuk melihat lebih jauh atau bahkan berkolaborasi, hubungi saya."

Minji tersenyum, "Tentu, saya akan mempertimbangkannya."

Mereka berpisah dengan perasaan antusiasme dan harapan tentang potensi masa depan.

Minji memegang kartu bisnis itu, meraba permukaannya yang halus dengan ujung jari. Nama "Jeongwoo" tercetak dengan huruf emas yang bersinar, menandakan status dan keberhasilannya. Tetapi di balik kilau itu, Minji merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar seorang pengusaha teknologi.

Seorang perawat muda mendekatinya, "Dokter Minji, Siapa dia?"

Minji tersentak dari lamunannya, "Oh, dia adalah Tuan Jeongwoo, pemilik JeongTech."

Perawat itu mengangguk mengerti, "Ah, perusahaan teknologi besar itu. Saya dengar mereka sedang mengerjakan beberapa inovasi luar biasa di bidang medis."

Minji mengangguk, "Ya, dan aku mungkin memiliki kesempatan untuk bekerja sama dengannya."

Mereka berjalan bersama ke stasiun perawat, dan Minji menaruh kartu bisnis Jeongwoo di atas meja kerjanya. Dia tidak bisa menepis perasaan gugup dan antisipasi yang mulai membangkit dalam dirinya.

Sore itu, setelah shift kerjanya selesai, Minji memutuskan untuk mengunjungi taman di atap rumah sakit. Tempat itu selalu memberinya kedamaian, terutama setelah hari yang sibuk. Saat matahari mulai terbenam, ia duduk di bangku, menikmati pemandangan kota Neo-Seoul yang bersinar dengan lampu-lampu neonnya.

Pikirannya kembali melayang ke pertemuan dengan Jeongwoo. Bagaimana bisa, dalam waktu yang singkat, ia merasa ada hubungan khusus dengan seorang asing? Tetapi, mungkin bukan hanya tentang Jeongwoo. Mungkin lebih tentang kesempatan yang ditawarkannya - untuk menggabungkan dua dunia, medis dan teknologi, dengan cara yang belum pernah dia bayangkan sebelumnya.

Ponselnya bergetar di saku. Ada pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal: "Halo Dokter Minji, ini Jeongwoo. Saya berharap Anda tidak keberatan saya mendapatkan nomor Anda dari administrasi rumah sakit. Saya ingin mengajak Anda makan malam, jika Anda tidak keberatan."

Minji merasa jantungnya berdebar. Dengan cepat, dia membalas pesan itu, "Halo Tuan Jeongwoo. Tentu, saya tidak keberatan."

Jeongwoo membalas, "Bagus. Bagaimana dengan besok malam? Saya akan menjemput Anda di rumah sakit."

"Saya tunggu," balas Minji.

Dia menatap ponselnya sejenak, lalu kembali menatap kota di bawahnya. Entah mengapa, semuanya tampak lebih cerah, lebih bersemangat. Mungkin inilah awal dari sesuatu yang baru dan menarik dalam hidupnya.

•••○•••
.
.
.

Terimakasih telah membaca cerita ini
Jangan lupa vote

HARMONI NEO-SEOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang