3

2 0 0
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen
Terimakasih
.
.
.
•••○•••

Cahaya matahari yang hangat menerobos jendela kantor Minji, menciptakan bayangan halus di lantai. Di seberang ruangan, sebuah bingkai foto tua menarik perhatiannya. Foto itu menampilkan seorang wanita muda dengan senyum lembut, memeluk seorang anak perempuan berusia sekitar tujuh tahun dengan mata yang penuh keingintahuan. Wanita itu adalah ibu Minji, dan anak perempuan itu tentu saja adalah Minji.

Ketika Minji mengambil foto itu, kilas balik memori menyapanya. Dia kembali ke hari-hari di mana ibunya juga seorang dokter mengajaknya ke klinik kecil di pinggiran kota. Minji ingat betapa dia terpesona melihat ibunya bekerja, menyembuhkan dan merawat pasien dengan kasih sayang yang tulus.

Sebuah suara dari masa lalu memecah lamunannya. "Minji-ah, tangan ibu adalah tangan yang menyembuhkan. Dan suatu hari, kamu juga akan memiliki tangan seperti itu."

Mata Minji berkaca-kaca saat dia menaruh kembali foto itu. Dia tahu inilah yang mendorongnya untuk menjadi dokter, untuk melanjutkan warisan ibunya.

Tiba-tiba, ponselnya berdering, mengganggu kenangannya. Namun, saat dia melihat ID penelepon, senyum lembut muncul di wajahnya. "Yeonjun," dia berkata dengan hangat saat mengangkat panggilan.

"Dongsaeng-ah!" kata suara di ujung telepon, bersemangat dan ceria. Yeonjun adalah kakak laki-laki Minji, satu-satunya keluarga yang tersisa setelah mereka kehilangan orang tua mereka dalam sebuah kecelakaan beberapa tahun yang lalu.

"Kakak! Bagaimana kabarmu?" tanya Minji.

Yeonjun tertawa, "Aku baik-baik saja. Tapi aku mendengar kabar menarik tentangmu dan seorang pengusaha teknologi ternama?"

Minji mengerutkan kening, "Dari mana kakak mendengarnya?"

Yeonjun menjawab, "Oh, berita menyebar cepat di Neo-Seoul. Jadi, apa ceritanya?"

Minji menceritakan pertemuannya dengan Jeongwoo, teknologi yang dia tunjukkan, dan kemungkinan kolaborasi di masa depan. Yeonjun mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali menyeruput kopi dari cangkirnya di kafe favorit mereka di mana dia duduk.

"Minji, ini kesempatan yang luar biasa," kata Yeonjun dengan semangat. "Kamu selalu bermimpi menggabungkan medis dan teknologi untuk membuat perubahan yang nyata."

Minji mengangguk, "Itu benar, Kak. Tapi aku juga sedikit khawatir. Teknologi adalah bidang yang baru bagiku."

Yeonjun tersenyum, "Ingat apa yang selalu ibu katakan? 'Tangan yang menyembuhkan.' Kita memiliki kemampuan untuk menyembuhkan, dan dengan teknologi ini, kamu bisa melakukannya dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya."

Minji terdiam, merenungkan kata-kata kakaknya. "Kamu benar, Kak. Aku akan melakukannya. Untuk ibu, untuk kita, dan untuk semua orang yang membutuhkan."

Yeonjun tertawa, "Itulah adikku! Aku bangga padamu, Minji-ah."

Mereka berbicara tentang hal-hal lain, kenangan masa lalu, rencana masa depan, dan tawa keluarga yang telah lama hilang. Setelah berbicara selama hampir satu jam, Yeonjun mengakhiri telefonnya dengan janji untuk bertemu segera.

Minji duduk di kantornya, merenungkan semua yang telah terjadi. Dengan dukungan keluarganya dan visi yang jelas, dia tahu dia siap untuk tantangan apa pun yang datang.

Minji memandangi foto keluarganya sekali lagi, tersenyum dengan harapan dan tekad.

•••○•••

Dekapan matahari sore yang hangat membiaskan bayangannya di dinding kantor Minji. Di sudut ruangan, rak buku tua yang dipenuhi jurnal medis dan buku catatan milik ibunya menjadi saksi bisu perjalanan Minji menjadi dokter.

Minji berdiri dan mendekati rak itu. Dia meraih salah satu buku catatan tua dengan sampul kulit yang sudah lusuh. Dengan hati-hati dia membuka halaman pertama. Tulisan tangan ibunya yang rapi membentang di sepanjang halaman, mencatat pengalamannya sebagai dokter muda. Minji teringat betapa sering dia dan Yeonjun duduk di samping ibunya, mendengarkan kisah-kisah tentang pasiennya, pelajaran yang didapat, dan keajaiban penyembuhan.

Dia membaca entri tertanggal dua puluh tahun yang lalu. Ini adalah hari ketika ibunya harus mengambil keputusan sulit untuk melakukan operasi berisiko pada anak kecil. Minji masih ingat ketegangan yang meliputi rumah mereka saat itu. Namun, apa yang paling dia ingat adalah bagaimana ibunya menenangkan pasien cilik tersebut dan keluarganya dengan kata-kata yang penuh harapan.

Sambil meresapi setiap kata, Minji bisa merasakan emosi, ketegangan, dan akhirnya kelegaan yang ibunya rasakan saat operasi berhasil. Itu adalah momen ketika Minji pertama kali menyadari betapa kuat dan berpengaruhnya tangan yang menyembuhkan.

Dengan mata berkaca-kaca, dia menutup buku catatan itu dan meletakkannya kembali di rak. Tiba-tiba, pintu kantornya terbuka dan seorang dokter muda, Jiho, masuk dengan ekspresi cemas.

"Dokter Minji," katanya dengan napas terengah-engah, "ada keadaan darurat. Pasien dengan luka serius dari kecelakaan mobil."

Tanpa berpikir dua kali, Minji berlari menuju UGD, meninggalkan kantornya dan semua kenangan di dalamnya. Saat berlari, dia memanggil beberapa dokter dan perawat lainnya, mempersiapkan diri untuk tindakan cepat.

Dalam beberapa menit berikutnya, Minji dikelilingi oleh tim medis, bekerja dengan cekatan untuk menyelamatkan pasien. Semua pelatihan, pengetahuan, dan pengalaman masa lalunya datang bersama, memandunya melalui setiap langkah prosedur.

Setelah jam-jam yang tampak seperti hari, Minji akhirnya dapat menghela napas lega. Pasien stabil dan dalam perjalanan pemulihan. Dia berdiri di luar ruang UGD, mengambil napas dalam-dalam dan membiarkan ketegangan pelan-pelan mereda.

Dokter Jiho mendekatinya, "Terima kasih, Dokter Minji. Anda luar biasa."

Minji tersenyum lelah, "Kita semua luar biasa, Jiho. Setiap tangan di sini adalah tangan yang menyembuhkan."

Dokter Jiho mengangguk dengan hormat dan berlalu. Minji kembali ke kantornya, menutup pintu di belakangnya, dan duduk di kursinya yang nyaman. Dia memandang foto keluarganya, tersenyum lega dan penuh rasa syukur.

Minji tertidur di kursinya, lelah tetapi puas dengan pekerjaan yang telah dilakukan.

••○•••
.
.
.

Terimakasih telah membaca cerita ini
Jangan lupa vote

HARMONI NEO-SEOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang