7. Three Step

82.5K 8.3K 19.7K
                                    

Absenn absenn siapa yang nungguin TSOJ 2 Updatee?!

Btw kalian udah baca cerita TSOJ berapa kali guyss? Wkwkwk jawab duluuuu!!!

TSOJ 2 ini menurut ku alurnya lebih gila dari TSOJ 1 tungguin yaa hahahah

****

"Gue lagi ada urusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue lagi ada urusan. Ya, lo bilang sama si Randi jangan ngotot nyuruh gue latihan,"

Janeta, gadis itu melirik kearah samping, memperhatikan laki-laki berkacamata dengan masker yang menutup setengah wajahnya kini tengah menempelkan ponselnya di telinga. Nampaknya tengah bertelfonan.

"Gabisa! Gabisa gue tinggalin, urusan gue penting—Lo juga sekarang mau sekubu sama si Randi?! Ck! Udah gue bilang tangan gue gapapa!"

Gadis itu mengerutkan alisnya menatap Dirga yang nampaknya tengah emosi. Janeta menghela nafasnya melirik kearah jam tangannya yang menunjukan pukul sembilan malam.

Ia menyandarkan badannya ke kursi, kepalanya pening ia rasanya ingin muntah. Mungkin akibat tadi terjebak macet begitu lama ia jadi mabuk darat.

"Ya, pokonya lo pada urusin diri lo masing-masing gausah susah-susah ikut campur tentang gue— Hm, udah kan? Yaudah jangan telfon-telfon gue lagi!"

Tutt!

Terdengar suara telfon terputus sepihak, nampak nya Dirga lah yang menutup panggilan itu. Kini nampak laki-laki itu membuka kacamata nya lalu mengurut pelipisnya tanda frustasi.

Kini rambut acaknya nampak tak terurus begitu acak, beberapa helainya kini menjutai menutup kening laki-laki itu terlihat sedikit lepek. Namun, walaupun Janeta lemas sungguh ia tak bisa mengalihkan pandangannya pada Dirga. Sangat berkharisma.

Janeta menggigit bibir dalamnya gugup. Ia sangat ingin mengobrol dengan Dirga, dua jam perjalanan menuju rumah sakit besar ini ia hanya didiamkan, laki-laki itu hanya sibuk menyetir mobil tanpa peduli dengan Janeta yang tadi tengah mengigil karna AC mobilnya terlalu dingin.

Janeta perlahan menegakan duduknya canggung. "Itu— Telfon dari siapa?" Seketika Janeta mengutuk dirinya yang kini melontarkan pertanyaan spontan yang menurutnya terdengar sangat aneh dan kepo.

Dirga, respon laki-laki itu kini nampak menaikan sebelah alisnya sekilas menatap Janeta lalu kembali memasang kacamata hitamnya menatap lurus kembali menyandarkan badannya ke kursi melipat tangannya angkuh. Tak ada tanda-tanda ingin menjawab pertanyaan Janeta.

Gadis itu menggaruk tengkuknya gugup. "Maaf—Maksudnya, takutnya Sheila yang telf—"

"Bukan Sheila!"

"Oh—Oke?" Janeta menghela nafasnya menundukan kepala murung, bukan respon yang baik. Gadis itu kini mengadahkan pandangannya kearah kursi ruang tunggu yang kosong hanya ada dirinya dan Dirga— Ah, dengan perawat laki-laki yang tengah sibuk mengetik di layar komputer di depan sana.

The Story Of Janeta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang