Biasakan vote sebelum membaca.
---ᴠᴏʟᴜᴍᴇ : ▮▮▮▮▮▮▮▮▮
Promise ; Laufey3:54 ───|────── 3:54
↻ ◁ II ▷ ↺
---
Setelah kejadian itu, keesokan harinya (Name) pergi keluar negeri. Tepatnya ke Los Angeles untuk melupkan Kaiser, sekaligus refreshing.
(Name) berjanji, ia tidak akan menghubungi Kaiser lagi. Apapun keadaannya.
Jangan kira (Name) baik-baik saja atau berkurang rasa kecewanya selama disana. Jelas itu salah besar. Nyatanya (Name) semakin sedih dan terpuruk. Hatinya terasa tercabik-cabik. Apalagi ia pernah kesini bersama Kaiser selama 2 minggu.
"Sial, kenapa aku harus kesini?" (Name) bergumam sembari menjambak rambutnya pelan.
(Name) menatap langit malam. Terdapat tiga bintang disana, dua dari bintang itu menjauhi bintang yang satu lagi. Membuat (Name) semakin teringat kejadian tidak mengenakan yang terjadi padanya.
"Sialan, aku bisa gila."
(Name) pergi ke supermarket, kemudian membeli sebungkus rokok disana. (Name) bukan tipe wanita yang suka merokok, ia hanya ingin mencobanya. Karena katanya bisa mengurangi stress.
(Name) menyalakan korek api, kemudian membakar ujung rokok yang sudah ia taruh di mulut. (Name) menghisap rokok itu, kemudian terbatuk.
"Sial, apanya yang mengurangi stress? Rasanya tidak enak sama sekali!"
(Name) kembali ke hotel tempat dimana ia akan menginap, kemudian merebahkan tubuhnya diatas kasur. (Name) menghela nafas. Air matanya lagi-lagi keluar dengan sendirinya. (Name) menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya, kemudian terisak.
Disaat-saat seperti ini, biasanya Kaiser akan memeluk dan menenangkannya. Tapi sekarang ia sendirian. Tidak ada yang memeluknya, dan ketenangan itu harus ia dapat dari dirinya sendiri.
Sulit.
Hari-hari pun berlalu, dan (Name) mulai terbiasa merokok. Sudah 16 hari ia berada di sini, dan memutus kontak dengan Kaiser. 16 hari yang ia lalui itu tidak mudah. Waktu terasa sangat lambat saat itu. Entah sekeras apapun (Name) mencoba, ia tetap tidak bisa melupakan Kaiser.
Justru ia malah semakin mencintainya, dan merindukannya.
(Name) pergi ke Melrose avenue, Los Angeles. Kini ia tengah merokok sembari memandang toko pakaian yang ada didepannya. (Name) menghembuskan nafas. Membuang gas rokok yang ia hisap dengan penuh frustasi.
".. aku merindukannya." gumam (Name) pelan sembari menutup kedua matanya.
"Sayang!"
(Name) tersentak. Kedua matanya tanpa sengaja terbuka dan menatap sesosok laki-laki berambut dwi warna yang tengah bergandengan tangan dengan kekasihnya di depan toko pakaian yang ada di depannya.
Sial, laki-laki itu mengingatkannya pada seseorang. Rokok yang berada di mulut (Name) terjatuh, dengan cepat (Name) berlari ke hotel dan mengambil ponselnya yang ia matikan dengan sengaja.