Awal dari segalanya.

139 15 4
                                    

Sabiru kini berada di basecamp Antara, dia memimpin rapat dadakan untuk memulai menyelidiki kasus kematian Galaksi. Dia meminta untuk semua anggota untuk tidak melakukan hal yang bisa membuat penyelidikan ini bisa terhambat.

"Gue tau kalian, yakin kalo Erlan bertanggungjawab atas kecelakaan Galaksi, tapi gue minta sama kalian tolong jangan buat kerusuhan." Ujar nya pada anggota yang datang ke rapat malam itu.

"Sampai kapan kita harus nunggu ru, kita yakin kalo kecelakaan Galaksi ada campur tangan Erlan." Ucap Mario, Anggota Antara.

"Gausah pakek penyelidikan segala ru, langsung habisi aja Erlan." Sambung Dimas.

"Io, Dim, kalian tenang dulu, biarin Sabiru mengambil keputusan, lagian kita gak bisa langsung habisi nyawa Erlan gitu aja. Kita gak punya bukti kalo dia pelakunya." Ucap Regan, wakil ketua geng Antara.

"Apa yang di katakan Regan bener, kita jangan main hakim sendiri, kita ini geng motor bukan geng pembunuh." Sambung James.

"Gue minta kalian nunggu aja, kalo emang Erlan pelakunya, dia akan mendapatkan balasan setimpal."

Terdengar helaan nafas dari mulut beberapa anggota geng itu "semoga penyelidikan yang kalian lakukan membuahkan hasil, tapi sorry ru, kalo emang Erlan pelakunya kita akan kasih dia pelajaran, bukan cuma dia tapi geng Fierce juga."

"Gue gak akan larang kalian untuk melakukannya, karena mereka pantas dapetin semuanya."

Setelah mengobrol banyak hal Sabiru izin pulang duluan karena tiba-tiba Papahnya menelfon menyuruhnya pulang.

Sabiru mengendarai motornya dengan pelan, karena malam itu entah kenapa jalanan di ibukota sedikit lebih padat dari biasanya. Ketika menempuh kurang lebih 25 menit, sampailah Sabiru di rumah kediaman keluarga inti Alexandro.

Membuka helm full face yang ia pakai, saat melihat mobil yang terparkir rapi di pekarangan rumah. Dia mengangkat sebelah alisnya.

"Ada tamu? Siapa?." Gumamnya.

Sabiru berjalan kearah teras, ia berhenti di depan 2 pengawal pribadi rumah nya itu.

"Akash, siapa yang bertamu di jam segini?." Tanyanya pada Akash.

"Tuan Edward dan Nyonya Sofia, tuan muda." Ucap Akash sopan.

"Sudah saya katakan, jangan terlalu formal, panggil Sabiru saja."

"Tapi ini masih jam kerja saya, Tuan Muda."

"Saya tidak perduli, panggil Sabiru atau Saya akan kasih tau Madeline jika kamu ada di Indonesia."

"Ah baiklah Tu..... Sabiru, saya akan panggil itu, tapi tolong jangan katakan padanya jika saya disini."

"Nice, tapi ngomong-ngomong siapa Edward dan Sofia? Teman Papah dan Mamah?."

Akash mengangguk "apa kamu lupa, mereka adalah orang tua Nona Aurora, teman masa kecil mu dulu."

"Aurora? are you kidding me, god i miss that girls." Ucapnya heboh

"No, I'm not kidding, he's inside talking to your parents."

"Baiklah aku kedalam sekarang."

Sabiru langsung masuk kedalam, dia sudah sangat rindu dengan gadis yang dulunya sahabat karibnya. Saat melihat Aurora ia terkejut karena, Aurora yang di maksud adalah seorang gadis yang telah mencuri hatinya sejak 5 bulan terakhir ini.

Terkejut, senang, sedih dan kecewa menjadi satu. Sabiru mendekati gadis itu dan tanpa kata satupun dia langsung memeluk nya. Entah lah dia sangat seneng bisa memeluk sahabatnya itu kembali.

Rainy DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang