O3

1.4K 179 34
                                    

Biasakan vote sebelum membaca.
---

ᴠᴏʟᴜᴍᴇ : ▮▮▮▮▮▮▯▯


Promise ; Laufey

2:50 ───|────── 3:54

↻ ◁ II ▷ ↺

---

Pukul 3 sore, (Name) terbangun dengan nafas yang terengah-engah dan keringat bercucuran di pelipisnya. Jantungnya berdegup kencang. Ia baru saja mimpi buruk.

(Name) mengatur nafasnya sejenak, kemudian mengambil ponselnya dan membuka aplikasi chat. Helaan nafas lega keluar begitu saja setelah (Name) mendapati Kaiser yang membalas pesannya.

--
Mihya♡

:Kamu baik-baik saja?
:Sudah sampai dirumah?

:Ya, aku baik-baik saja.
:Maaf baru balas.
:Aku rasa besok kita tidak akan bisa bertemu.
:Ada beberapa hal rumit yang harus aku urus disini, jangan khawatir. Aku akan mengabarimu setelah ini selesai, okay?

(Name) mengernyitkan dahi setelah membaca pesan terakhir dari Kaiser. Hal rumit? Apa itu? (Name) bertanya-tanya didalam benaknya sendiri.

Ia masih merasa gelisah.

:Okay, semangat ya!♡
:Omong-omong, aku barusan mimpi buruk.
:Aku takut, Michael.
--

Setelah mengirim pesan itu, tiba-tiba ponsel (Name) berdering tanda panggilan masuk. Ternyata Kaiser yang menelfonnya. Dengan segera (Name) pun mengangkat panggilan itu.

"Cepat sekali.."

"Hahaha, aku khawatir. Apa yang kamu mimpikan? Apa tentang hantu?"

"Bukan, ini jauh lebih mengerikan dari hantu. Aku tidak bisa menceritakannya padamu. Kamu tau? Kata orang-orang kalau kita menceritakan mimpi buruk kita, mimpi itu akan jadi kenyataan."

"Sayang, itu hanya mitos. Semua itu hanya mimpi. Kamu tau? Dengan menceritakan hal-hal yang membuatmu takut pada orang yang kamu percaya, itu bisa membuatmu tenang."

(Name) berpikir sejenak, kemudian menghela nafas pelan sebelum akhirnya berucap. "Aku bermimpi.. kamu pergi jalan-jalan dengan wanita lain. Itu.. sangat menyakitkan. Aku.. aku hanya bisa memandangmu dari jauh dengan air mata yang mengalir dan hati yang sesak--" (Name) terisak pelan. Air matanya tiba-tiba mengalir begitu saja.

"--aku takut. Aku tidak mau merasakan itu, Michael. A-aku.. aku sangat takut.."

Kaiser terdiam. "(Name).. -- jangan menangis, okay? Itu.. hanya mimpi, bukan berarti hal itu benar-benar akan terjadi. Aku milikmu, dan kamu milikku, ingat? Itu tidak akan terjadi.." ucap Michael lembut.

(Name) kembali terisak, "tapi-- tapi bagaimana jika itu benar-benar terjadi?"

"Sshh, sayang. Tidak, jangan bicara seperti itu. Aku kesana sekarang. Tunggu, ya? Aku bawakan minuman dan makanan kesukaanmu."

".. peluk.."

Kaiser terkekeh, "iya, sepuasnya."

*pip.

Panggilan terputus. (Name) menghapus air matanya, kemudian menutup wajahnya sejenak, mencoba untuk tenang.

Tak lama kemudian, terdengar ketukan dari pintu rumah (Name). (Name) dengan segera keluar dari kamarnya, dan pergi membuka pintu rumahnya. Saat pintu terbuka, (Name) langsung memeluk Kaiser erat.

"Oh-- masih menangis, hm?" Tanya Kaiser sembari membalas pelukan (Name), dan mengusap rambutnya pelan.

".. jangan begitu, aku nanti makin nangis."

Kaiser terkekeh, kemudian mencium pucuk kepala (Name). "Keluarkan saja semuanya, aku disini."

Kaiser menggendong (Name) ala koala, kemudian membawanya ke ruang tamu. Diruang tamu, Kaiser duduk di sofa. Masih dengan (Name) yang memeluknya erat.

Kaiser menatap (Name) yang masih menangis di pelukannya, kemudian tersenyum sedih. "Hey, nanti matamu sembab, loh. Coba sini ku lihat," Kaiser mendorong (Name) pelan, kemudian menangkup pipinya.

"Lihat, matamu hampir sembab." Kaiser menghapus air mata (Name) yang mengalir dengan lembut.

"Imutnya~ Kamu mirip seperti anak kecil yang mengalami mimpi buruk. Itu hanya mimpi, sayang. Masih mau menangis?"

(Name) terisak pelan, kemudian menggeleng. "Tidak, maafkan aku."

Kaiser tersenyum, "kenapa minta maaf? Kamu tidak salah apapun, jangan minta maaf." Ucapnya.

"Aku merepotkanmu, ya? Maaf kamu datang jauh-jauh hanya untuk aku," ucap (Name).

"Jangan bilang begitu, kamu tidak merepotkanku. Sama sekali tidak. Aku senang kamu mengandalkanku dalam keadaan seperti ini. Aku senang kamu mau menunjukan sisimu yang seperti ini padaku. Jadi jangan bilang begitu, mengerti?"

(Name) lagi-lagi dibuat tertegun oleh Kaiser. Perlahan (Name) mengangguk, kemudian kembali memeluk Kaiser. "Aku sangat beruntung memilikimu, Michael."

Kaiser membalas pelukan (Name), kemudian menaruh dagunya di atas kepala (Name). "Aku lebih beruntung."

"Ayo makan cemilan yang aku beli, sekalian kita nonton film!" Ucap Kaiser semangat.

(Name) mengangguk, kemudian melepaskan pelukannya. "Mau nonton film apa? Aku buat minuman dulu sebentar--"

"Tidak usah, sayang. Aku bawa minuman kaleng. Kita tonton film my nerd girl, bagaimana? Kata Ness filmnya seru," ucap Kaiser.

(Name) kembali mengangguk, "okay!"

Sore itu, Kaiser menemani (Name) sampai malam tiba. Tepat pada pukul 9 malam, Kaiser masih setia menemani (Name) hingga tertidur di kasurnya.

Kaiser ingin (Name) tenang, dan hanya ini yang bisa ia lakukan.

Kaiser menatap wajah (Name) yang tertidur, kemudian mengelus kepalanya pelan. "Aku rasa.. mitos soal wanita punya feeling yang kuat itu benar adanya. Maafkan aku, (Name). Aku pulang sekarang, ya? Selamat malam cintaku. Tidur yang nyenyak dan mimpilah yang indah."

*cup.

Kaiser mengecup kening (Name) lembut, kemudian pergi dari rumah (Name) dan kembali ke rumahnya. Diperjalanan pulang Kaiser berdoa didalam hatinya, semoga besok ia masih bisa menatap wajah (Name) yang bahagia karena dirinya.

Bukan kesedihan, ataupun kekecewaan.

Bukan kesedihan, ataupun kekecewaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✔𝐏𝐑𝐎𝐌𝐈𝐒𝐄 : Michael KaiserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang